< Previous 27 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 c. Industri yang mempunyai dan menggunakan peralatan untuk melakukan pembuatan kain d. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pembuatan kain khususnya bagi dunia industri dan juga konsumen e. Cara penggunaan peralatan untuk pembuatan kain f. Kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi baik teknis dan non teknis dalam penggunaan peralatan pembuatan kain g. Cara mengatasi kesulitan dalam penggunaan peralatan pembuatan kain h. Prosedur penggunaan peralatan untuk pembuatan kain i. dan sebagainya. Tuliskan beberapa catatan, khususnya masukan dari hasil diskusi kamu dengan teman-teman untuk keperluan memperkaya/ memperbaiki informasi dan kesimpulan sementara yang sudah kamu buat sebelumnya. Catatan hasil diskusi: ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ 5. Mengkomunikasikan Presentasikan hasil pengumpulan informasi, data hasil pembelajaran dan kesimpulan yang berhasil kalian buat tentang pengujian pembuatan kain. Presentasikan hasil pembelajaran kamu dengan menggunakan berbagai media baik secara tertulis seperti laporan tertulis, artikel yang dilengkapi power point, gambar, foto, dan bahkan video. Semakin lengkap kamu menggunakan media maka pemahaman kamu akan semakin lengkap, juga terhadap teman-teman kamu yang sama-sama mengumpulkan informasi/data pembelajarannya. Presentasi ini akan 28 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 saling memperkaya wawasan dan pengetahuan kamu khususnya tentang pengujian proses pembuatan kain apabila peserta/kelompok mampu mengumpulkan informasi yang berbeda, unik, dan lengkap. Tuliskan masukan-masukan yang kamu peroleh dari presentasi yang kamu sajikan di kelas/sekolah ataupun forum ilmiah lain yang dapat digunakan untuk menampilkan temuan kamu tentang pengujian proses pembuatan kain ini. Masukan hasil presentasi : ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ................................................................................................................ ........................................................................................……………….. ................................................................................................................ ................................................................................................................ ........................................................................................……………….. ................................................................................................................ D. Penyajian Materi 1. Proses persiapan Kain (Weaving Preparation) Proses Persiapan Pembuatan Kain meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : a. Proses Pengelosan (Winding) Pengelosan adalah proses menggulung benang dalam suatu bentuk dan volume tertentu sesuai dengan kebutuhan. Mesin yang digunakan untuk tujuan tersebut disebut mesin kelos. Pengelosan merupakan salah satu diantara sekian proses persiapan pertenunan. Ada 4 (empat) tujuan proses pengelosan, yaitu sebagai berikut: PEMBUATAN KAIN 29 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 1) Meningkatkan mutu benang yang meliputi kekuatan, kerataan, kebersihan benang dan sambungan-sambungan yang kurang baik. 2) Meningkatkan mutu gulungan benang yang meliputi kerataan permukaan, kekerasan, dan bentuk gulungan benang. 3) Membuat gulungan benang sesuai dengan bentuk dan volume sebagaimana kebutuhan proses selanjutnya. 4) Meningkatkan mutu dan efesiensi pada proses selanjutnya. Secara umum skema dan bagian-bagian mesin kelos adalah seperti terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 9. Skema mesin kelos 30 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Mekanisme kerja mesin kelos yaitu: Melewatkan benang pada berbagai bagian-bagian mesin untuk didapatkan gulungan benang. Secara lengkap mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut: benang dalam bentuk bobin diletakan pada creel, lalu dilewatkan pada bagian pengantar benang (yarn guide), pengatur tegangan (tension device), slub catcher, stop motion feeler dan silinder beralur (grooved cylinder). b. Proses Penggintiran (Twisting) Salah satu cara untuk meningkatkan mutu dan kenampakan dari benang maupun kain yang ditenun adalah melalui proses penggintiran. Proses penggintiran adalah proses memberikan antihan/ puntiran (twist) pada sehelai benang filamen atau beberapa helai benang stapel yang dirangkap dengan sejumlah puntiran yang sama untuk setiap panjang tertentu. Proses ini hanya dilakukan pada benang-benang untuk keperluan tertentu yang mengutamakan kekuatan ataupun kenampakan. Tujuan proses penggintiran adalah : 1) Membuat benang yang lebih kuat. 2) Membuat benang yang mempunyai putaran keras, atau benang yang lebih lembut sesuai tujuan penggunaanya (keseimbangan antihan). 