< Previous 12 Direktorat Pembinaan SMK 2013Seni Lukis Realis Periode Mooi Indie telah begitu besar menyumbang dalam lanskap seni rupa modern di Indonesia awal. Tetapi setelah cukup lama menjadi barometer seni lukis modern Hindia Belanda, akhirnya Mooi Idie mendapat reaksi keras dari kaum Bumiputera. Hal ini seiring dengan gejolak ekonomi serta politik yang tidak kondusif menjelang tahun 1930-an. Di mana pada tahun-tahun tersebut lahir pemikiran kritis dari kaum Bumiputera, mereka merindukan akan kebebasan yang setelah sekian lama terpasung oleh kolonial. Gerakan-gerakan mulai muncul dalam bidang pendidikan, politik, kebangsaan, nasionalisme dan kebudayaan. Di samping itu lahir pula kelompok-kelompok pergerakan yang nantinya akan membawa ke gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Di lain pihak lahir pula pergerakan budaya yang memperjuangkan nilai-nilai nasionalisme. 2) Lahirnya Persagi Perkembangan seni lukis realis di Indonesia tidak dapat lepas dari pengaruh situasi dan kondisi Zaman Pergerakan melawan penjajah, dimana rakyat hidup menderita, maka banyak seniman lukis mulai mengangkat tema-tema yang bersifat kritis-realis dalam karya lukisannya. Mereka melukiskan masalah kehidupan sehari-hari yang dialami sebagian besar rakyat Indonesia, bahkan banyak mengekspos penderitaan rakyat, seperti orang miskin, pengamen, kaum buruh, petani, serta kehidupan orang cacat. Semangat Sumpah Pemuda 1928 menumbuhkan jiwa nasionalisme yang sangat kuat tertanam dalam hati sanubari seniman lukis Indonesia saat itu, akibatnya seni lukis dan pelukisnya yang berjiwa Mooi Indie kemudian dikritik dan bahkan dikecam habis-habisan, karena para pelukisnya dianggap hanya sekedar merekam keindahan alam Indonesia saja, tidak tanggap dan tidak menyadari terhadap kenyataan pahit yang diderita bangsanya, serta keadaan di sekitarnya yang tidak semuanya indah, damai dan menyenangkan. 13 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Seni Lukis Realis Gambar 12. Lukisan Mengungsi karya Henk Ngantung koleksi Istana Yogyakarta. (foto: aditya/presidensby.info) Upaya para seniman lukis untuk mengangkat tema kenyataan kehidupan sehari-hari, memacu untuk meningkatkan teknik melukis, yang dapat menggambarkan realita sebenarnya kehidupan rakyat. Dari sinilah seni lukis realisme Indonesia mulai menunjukkan identitas jati dirinya. Paska Sumpah Pemuda 1928, terjadilah polemik kebudayaan yang sangat seru dalam media massa. Sekitar tahun 1935 sampai dengan tahun1939. Banyak seniman lukis saat itu tidak mau ketinggalan dan ikut ambil bagian pula berdebat antara lain Pirngadi, Rudolf Bonnet, Lee Man Fong, S.Soedjojono dan Henk Ngantung. Dampak Sumpah Pemuda 1928, dan Polemik Kebudayaan 1935 sampai 1939. menjadi stimulan dan terus memunculkan perkumpulan di bidang lain. Salah satunya adalah perkumpulan seniman yang mengibarkan bendera Nasionalisme dan berpihak pada kerakyatan. Tepatnya pada tanggal 23 Oktober 1938 Persagi lahir, yang merupakan akronim dari Persatuan Ahli Gambar Indonesia. 14 Direktorat Pembinaan SMK 2013Seni Lukis Realis Gambar 13. Foto bersama anggota kelompok Persagi Sumber foto http://alixbumiartyou.blogspot.com/2013/07/sejarah-dan-perkembangan-persagi.html Deklarasi Persagi pada bulan Oktober tersebut berlangsung di Gedung Sekolah Rakyat “Ksatryan School met de Qur’an”, di Gang Kaji Batavia. Faktor penyebab kelahiran Persagi yang paling dominan adalah sebagai bentuk protes atas nilai estetika yang di usung oleh Mooi Indie. Tentu saja itu bukan satu-satunya penyebab kelahiran Persagi, tetapi masih banyak faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pergerakan budaya tersebut. Kondisi ekonomi dan politik pada masa tersebut memang menuntut pembaruan dalam segala bidang, tak terkecuali dalam bidang seni dan budaya. Di mana pada waktu itu kondisi ekonomi di Batavia memang sedang kacau. Memasuki tahun 1930-an, keadaan Batavia telah berbeda dengan awal abad 20. Keadaan semacam itu membuat keadaan masyarakat pribumi semakin sulit dalam kehidupan. Memang keadaan pada zaman tersebut belum dapat dikatakan nyaman. 