< Previous 187 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Jumlah 1.000 g Urutan pengerjaan : 1) Pencapan 2) Pengeringan 3) Pengukusan tekanan tinggi 130C selama 30 menit 4) Cuci air dingin 5) Cuci air hangat 60C 6) Cuci sabun dengan sabun 2 g/l, suhu 70C selama 5 – 10 menit. Untuk warna tua dilakukan cuci reduksi (reduction clearing) dengan Na hidroksida 38Be 2 – 4 ml/l, Na hidrosulfit 2 – 4 g/l dan deterjen 1 ml/l. Suhu 50 – 70C selama 10 menit. 7) Bilas air hangat 60C. 8) Bilas air dingin 9) Pengeringan c. Pencapan Zat Warna Pigmen Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis serat. Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap serat, maka fiksasiny ake dalam serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan antara zat warna pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari binder yang digunakan. Oleh karena sifat fiksasi zat warna pigmen yang demikian, maka zat warna pigmen dapat diaplikasin pada semua jenis serat termasuk serat-serat gelas. Ditinjau dari segi ekonomis, metoda pencapan zat warna pigmen sangat sederhana dan murah. Proses pencucian yang dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna, pengental dan zat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda pencapan pigmen. Oleh sebab itu metoda ini sangat luas digunakan dalam industri. d. Pencapan Bahan Protein dengan Zat Warna Asam Zat warna asam merupakan zat warna yang mudah larut dalam air, tetapi ada kemungkinan beberapa zat warna sulit larut hingga dapat memberi noda pada bahan protein. Maka untuk melarutkannya pertama harus dibuat pasta dengan bantuan zat pembasah non ion kemudian ditambah air mendidih. Zat warna asam dalam suasana asam akan lebih besar penyerapannya terhadap bahan protein dibandingkan suasana netral atau alkali. Zat warna asam sangat baik untuk serat-serat protein warnanya mengkilap, tahan cucinya baik. 188 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 1) Pencapan langsung Contoh resep pasta cap untuk serat protein a) 5 – 30 g Zat warna asam b) 20 – 20 g Salution Salt SV c) 50 – 75 g Gliserin d) 235 – 185 g Air panas e) 600 – 600 g Pengental Tragan (6%) f) 20 – 20 g Perminal KB g) 20 – 20 g Amonium Oksalat h) 50 – 50 g Air panas Menjadi 1000 g Pasta Cara prosesnya pencapan langsung sebagai berikut : a) Bahan dicap dengan pasta suasana asam b) Dikeringkan c) Diuap (steaming) pada suhu 100–1020 d) C selama 45–60 menit, dibilas, disabun. e) Dibilas kemudian dikeringkan. 2) Pencapan etsa putih pada bahan protein Bahan setelah dicelup dengan zat warna asam kemudian dicap dengan pasta yang terdiri dari : a) Zat pereduksi redusol 2 b) Zat untuk fiksasi dipakai titan oksida c) Gliserin sebagai zat hidroskopis d) Zat pengental solvitase dan air Selanjutnya bahan dikeringkan, diuap selama 10 – 15 menit pada suhu 100 – 102C, dicuci bersih dan dikeringkan. 3) Pencapan etsa warna pada bahan protein Bahan dicelup dengan zat warna asam kemudian dicap dengan pasta yang teridri dari : a) Zat warna basa b) Zat warna higroskopis dipakai glydate BN c) Zat pereduksi dipakai tormosol d) Pengental dipakai trogalanth e) Air Setelah dicap, dikeringkan dalam udara panas, diuap apda suhu 100C selama 10 menit. Bahan dibilas, disabun sampai bersih, dibilas lagi baru dikeringkan. 189 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 e. Pencapan Alih Panas Pencapan alih panas adalah pencapan yang dilakukan secara bertahap. Tahap awal pasta zat warna dicapkan pada kertas atau plastik film transparan, selanjutnya motif tersebut dipindahkan ke kain. Pencapan alih panas sesuai untuk kain-kain dari serat sintetik seperti poliester, nylon, akrilat dan asetat, zat warna yang digunakan adalah zat warna dispersi. Mekanisme pemindahan warna pada pencapan alih panas prinsipnya sama dengan proses thermosol. Dengan bantuan energi panas zat warna pada kertas akan menyablon pada temperatur tinggi dan pori-pori serat membuka sehingga zat warna masuk ke dalam serat. Mekanisme ini dikenal dengan pencapan alih panas uap (vapour photo transfer) atau pengalihan sublimasi (sublimation tranfer proces). Ada 4 metode pengalihan zat warna dari kertas ke kain, yaitu : 1) Alih leleh (melt transfer) Kertas yang telah dicap diletakkan di atas kain, selanjutnya dipanaskan menggunakan seterika. 