< Previous 180 Maka, penting untuk mengetahui alat atau wadah yang cocok untuk merebus atau menggodok herbal. Alat untuk merebus herbal yang dianjurkan adalah yang anti-karat, tanah liat, kaca, atau email. Merebus tanaman obat merupakan cara yang sangat mudah dan sudah lazim dilakukan masyarakat. Tujuan merebus tanaman obat adalah untuk memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tanaman ke dalam larutan air, kemudian diminum untuk kebutuhan pengobatan . Dalam merebus tanaman obat harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut 1) Wadah yang digunakan untuk merebus tanaman obat sebaiknya terbuat dari panci keramik , kendi, panci porselen, panci kaca, dan panci email 2) Saat merebus tanaman obat sebaiknya menggunakan air yang steril dan tidak tercemar oleh kuman dan jamur 3) Sebaiknya bahan simplisia dicuci air yang mengalir. Tujuannya agar air sisa cucian terbuang dan tidak tercampur dengan air yang bersih 4) Sebaiknya api untuk merebus adalah yang mudah diatur volumenya. Bila telah mendidih, biarkan selama 5 menit, kemudian api dikecilkan sampai beberapa menit hingga air rebusan tersisa sesuai kebutuhan 5) Untuk bahan tanaman yang berukuran besar, sebaiknya dipotong- potong terlebih dahulu, kemudian direbus bersamaan dengan bahan simplisia. Praktik merebus tanaman obat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut: 1) Cara pertama Cara ini biasanya dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Proses yang dilakukan pada cara pertama ini terbilang sangat sederhana, sebagai berikut: a) Masukkan bahan-bahan obat yang telah disiapkan ke dalam wadah 181 b) Tambahkan air bersih sampai semua ramuan terendam seluruhnya dan permukaan air kira-kira 30 mm di atas bahan ramuan c) Rebus tanaman obat ketika air telah meresap ke dalam bahan ramuan. Gunakan api besar pada awal perebusan sampai airnya mendidih d) Kecilkan api untuk mencegah air rebusan meluap atau cepat kering. Tanaman obat yang mengandung racun direbus dengan api kecil dalam waktu yang lama. Tujuannya untuk mengurangi kadar racun dalam bahan. 2) Cara Kedua Perebusan dengan cara yang kedua ini berbeda dengan cara sebelumnya. Pada cara kedua ini menuntut perlakuan khusus , misalnya dalam perebusan bahan-bahan tanaman obat yang yang memilikisifat berbeda. Caranya merebusnya tidak bersamaan. Pada saat merebus bahan-bahan obat tersebut, ada sebagian bahan tanaman yang direbus terlebih dahulu , kemudian ada pula bahan-bahan yang direbus paling akhir: a) Bahan yang direbus paling awal adalah yang berukuran besar dan keras serta sukar dibuat ekstrak b) Untuk memudahkan penguraian zat-zat kimia pada tanaman saat perebusan, bahan ramuan obat yang berukuran besar sebaiknya dihaluskan terlebih dahulu. Setelah itu, direbus kira-kira 10 menit sebelum ditambahkan bahan tanaman obat lainya c) Untuk ramuan obat yang mengandung bahan menguap atau bahan aktif yang mudah terurai, seperti peppermint dan akar Costus, maka bahan tersebut dimasukkan paling akhir, kira-kira 4-5 menit menjelang berakhirnya proses perebusan . begitu juga ramuan obat yang mengandung bahan pewangi, sebaiknya direbus paling akhir 182 sebelum proses perebusan berakhir. Dapat pula bahan-bahan pewangi tersebut digiling menjadi bubuk, kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan diseduh dengan air ramuan obat lainnya. d) Bahan obat seperti biji-bijian dan bunga harus dibungkus terlebih dahulu dengan kain sebelum direbus. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya warna keruh pada air rebusan e) Untuk beberapa bahan obat yang menimbulkan efek lengket dan kental saat perebusan maka bahan obat tersebut sebaiknya tidak digabungkan dengan bahan obat lainya. Hal ini dikarenakan efek kental dan lengket yang dihasilkan oleh jenis bahan obat seperti ini akan menghambat bahan obat lainya dalam melepaskan zat-zat kimia alamiah saat proses perebusan berlangsung b. Teknik Mengolah Herbal dengan Menyeduh Cara mengolah herbal praktis lainnya yang sering dilakukan oleh orang-orang adalah dengan cara menyeduh, yakni herbal dicampur dengan air panas tanpa proses pemasakan. Seduhan adalah cara yang sangat praktis dan mudah dilakukan ketika menyajikan racikan obat herbal, Cara ini prinsipnya serupa dengan menyduh teh. Dalam proses penyeduhan , biasanya bahan obat herbal yang sering digunakan antara lain berupa simplisia daun , bunga, atau bahan lunak lainya. Cara penyajiannya adalah dengan memotong atau merajang bahan baku obat yang masih kasar menjadi lebih kecil dan halus. Cara ini juga dapat digunakan untuk bahan baku yang jenisnya keras, tetapi harus dibuat serbuk terlebih dahulu. Cara seduhan ini dapat digunakan untuk takaran tunggal atau dalam bentuk ramuan. Jika dalam penggunaanya terdapat sisa dan tidak dikonsumsi maka harus disimpan ditempat tertutup. Jika memungkinkan maka sebaiknya disimpan ditempat yang sejuk (lemari es). 183 Untuk seduhan yang sudah berbau menyengat, bejamur, dimakan serangga, atau sudah menggumpal, sebaiknya tidak digunakan dan segera dibuang. Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan baku segar atau bahan yang sudah dikeringkan. Sebelum diramu, bahan-bahan dipotong kecil-kecil atau dibuat serbuk. Bahan tersebut kemudian diramu sesuai formula, kemudian diseduh dengan air panas. Diamkan selama kurang lebih 5 menit. Kemudian saring. Ramuan dapat ditambahkan madu, gula aren, atau jeruk nipis sesuai selera. Ini biasanya digunakan untuk konsumsi herbal asal bunga, contohnya rosella dan daun segar. Seduhan juga biasa dilakukan pada herbal berbentuk serbuk. Serbuk bisa dibuat dari murni tanaman tunggal atau campuran dari beberapa jenis herbal. c. Ekstraksi Obat Herbal, Cara Modern Mengolah Herbal Ekstraksi adalah proses mengisolasi senyawa aktif dari tanaman obat dengan menggunakan pelarut seperti etanol. Dalam proses ekstraksi, dibutuhkan banyak bahan baku untuk mendapatkan senyawa aktif yang cukup dari proses tersebut. Misalnya, dari satu kilogram bahan tanaman obat hanya dapat diperoleh sekitar satu miligram senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dengan optimal sebagai obat. Tak heran, produk obat herbal yang sudah diekstraksi biasanya terlihat mencolok di pasaran karena harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan bentuk sajian herbal lainnya. Meskipun begitu, Anda tidak akan dikecewakan oleh manfaat yang dihasilkannya karena tanaman obat (herbal) yang sudah diekstraksi pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih aman untuk ginjal karena sudah 184 berupa senyawa aktif sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi tubuh untuk mencerna dan merasakan khasiatnya. Peneliti obat-obatan alami dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Subagus Wahyuono mengatakan, "kandungan senyawa aktif berkaitan dengan daya sembuh tanaman tersebut ketika sudah diolah menjadi obat (herbal). Semakin tinggi senyawa aktifnya, semakin cepat pula obat tersebut menyembuhkan penyakit." Keunggulan lain, hasil ekstraksi tanaman obat biasanya dikapsulkan agar lebih praktis. Dengan pengkapsulan, masa simpan obat lebih tahan lama, lebih higienis, dan lebih aman karena terlindungi oleh selongsong kapsul. Yang tak kalah penting, obat herbal yang telah dikapsulkan telah terukur dosisnya sehingga sangat tepat digunakan dalam pengobatan. "Mana yang Lebih Baik untuk Saya?" Ya, ada banyak teknik pengolahan herbal yang dapat digunakan. Namun, patut diingat bahwa penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi. Menurut pakar naturopati Dr. Amarullah Siregar, pada dasarnya pemanfaatan herbal bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Bila