< Previous 37 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Gambar 14. Skema mesin hani seksi Keterangan ; 1. Creel 2. Tensioner (Pengatur tegangan benang) 3. Central power tensioner control 4. Computer 5. Sisir silang (leasing reed) 6. Beam hani 7. Sisir ekspansi 38 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Mekanisme kerja Mesin Hani Seksi yaitu : Benang dari creel (1) dilewatkan pada bagian pengatur tegangan benang (2), kemudian melewati sisir silang (5) yang berfungsi untuk mensejajarkan setiap helai benang, sisir ekspansi (7) yang berfungsi untuk menempatkan seluruh benang setiap seksi sesuai dengan lebar penghanian yang diinginkan untuk kemudian digulung seksi demi seksi pada beam hani (6). Beam hani sendiri terbuat dari metal yang berbentuk silinder. Gambar 15. Proses penggulungan seksi demi seksi pada mesin hani seksi Beberapa jenis mesin hani seksi lainnya memiliki kontruksi mesin yang sama hanya ada perbedaan kecil. Mesin hani seksi kerucut di bawah ini misalnya memiliki kontruksi yang terdiri dari : Rak hani/creel (1), Rol pengantar (2), sisir silang (3), rol pengantar (4), sisir hani (5), rol pengantar (6), rol pengantar (7), drum/tambur (8), rol pengantar (9) dan beam tenun (10). 39 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Gambar 16. Skema mesin hani seksi kerucut Setelah semua benang tergulung seksi demi seksi pada beam hani seksi, kemudian benang digulung pada beam tenun. Proses penggulungan ini disebut dengan proses beaming seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Selama proses penggulungan sangat penting untuk memperhatikan kecepatan penggulungan secara konstan dengan cara pengaturan otomatis kecepatan putaran penggulungan karena diameter gulungan semakin lama semakin besar, maka kecepatan putaran penggulungan harus berkurang. Gambar 17. Proses beaming 2) Penghanian Hani Langsung (Beam warping/direct warping) Direct warping atau beam warping pada umumnya digunakan 40 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 ketika akan mempersiapkan benang lusi untuk beberapa beam dengan panjang benang lusi yang sama. Tahapan untuk sistem penghanian terbagi menjadi dua bagian yaitu: a) Proses penggulungan benang pada beam yang berbentuk silinder dengan cara menarik benang yang ditempatkan pada creel. Jumlah beam yang digunakan sesuai dengan pembagian antara total benang lusi yang akan digunakan pada beam tenun dengan jumlah benang yang digulung setiap beamnya. b) Proses penggulungan beam-beam tadi secara simultan pada beam tenun seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 18. Proses penggulungan pada beam tenun (beaming) Kontruksi mesin direct warping lebih sederhana sehingga memiliki kecepatan dan produksi yang besar. Bagian mesin direct warping terdiri dari rak benang (creel), sisir ekspansi (expanding comb), rol penekan (pressure roll) dan beam seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 19. Mesin direct warping 41 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Pada dasarnya hasil gulungan benang yang diharapkan sebagai hasil dari proses di mesin hani adalah gulungan benang yang memiliki panjang, kekerasan dan bentuk yang baik serta sesuai. Walaupun demikian, kadang kala terjadi masalah di dalam proses pengahanian sehingga kualitas gulungan beam tenun yang dihasilkan tidak memuaskan. Beberapa masalah yang kemungkinan terjadi dan penanganan yang dapat dilakukan misalnya kekerasan beam tenun terlalu tinggi atau rendah. Apabila kekerasan beam tenun terlalu tinggi, akan menyebabkan tegangan benang yang terjadi pada saat proses pertenunan tinggi yang pada gilirannya benang mudah putus akibat tidak kuat menahan tegangan benang yang terjadi selama proses. Begitu juga apabila terlalu lembek akan menyebabkan misalnya benang sulit untuk ditarik dan akan mudah kusut serta sering putus. Penanganan yang dapat dilakukan dengan cara mengatur pada bagian pengatur tegangan benang (tension device). d. Proses Penganjian (Sizing) Proses penganjian adalah proses memberikan lapisan larutan kanji pada benang. Tujuan penganjian yaitu untuk meningkatkan kehalusan permukaan dan kekuatan benang pada saat benang lusi di proses pada mesin tenun. Permukaan benang yang lebih halus terjadi karena bulu-bulu benang akan terlapisi oleh larutan kanji, sehingga pada saat proses pertenunan akan mengurangi gesekan yang terjadi antara benang dengan bagian-bagian mesin tenun. Beberapa hal yang mempengaruhi proses penganjian yang baik adalah sebagai berikut : 1) Larutan kanji. Viskositas larutan kanji yang tepat, memiliki daya rekat yang baik, dan terpenetrasi pada benang akan menghasilkan hasil penganjian yang baik pada benang. 2) Proses pengeringan yang tepat tidak terlalu cepat atau terlalu lama sehingga lapisan kanji tidak getas atau tidak merekat dengan baik. 3) Take up (%) atau prosentase penyerapan larutan kanji pada benang yang tepat. Apabila prosentase penyerapan larutan kanji terlalu besar, maka akan menyebabkan benang menjadi getas selain mudah lepas dari benang. 