2) Sistem pelepasan film Lapisan film mengandung zat warna dipindahkan ke kain dengan prinsip gaya adhesi. 3) Proses setengah basah Zat warna yang larut air pada kertas dipindahkan pada kain yang mengandung medium dengan kekentalan tertentu. 4) Pencapan alih uap Metode ini banyak digunakan, pengalihan dilakukan pada suhu > 180C sehingga zat warna pada kerta smenyublim dan masuk pada serat. f. Pencapan Kasa Datar pada Bahan Non Tekstil Pencapan kasa datar pada bahan non tekstil banyak dilakukan oleh industri kecil maupun industri rumah tangga. Teknik ini banyak dilakukan untuk mencetak/mencap gambar maupun tulisan pada benda-benda yang memiliki permukaan datar maupun rata seperti mencetak plastik, kertas, plat logam, kayu, kaca, keramik dan sebagainya. Teknik ini bisa juga untuk mencap benda yang memiliki permukaan tidak datar seperti botol, gelas dan sebagainya, akan tetapi memerlukan keahlian dan teknik khusus. 190 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Pencapan kasa pada bahan non tekstil prinsipnya sama seperti pada pencapan kasa secara manual untuk kain, perbedaannya terletak pada penggunaan bahan pewarna dan tingkat kerapatan screen yang digunakan. Kasa yang digunakan untuk mencap bahan non tekstil sama seperti yang digunakan untuk mencap bahan tekstil/kain. Perbedaannya kain kasa untuk mencetak bahan non tekstil memiliki tingkat kerapatan pori-pori yang tinggi dibandingkan dengan kasa kain, hal ini disebabkan karena pasta cap yang digunakan adalah dari cat khusus yang encer sehingga bila menggunakan kasa dengan tingkat kerapatan yang rendah menyebabkan gambar blobor (bleeding). 5. Penyempurnaan Khusus Proses penyempurnaan kain tekstil merupakan proses akhir dari rangkaian proses yang dialami suatu bahan tekstil guna meningkatkan kualitas atau memberikan efek fungsional pada bahan. Proses ini meliputi proses penyempurnan mekanik/fisika dan proses penyempurnaan kain kimia. Proses penyempurnaan kain mekanik atau “penyempurnaan kain kering” memanfaatkan peralatan mekanis untuk merubah sifat kain dan biasanya menghasilkan perubahan pada kenampakan kain. Proses penyempurnaan kain kimia atau “penyempurnaan kain basah” melibatkan penambahan suatu zat kimia tertentu pada kain untuk mencapai hasil yang diinginkan, namun tidak merubah kenampakan kain. a. Penyempurnaan Kain Fisika Proses penyempurnaan kain fisika meliputi: 1) Penyempurnaan Kain Kalender (Calendering) Penyempurnaan kain kalender dimaksudkan untuk memperoleh kain dengan permukaan rata, halus dan berkilau dengan cara kain dilewatkan dan ditekan diantara rol-rol kalender yang panas.Hasil yang baik akan diperoleh bila serat pada kain dalam kondisi plastis yaitu dalam keadaan lembab dan panas. 191 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Mesin kalender umumnya terdiri dari satu pasang rol (nip) atau lebih, dimana salah satunya lebih lunak dari pasangan rol lainnya agar dapat menjadi landasan bagian kain yang lebih tebal dari bagaian lainnya. Rol lunak ini terbuat dari logam yang dilapisi kain atau kertas tebal. Jumlah rol pada kalender bervariasi mulai dari dua hingga tujuh rol yang diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan efek penyempurnaan kain yang diinginkan. Kalender yang terdiri dari dua rol, tiga rol atau lima rol disebut kalender universal, masing-masing memiliki satu rol rol logam dan sisanya adalah rol lunak, sedangkan kalender tujuh rol memiliki dua buah rol logam dan lima rol lunak. Rol logam berdiameter lebih kecil daripada rol lunak, memiliki permukaan yang licin dengan lubang di bagian tengahnya untuk suplai uap panas dan dapat bergerak aktif sementara rol lunak gerakannya pasif akibat bergesekan dengan rol logam. Efek penyempurnaan kain kalender dapat bersifat sementara maupun permanen, tergantung pada jenis proses penyempurnaan kain seblumnya dan juga jenis serat dari kain yang diproses. Gambar 64. Mesin kalender 3 rol (1 rol logam dan 2 rol lunak) 2) Penyempurnaan Kain