bertujuan untuk menjaga kesehatan, rebusan sederhana dapat dikonsumsi dengan catatan tidak adanya riwayat penyakit tertentu. Tapi, racikan herbal sederhana tidak cukup lagi kalau sudah ada kelemahan dalam tubuh, baik karena faktor genetik atau memang mengidap penyakit tertentu. Karena itu, agar memberikan manfaat optimal, obat herbal yang dikonsumsi untuk pengobatan sebaiknya sudah dalam bentuk ekstrak serta sudah terukur dosisnya. Mengapa? Sekali lagi, tanaman obat (herbal) yang sudah diekstraksi pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih aman untuk ginjal. 185 1) Serbuk Serbuk umumnya dibuat dari bahan yang telah dikeringkan. Cara pembuatnya pun sangat mudah, yaitu dapat menggunakan lumpang/lesung (alat untuk menghaluskan simplisia atau biji-bijian). Caranya adalah bahan simplisia dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditumbuk hingga halus, kemudian disaring. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan alat penghalus tepung. Cara penyajian obat herbal dalam bentuk serbuk ada dua macam , yaitu sebagai berikut: 1) Setiap bahan dibuat serbuk, kemudian dicampur sesuai dengan ramuan yang dikehendaki. Cara ini biasanya dijumpai pada jamu racikan, yaitu setiap bahan dalam bentuk serbuk masing-masing dimasukkan ke dalam toples. Jika dibutuhkan, barulah bahan serbuk tersebut dicampurkan 2) Semua bahan baku yang masih kering diramu terlebih dahulu, kemudian dibuat serbuk secara bersamaan Cara membuat serbuk dengan blender: 1) Masukkan simplisis kering ke dalam blender hingga menjadi cacahan 2) Blender kembali dengan menggunakan blender bumbu hingga menjadi serbuk 3) Saring/ayak serbuk yang sudah diblender hingga didapat tepung yang halus 4) Simplisia serbuk siap diramu sesuai kebutuhan. 186 3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MINUMAN HERBAL Cara membuat minuman herbal sangat sederhana, dan dapat dibuat sendiri. Cara tersebut ternyata dapat dipraktikan dengan mudah, karena bahan bahan yang digunakan mudah didapat serta proses pembuatanya yang sederhana. Meskipun demikian harus memperhatikan beberapa teknik dan faktor yang mempengaruhi antara lain: a. Bahan baku Dibutuhkan pengetahuan tentang tanaman herbal, yang digunakan adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman yang masih segar dan dicuci dahulu sebelum digunakan. Pilih tanaman, atau bagian tanaman yang tumbuh subur, dalam keadaan utuh, tidak dimakan serangga atau ulat dan tidak busuk atau layu. Bahan segar yang dapat disimpan adalah kunyit, temu lawak, kencur, buah jeruk nipis, kencur, dll. Bila menggunakan bahan yang sudah kering, pilih yang belum bercendawan dan dimakan serangga. Sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu. b. Air Gunakan air bersih untuk mencuci bahan yang akan digunakan dan untuk membuat ramuan. Pembuatan obat herbal yang tidak membutuhkan pendidihan atau dimasak harus menggunakan air masak. c. Peralatan Peralatan yang ada didapur seperti pisau, telenan, panci, parut, wajan, sendok, waskom, ember, dll dapat digunakan untuk memasak minuman herbal. Peralatan harus dicuci bersih sebelum digunakan dan setelah 187 digunakan, sehingga tidak tercampur dengan bahan masakan, khususnya yang berasal dari hewan. Untuk merebus bisa menggunakan panci yang dilapisi email atau menggunakan kuali/ periuk dari tanah liat. Jangan menggunakan panci yang terbuat dari kuningan atau besi untuk menghindarkan timbulnya endapan, konsentrasi larutan yang rendah, timbulnya racun, atau efek samping lain akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Khusus untuk merebus jamu yang memberikan rasa pahit, sebaiknya digunakan panci khusus. d. Meramu Sebelum meramu, cuci tangan sampai bersih, siapkan bahan, dan letakkan pada wadah yang bersih. Pastikan bahwa telah diketahui