3) Membuat benang yang kasar (diameter lebih besar). 4) Membuat benang hias. Bedasarkan proses perangkapannya, penggintiran dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Perangkapan Langsung Perangkapan langsung merupakan proses perangkapan dan penggintiran yang dilakukan langsung disatu mesin dimana setiap kelosan/ gulungan benang tunggal ditempatkan pada rak bobin (creel) kemudian beberapa helai benang tunggal tersebut ditarik bersama-sama melalui rol pengantar, delivery roll terus digintir dan digulung pada bobin di spindle dari mesin gintir. Dengan cara ini prosedur prosesnya lebih pendek dan tidak memerlukan mesin perangkap (doubling), namun memiliki kekurangan yaitu: tiap helai benang sukar dikontrol keadaan dan tegangannya, sehingga sering diperoleh hasil gintiran yang kurang rata (wrapping). Kadang juga terjadi salah gintir 31 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 (wrong ply) pada mesin yang tidak dilengkapi otomatis benang putus karena putusnya salah satu benang sedangkan spindle tetap jalan dan menggintir. 2) Cara Tidak Langsung Proses dengan cara tidak langsung memerlukan dua mesin dengan langkah kerja beberapa helai benang tunggal dirangkap dulu pada mesin rangkap (doubling) kemudian diberi gintiran pada proses di mesin gintir. Cara ini memberikan keuntungan antara lain: a) tegangan tiap-tiap benang terkontrol b) putus benang rendah karena tiap benang yang ditarik dari bobin merupakan benang yang sudah dirangkap sehingga lebih kuat c) salah gintir (wrong ply) dapat dihindari d) effisiensi produksi dapat ditingkatkan dan mutu benang lebih baik. Selain keuntungan diatas penggintiran tidak lansung memerlukan proses yang lebih panjang yaitu perangkapan benang yang dilakukan sebelum proses penggintiran. Perangkapan dua atau lebih benang tunggal dilaksanakan pada mesin doubling dengan cara menarik ujung-ujung benang yang tunggal yang akan dirangkap kemudian disatukan dan digulung pada bobin silinder (cheese). Ditinjau dari urutan jalannya benang pada mesin proses penggintiran dapat dibagi menjadi: 1) Penggintiran Turun (down twister) Prinsip kerja dari penggintiran turun adalah benang yang diproses ditempatkan pada rak benang (creel) yang terletak dibagian atas, ditarik untuk diberikan gintiran dan digulung pada bobin spindle dibagian bawah. Jadi arah benangnya berjalan dari atas ke bawah (down process). Skema penggintiran turun (down twister) dapat dilihat pada gambar mesin ring twister berikut: 32 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Gambar 10. Skema jalan benang pada penggintiran turun (down twister) pada mesin ring twister 2) Penggintiran Naik (up twister) Pada sistem penggintiran naik (up twister) gulungan benang yang disuapkan dipasang pada spindle dibagian bawah dari mesin, yang selama proses spindle ini berputar untuk membentuk antihan pada benang. Benang yang ditempatkan pada mesin gintir naik merupakan benang yang sudah dirangkap dahulu dengan mesin doubling. Peralatan penggulungan menggunakan drum friksi untuk memutarkan bobin penggulung benang dan terletak dibagian atas mesin. Karena jalannya benang yang diproses adalah dari bawah keatas maka mesin ini disebut up twister. Berikut ini skema dari penggintiran naik (up twister): Keterangan gambar: 1. Rak benang (creel) 2. Roll pengantar 3. Roll penarik (delivery roll) 4. Lappet 5. Bobin 6. Spindle 7. Tin roll 8. Spindle tape (pita) 9. Ring 10. Traveller 33 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 3) Penggintiran Dua Tahap (two stage twister) Proses penggintiran dua tahap merupakan penggabungan dari penggintiran turun dan penggintiran naik