42 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Bahan-bahan kanji yang akan digunakan pada proses penganjian memiliki sifat adhesive, kestabilan viskositas, daya penetrasi, memiliki daya absorbsi, moisture, mudah dihilangkan kembali dan secara ekonomis tidak terlalu mahal. Keseluruhan sifat-sifat tersebut sangat berperan terhadap sejauh mana benang dapat terlapisi dengan baik selama proses penganjian. Bahan-bahan kanji terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut : 1) Bahan perekat. Bahan perekat merupakan bahan utama dalam proses penganjian. Ada tiga jenis bahan perekat kanji yaitu bahan alam seperti yang berasal dari tepung jagung, gandum, sagu, tapioka, kentang ubi jalar, dsb. Bahan perekat sintesis antara lain Polyvinyl alkohol (PVA), Poli Acrilic Acid Ester (pase),dsb sedangkan yang merupakan bahan perekat semi sintesis adalah Carboxyl Methyl Cellulose (CMC). 2) Bahan lemak. Bahan lemak berfungsi untuk memberikan efek lemas pada benang, sifat licin pada permukaan benang, daya tahan terhadap sifat elektrik statik dan membantu penetrasi larutasn kanji-kanji kedalam benang. 3) Bahan-bahan pembantu yang terdiri dari bahan pelunak air, bahan pemberat dan bahan anti septic. Dilihat dari perkembangannya, ada dua jenis mesin kanji yang digunakan, yaitu: 1) Mesin konvensional 2) Mesin modern. Pada mesin kanji yang konvensional, benang-benang pada creel digulung pada beam sebelumnya melalui bagian panganjian (sizing vat). Benang kemudian melalui bagian pengering (drying unit) yang berfungsi untuk mengeringkan benang. Proses pengeringan didapatkan dengan melewatkan benang melalui silinder-silinder atau dengan menggunakan udara panas atau dengan frekwensi radio (radio-frequency). Sistem pengeringan dengan frekwensi radio dihasilkan melalui gelombang electromagnetic yang mampu mengekstra air di dalam larutan kanji tanpa harus memanaskan benang. Metoda ini mampu 43 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 menghindari kejutan panas yang disebabkan oleh udara panas di dalam oven sehingga sifat-sifat kimia dan fisik benang tidak berubah. Selama proses penganjian perlu diperhatikan agar benang tidak menyatu satu sama lain. Setelah melewati bagian pengering, kemudia benang melaui bagian pemberian lilin (waxing device) yang bertujuan untuk meningkatkan kehalusan permukaan benang. Skema mesin kanji antara yang konvensional dan modern dapat terlihat pada gambar 1 dan 2 dibawah ini. Sedangkan gambar 3 dan 4 memperlihatkan skema dua jenis mesin kanji dengan line atau sistem yang berbeda. Gambar 20. Skema mesin kanji konvensional Gambar 21. Skema mesin kanji konvensional 44 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Gambar 22. Skema mesin kanji Keterangan Gambar : 1 − Size vat; 2 − Radio-frequency oven; 3 − Drum drying machine; 4 − Waxing device; 5 − Beaming Gambar 23. Skema mesin kanji Keterangan Gambar : 1 − Size vat; 2 – Hot air oven; 3 − Drum drying machine; 4 − Waxing device; 5 – Beaming e. Proses Pencucukan (Reaching In) Untuk mendapatkan proses yang baik selama pertenunan perlu mempersiapkan mesin tenun dengan baik dengan proses pencucukan benang (drawing in). Pada saat proses perubahan jenis order atau perubahan jenis kain yang dibuat beam terkadang perlu diganti sehingga benang harus di cucuk ulang. Namun 45 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 apabila tidak ada perubahan jenis benang, maka hanya dilakukan proses penyambungan. Proses pencucukan mulai dari mencucuk benang pada bagian dropper, mata gun (heald) dan sisir tenun (reed) seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Proses pencucukan bisa dilakukan secara manual atau dengan mesin. Gambar 24. Proses pencucukan benang pada mesin tenun Proses pencucukan dengan tangan dilakukan oleh 2 orang operator dimana satu orang menyuapkan benang sedangkan satu orang lainnya menerima benang. Alat untuk mencucuk benang secara manual menggunakan kawat cucuk (drafting hook) yang berfungsi untuk mengait dan menarik benang-benang lusi untuk dimasukan pada dropper dan gun. Ada 2 macam kawak cucuk, yaitu kawat cucuk tunggal dan kawat cucuk ganda seperti terlihat pada gambar 1.19 Peralatan lain yang digunakan adalah pisau cucuk (denting hook) yang berfungsi untuk mengait dan menarik benang-benang lusi ke lubang sisir tenun. 46 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 (A) (B) Gambar 25. (A) Kawat cucuk tunggal dan ganda (B) Pisau cucuk Metode pencucukan lainnya dengan menggunakan mesin secara otomatis seperti terlihat pada gambar 1.20. Proses pencucukan dilakukan dengan bantuan pemograman pada komputer lalu mesin melakukannya secara otomatis. Jarum panjang mengambil benang untuk kemudian dimasukan pada dropper, mata gun dan sisir tenun. Computer mengontrol berbagai fungsi dan kontrol yang berbeda secara elektronik. Mesin otomatis ini dapat digunakan untuk berbagai jenis mesin dan benang yang berbeda dengan kecepatan pencucukan sampai 6.000 benang/jam. Gambar 26. Proses pencucukan benang pada mesin cucuk otomatis Next >