resep ramuan yang akan dibuat (bila perlu melihat catatan) e. Bobot dan takaran Untuk mengukur bobot/takaran dapat digunakan peralatan dirumah tangga, misalnya gelas, cangkir, sendok, jari, helai, dan lain-lain. Bobot dan takaran sesuaikan resep yang telah diketahui f. Cara Memasak/merebus ramuan Untuk merebus bahan/ramuan segar maupun kering, perlu diperhatikan hal berikut: 1) Bahan yang terlalu tebal seperti rimpang, batang dipotong-potong tipis terlebih dahulu 2) Masukkan bahan ke dalam wadah dan masukkan air sampai bahan terendam (sesuai takaran) dan nyalakan api. Api dapat kecil atau besar sesuai kebutuhan. Obat yang bersifat tonik biasanya direbus dengan api 188 kecil sehingga bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Obat yang bersifat mengeluarkan keringat. Misalnya ramuan untuk influinza, gunakan api besar sehingga dapat mendidih dengan cepat. Dengan cara tersebut, penguapan dari bahan aktif yang mudah menguap dapat dicegah. 3) Bila tidak ada ketentuan lain maka perebusan dianggap selesai bila air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula. 4) Jika ramuan terdiri dari banyak bahan yang keras seperti batang, biji, maka perebusan dianggap selesai bila air tersisa sepertiganya. g. Kebersihan herbal Dalam meramu obat-obatan, sudah tentu harus diperhatikan segi kebersihannya. Tanaman obat yang akan digunakan sebaiknya dicuci dengan air matang. Baik bahan-bahan obat maupun perlengkapan yang akan digunakan, hendaknya dicuci bersih dan tidak berkarat. Begitu juga kain yang dipakai untuk memeras atau menyaringnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengindari adanya kotoran cacing, bakteri, virus, atau kotoran tikus yang menempel dan dapat menyebabkan penyakit leptospirosis. Selain hal tersebut beberpa faktor yang mempengaruhi perbedaan sifat dan komposisi masing-masing hasil tanaman obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor dalam, faktor luar, dan faktor tingkat kemasan hasil. 1) Faktor dalam Faktor ini merupakan sifat yang diwariskan induk tanaman, seperti rasa, bau, komposisi kimia, dan kemampuan produksi biomassanya. Faktor dalam meliputi hal-hal yang bersifat genetis. Jenis atau varietas tanaman menyebabkan perbedaan sifat, seperti rasa, bau, kandungan kimia, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Pengaruh faktor genetis pada sifat hasil tanaman obat dapat dimanfaatkan dalam upaya 189 mendapatkan kandungan senyawa aktif yang tinggi dengan produksi biomassa yang tinggi pula. 2) Faktor luar Faktor-faktor luar yang turut mempengaruhisifat, komposisi, kenampakan (morfologi), serta produksi biomassa dari tanaman banyak dipengaruhi olehfaktor budaya, perawatan, dan lingkungan, seperti cahaya, temperatur, musim, dan unsur hara yang tersedia. faktor luar tersebut antara lain: a) Cahaya Matahari Cahaya matahari berpengaruh terhadap sintesis zat-zat makanan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Melalui fotosintesis cahaya matahari dapat membantu pembentukan zat-zat makanan dalam jaringan tanaman. Aktivitas sintesis zat-zat makanan juga berbeda-beda tergantung kepada banyaknya cahaya matahari yang mengenai tanaman. Hal ini mempengaruhi sifat hasil tanaman yang diperoleh, misalnya kadar alkaloida daun tapak dara (Vinca rosea) yang kena sinar matahari langsung lebih tinggi dibanding daun-daun yang ternaungi b) Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban juga merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Proses-proses fisika dan kimia dalam tanaman banyak dikendalikan oleh suhu. Kelembaban dan suhu optimal bagi suatu jenis tanaman herbal tidak selalu merupakan suhu dan kelembaban optimal bagi tanaman herbal lainya. Dengan demikian sifat hasil tanaman herbal di dataran rendah dengan suhu dan kelembaban relatif lebih tinggi akan Next >