dengan tahapan sebagai berikut: a) Tahap pertama: Proses penggintiran turun (down twister) dilaksanakan dengan pemberian puntiran yang sangat sedikit, kemudian hasilnya digulung pada bobin yang akan dipasang sebagai bobin penyuap pada mesin up twister Karena jumlah puntiran (twist) yang sangat sedikit maka kecepatan mesin dapat ditingkatkan Proses awal ini hampir mirip dengan proses perangkapan benang, tetapi dengan sedikit puntiran akan membuat tegangan benang tunggal yang dirangkap relatif sama sehingga akan meningkatkan unjuk kerja pada proses up twisting selanjutnya. Keterangan gambar : 1. Tin roll 2. Spindle tape 3. Spindle 4. Benang dalam bobin 5. Lapet 6. Pengantar 7. Drum friksi 8. Benang gintir Gambar 11. Skema jalan benang pada penggintiran naik (up twister) 34 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 b) Tahap kedua: Proses penggintiran naik (up twister) untuk menambah jumlah puntiran sampai pada tingkat yang diinginkan Karena tegangan benang-benang tunggalnya relatif sama, maka jumlah puntiran yang diberikan dapat lebih tinggi. 4) Two-For-One (TFO) Twister Mesin two for one (TFO) merupakan sebutan untuk mesin gintir dengan mekanisme proses pembentukan dua puntiran untuk setiap putaran balooning benang. Prinsipnya adalah dengan memegang kedua ujung benang yang disuapkan, kemudian salah satu ujungnya diputarkan sehingga benang yang disuapkan membentuk baloon. Setiap putran baloon akan membentuk satu puntiran (twist) pada masing-masing ujung benang dengan kata lain setiap putaran baloon terjadi dua puntitan pada benang. c. Proses Penghanian (Warping) Penghanian adalah proses menggulung benang lusi dengan arah gulungan sejajar pada beam hani atau beam lusi. Penghanian merupakan salah satu diantara sekian proses persiapan pertenunan. Mesin yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah mesin hani. Persyaratan gulungan benang yang baik pada beam tenun adalah sebagai berikut : 1) Benang-benang yang digulung harus sama panjang. 2) Letak benang-benang yang digulung harus sejajar. 3) Benang yang digulung pada beam tenun harus seoptimal mungkin. 4) Gulungan benang pada beam hani mempunyai kekerasan yang cukup atau setiap lapis gulungan benang mempunyai tegangan yang sama. 5) Lebar benang pada beam tenun harus lebih lebar dari pada lebar cucukan sisir tenun. 6) Panjang benang harus lebih panjang dari panjang kain yang akan dibuat. 7) Permukaan gulungan benang pada beam tenun harus rata. 35 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Secara umum teknologi proses penghanian dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut : 1) Penghanian seksional (sectional warping) 2) Penghanian langsung (beam warping/direct warping) Creel adalah tempat atau rak untuk meletakan gulungan benang. Creel terbuat dari rangka logam yang dilengkapi dengan peralatan pengatur tegangan benang (yarn tension device). Pada mesin hani yang lebih modern pengatur tegangan benang dikontrol secara otomatis dan terprogram untuk mengatur tegangan benang yang diinginkan. Creel juga dilengkapi dengan peralatan otomatis pendeteksi benang putus (yarn breakage monitoring system). Jumlah creel yang digunakan pada mesin hani disesuaikan dengan jumlah benang lusi yang akan digunakan pada proses pertenunan. Pada umumnya jumlah creel sekitar 400 – 1200. Gambar 12. Bentuk dan skema creel Gambar 13. Peralatan otomatis sensor optik pendeteksi benang putus 36 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 1) Mesin Hani Seksional (Sectional warping) Mesin hani seksi merupakan mesin hani yang proses penghaniannya dilakukan dengan membagi benang lusi menjadi seksi-seksi. Perhitungan jumlah seksi yang digulung dengan cara membagi antara jumlah totol benang lusi yang dipakai dengan jumlah creelnya. Misalnya benang lusi yang harus dihani 10.000 helai dengan lebar 140 cm, maka proses penghaniannya dilakukan dengan membagi benang-benang lusi tersebut menjadi 10 seksi dimana setiap seksi terdiri dari 1.000 helai dengan lebar 14 cm. Kemudian dari 10 beam hani disatukan ke dalam beam tenun dengan lebar beam tenun 140 cm menggunakan mesin beaming. Secara umum skema dan bagian-bagian mesin hani seksi (sectional warping) adalah seperti terlihat pada gambar 1.8 berikut ini: Next >