Sanforisasi/Compressive Shrinkage (Sanforisasi) Kain tenun yang terbuat dari serat kapas dan rayon memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan cenderung bertambah panjang akibat adanya tarikan sejak dari pertenunan hingga proses basah tekstil seperti pemasakan dan pencelupan, dimana sat pencucian dan pengeringan kain tersebut 192 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 berpotensi untuk mengkerat kembali sehingga kain berubah dimensinya. Untuk menghilangkan sifat mengkerat tersebut kain dapat diproses penyempurnaan kain pemengkeratan kpmpresif melalui proses yang dikenal dengan Sanforisasi. Pada proses ini kain sengaja dibuat mengkeret permanen sehingga residu mengkeret kain saat setalah dicuci tidal lebih dari 0.75 %. Proses Sanforisasi ini berdasarkan prinsip dimana awalnya kain dalam keadan lembab sengaja ditarik ke arah lusi mengikuti tekukan yang dialami belt karet saat melwati rol dengan diameter 216 mm dan ditekan oleh silinder Palmer yang panas berdiameter 609 mm. Kain dalam keadaan lembab (plastis) disuapkan pada titik A pada belt karet,dimana kain melekat rapat pada karet sehingga tidak ada kelebihan panjang kan antara titik A dan B. Pada titik B belt karet mulai mengkeret dan bentuk permukannya berubah dari cembung menjadi cekung menyebabkan mulur kain pad permukaan belt karet akan terkompresi dengan merata dan rapat ke arah panjang kain. Hal ini menyebabkan kain mengkeret secara teratur pada titik C-D. Derajat pemengkeretan kain diatur oleh panjang kain yang disuapkan dan besarnya tekanan yang dialami kain saat melewati rol Palmer . Gambar 65. Skema jalannya kain pada belt karet mesin sanforisasi 193 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Gambar 66. Skema mesin sanforisasi monfort Keterangan gambar : 1 = draw roller (fabric entry) 2 = water spray unit 3 = steaming drum 4 = skewed fabric straightening roller 5 = clip type widthwise stenter 6 = rubber blanket shrinking unit 7 = felt calender 8 = felt drying cylinder 9 = plaiter 3) Pelipatan/penggulungan kain. Penyempurnaan kain mekanik terakhir sebelum kain siap dijual adalah melipat atau menggulung kain, dimana didalamnya termasuk juga penentuan panjang kain/piece length. Ada dua cara melipat kain yaitu lapping dan folding. a) Lapping adalah menggulung kain pada rangka kayu berbentuk persegi panjang yang dibungkus kertas. Kain dengan lebar dua kali lebar normal dilipat dua rangkap menjadi setegahnya kemudian digulung pada rangka kayu dengan panjang sekitar 30 – 40 yards. b) Folding adalah melipat kain dalambentuk lebar dengan ukuran lebar kain sekitar 1 m atau 1 yard dan biasanya digunakan untuk kain mori. Penggulungan kain umumnya dilakukan untuk kain-kain halus/tipis dengan menggulung kain pada sebuah rol yang terbuat dari kertas karton. Panjang kain pada rol umumnya menrupakan kelipatan 30 yards dengan lebar sesuai lebar kain. 194 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 b. Penyempurnaan Kain Kimia Proses penyempurnaan kain kimia atau “penyempurnaan kain basah” melibatkan penambahan suatu zat kimia tertentu pada kain untuk mencapai hasil yang diinginkan, namun tidak merubah kenampakan kain. Proses ini meliputi : 1) Penyempurnaan kain untuk memperbaiki kenampakan dan pegangan kain a) Pelembutan & pelemasan b) Kreeping 2) Merserisasi a) Biopolishing/Penyempurnaan kain enzim b) Penganjian c) Penyempurnaan kain resin (anti kusut, kain keras) 3) Penyempurnaan kain peningkatan daya pakai a) Tolak air b) Tahan api c) Anti hama d) Anti jamur e) Anti busuk f) Antistatik g) Anti UV E. Rangkuman Penyempurnaan Kain Tekstil adalah pengolahan/pengerjaan terhadap kain tekstil yang masih mentah dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan memenuhi persyaratan yg diperlukan sampai menjadi kain tekstil jadi yang siap dipergunakan. Ruang lingkup penyempurnaan kain meliputi: 1. Pengelantangan kain (bleaching) Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih. Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan dari serat-serat alam baik serat tumbuh-tumbuhan maupun serat binatang selama masa pertumbuhan. 