15 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Seni Lukis Realis Kondisi sosial masyarakat bawah yang kehidupannya berat, ternyata menggugah kesadaran dan visi baru kelompok Persagi untuk mengungkapkan realitas yang ada. Gambar 14. "Didepan kelambu terbuka" karya S.Sudjojono, Sumber Lukisan Dan Patung Koleksi Bung Karno Pengurus Persagi pada periode pertama terdiri dari Agus Djaja sebagai ketua, Sudjojono sebagai sekretaris dan Rameli sebagai komisaris. Selain nama pengurus di atas sebagai anggota Persagi antara lain Soediardjo, L. Setiyoso, Emiria Soenassa, Saptarita Latief, Herbert Hoetagaloeng, S. Toetoer, Sindhusisworo, Soeaib, Soekirno, Soerono, Suromo dan Otto Djaja. Sebagai kelompok pergerakan di bidang budaya yang mengibarkan semangat baru dan panji-panji Nasionalisme Kerakyatan, Persagi aktif mengadakan rapat tahunan, diskusi, melukis bersama, dan pameran. 3) Pandangan Persagi Tujuan dari kelompok Persagi ditekankan pada pencarian corak seni lukis Indonesia yang baru lewat kerjasama di sanggar dan diskusi antara sesama anggota. Pemahaman dari Persagi adalah bahwa melukis tidak hanya pemandangan sawah, sungai, pantai dan gadis yang cantik. Tetapi melukis harus juga melihat dari sisi kemanusiaannya. Selain estetika tedapat nilai lain yang harus dimunculkan dalam sebuah karya seni. Keyakinan lainnya adalah dalam melukis hendaknya bersikap sederhana dan jujur mengungkapkan objek. Realitas objek-objek di sekitar pelukis sesungguhnya merupakan kesaksian kehidupan yang kaya. Berkarya dengan jujur dan sederhana artinya membuat karya seni sesuai dengan realita yang ada dan tanpa ada keinginan untuk membaguskan objeknya. Misalkan lingkungan sekitar 16 Direktorat Pembinaan SMK 2013Seni Lukis Realis tentang peperangan, penderitaan rakyat kecil, gadis desa. Objek tersebut digambar dengan jujur tanpa ada unsur rekayasa untuk memperindahnya. Biarkan realita itu bicara dalam sebuah karya seni. Itulah faham yang terus dikobarkan oleh kelompok Persagi. S. Sudjojono yang aktif menyuarakan semangat seni lukis Indonesia Baru melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di majalah dan surat kabar. Seni lukis sebagai salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dengan sendirinya harus mengungkapkan corak yang cocok dengan watak bangsa itu. Meskipun demikian, lukisan-lukisan Indonesia pada saat itu belum juga mempunyai corak Indonesia. Hal itu karena kultur yang ada masih hilir-mudik. Di satu pihak masih besifat kejawaan, kekunoan, dan di lain pihak bersifat kebaruan jawa dan bahkan kebarat-baratan. Lewat tulisannya, Sudjojono menganjurkan kepada para pelukis untuk mempelajari kehidupan rakyat jelata di kampung-kampung dan di desa-desa. Sejarah perjalanan Persagi tidak panjang hanya sekitar empat tahun saja, Persagi bubar pada waktu pendudukan Jepang di Batavia sekitar tahun 1942. Walaupun umur Persagi sangat singkat, namun tahap pematangan visi estetik anggotanya dapat tercapai. Hal ini dapat terlihat dengan jelas setelah Persagi bubar. Namun eksponen-eksponennya masih tetap berkarya dan tumbuh menjadi pelukis-pelukis yang mengisi kehidupan seni lukis sesudahnya kelak, yaitu seni lukis Indonesia modern. Walaupun Persagi telah