195 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Dalam proses pengelantangan terdapat rangkaian kerja yang cukup panjang meliputi persiapan proses, pembakaran bulu, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan, merserisasi dan pemantapan panas. Persiapan proses (pre treatment) pada kain selulosa adalah cara-cara mempersiapkan bahan yang akan mengalami proses penyempurnaan tekstil sehingga akan mempermudah dalam penanganan proses berikutnya. Persiapan proses dilakukan sebelum kain mengalami proses basah atau proses kimia. Persiapan proses ini meliputi pembukaan dan penumpukkan kain (pile up), penyambungan kain (sewing), dan pemeriksaan kain (inspecting) Pembakaran bulu bertujuan untuk menghilangkan bulu–bulu yang tersembul pada permukaan kain. Bulu–bulu pada kain timbul sebagai akibat adanya gesekan-gesekan mekanik dan peregangan-peregangan pada waktu proses pertenunan. Bulu–bulu yang timbul pada permukaan kain mengurangi kualitas kain dan mengurangi kualitas hasil proses merserisasi, pencelupan, dan pencapan. Sebelum ditenun benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya gesek yang tinggi. Benang lusi yang tidak dikanji kekuatannya rendah, mudah putus sehingga mengurangi mutu kain dan efisiensi produksi. Kanji bersifat menghalangi penyerapan (Hidrofob) larutan baik dalam proses pemasakan, pengelantangan, pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan khusus sehingga hasil proses tersebut kurang sempurna. Pada proses pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga warna luntur dan tidak rata. Agar kanji larut dalam air kanji harus dihidrolisa atau dioksidasi menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga rantai molekulnya lebih pendek dan mudah larut dalam air. Pemasakan adalah merupakan bagian dari proses persiapan pencelupan dan pencapan. Dengan proses pemasakan bagian dari komponen penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang larut dan kotoran-kotoran kain yang menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan. Apabila komponen-komponen tersebut dapat dihilangkan maka proses selanjutnya seperti pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat berhasil dengan baik. 196 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih. Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan dari serat-serat alam baik serat tumbuhtumbuhan maupun serat binatang yang tertentu selama masa pertumbuhan. Untuk menghilangkan pigmen-pigmen alam tersebut hanya dapat dilakukan dalam proses pengelantangan dengan menggunakan zat pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor. Pengelantangan dapat dilakukan sampai memperoleh bahan yang putih sekali, misalnya untuk bahan-bahan yang akan dijual sebagai benang putih atau kain putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya sampai setengah putih khususnya untuk bahan-bahan yang akan dicelup atau berdasarkan penggunaan akhirnya. Proses merserisasi yaitu pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses menimbulkan efek kilau yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan pertambahan mulur yang besar. Serat kapas akan menggembung secara lateral dan mengkeret ke arah panjangnya bila direndam dalam larutan soda kostik pekat. Perubahan dimensi diikuti oleh perubahan-perubahan penting pada sifat-sifat benang maupun kain yang terbuat dari serat tersebut, seperti meningkatnya: a. Kekuatan tarik b. Higroskopisitas (moisture regan) c. Daya serap terhadap zat warna dan d. Reaktifitasnya terhadap pereaksi-pereaksi kimia. Heat Setting adalah proses fisika kain berupa pemantapa panas dengan iini distribusi molekul–molekul serat yang belum teratur akan tertarik dan tersusun sejajar satu dengan yang lainya, sehingga kestabilan dimensi tercpai, Dan juga terjadi pengesetan lebar kain sehingga didapat lebar jadi sesuai dengan ketentuan dan peningkatan penampakan kain. 2. Pencelupan kain (dying) Pencelupan adalah pemberian warna secara menyeluruh pada kain tekstil secara merata di semua bagian (uniform) dengan menggunakan zat warna. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil ke dalam larutan tersebut, sehingga terjadi Next >