bubar, namun aspirasinya tetap hidup karena wibawa Pak Djon dan Agus Djaja yang memberikan tuntutan melukis dengan cirikas mazhab Persagi di jaman penjajahan yang singkat namun bengis itu. Prinsip mazhab Persagi yaitu untuk tidak terlalu menghiraukan teknik lukis, namun lebih mengutamakan berani melukis lebih dahulu. Beberapa tokoh muda pelukis muncul di jaman Jepang yakni Otto Djaja, Kusnadi, Kartono Yudokusumo, Baharuddin, Harjadi S, Njoman Ngendon. Mereka inilah yang nantinya menghidupkan sanggar-sanggar lukisan yang menjamur di awal kemerdekaan (1945-1950-an) dan menjadi tempat penghidupan para pelukis. 17 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Seni Lukis Realis Pada saat mulai berkembangnya seni lukis Realis di era Persagi, ada dua tokoh yang paling menonjol pada masa itu, yaitu Sindudarsono Sudjojono (1913-1986) dan Affandi Koesoema (1907-1990). Gambar 15. Affandi salah satu tokoh Persagi www.kratonpedia.comMenikmati. Karya.Sang.Maestro Mereka berdua memiliki sifat bawaan yang berbeda, Affandi memiliki sifat pendiam, sedangkan S.Sudjojono adalah tokoh yang keras, emosional dan kritis. S. Sudjojono selain sebagai pelukis, juga berprofesi sebagai kritikus seni lukis yang sangat disegani. Basoeki Abdullah adalah salah satu pelukis yang sering dijadikan sasaran kritikan pedasnya. Dia dikecam sebagai pelukis yang tidak nasionalis, karena hanya melukis perempuan cantik dan keindahan pemandangan alam. Kritikan inilah yang membuat marah Basoeki Abdullah. S. Soedjojono dan Basoeki Abdullah kemudian dianggap sebagai sateru bebuyutan, seperti air dan api. S. Soedjojono dikalangan seniman sering dipanggil dengan nama Pak Djon, S. Soedjojono memiliki pengikut dan murid cukup banyak, sehingga dilingkungan para seniman, memberi gelar kehormatan sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru. Semua ini karena pengabdian beliau dibidang seni, terutama seni lukis. Lukisan karya pelukis S. Soedjojono yang menonjol dan memiliki nilai sejarah serta monumental antara lain berjudul : Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Go Meh, Pengungsi dan Seko. Lukisan Affandi lebih banyak didominasi dengan warna kusam yang sangat sesuai untuk menampilkan tema kemelaratan. Pengamatan terhadap lingkungan diungkapkan serta penderitaan rakyat ditampilkan dalam karyanya secara lugas. Karyanya yang berjudul ”Pejuang Romusha” (1943) yang menampilkan rakyat dalam kemelaratan tidak disukai penguasa Jepang. 4. Ragam Seni Lukis Realis a. Seni lukis realis klasik Realisme klasik mengacu pada gerakan seni dalam lukisan sekitar abad 20 an yang menempatkan nilai tinggi pada 18 Direktorat Pembinaan SMK 2013Seni Lukis Realis keterampilan dan keindahan , serta menggabungkan unsur neoclassicism abad ke-19. " Realisme Klasik. " Ini pertama kali digunakan dalam judul pameran Realisme Klasik. Realisme Klasik pada awalnya ditujukan untuk menggambarkan pekerjaan yang memadukan gambar halus dan desain tradisi akademis Eropa. Gaya , realisme klasik menggunakan metode yang digunakan oleh seniman baik impresionis dan Akademik , pelukis Klasik Realis berusaha untuk mengembangkan sensitifitas , artistik dan metode meniru alam . Mereka berusaha untuk membuat lukisan yang bersifat pribadi , ekspresif , indah, dan terampil, dengan obyek figuratif , lanskap , potret , genre indoor dan outdoor serta still life. Gambar 16. Jean-Léon Gérôme. Pollice Verso (1872). Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Gladiator. b. Seni lukis realis sosialis Realisme sosialis menjadi doktrin resmi di Uni Soviet sebagai upaya propaganda pemerintahan Komunis, Pada tahun 1932 ketika pemerintah represif Stalin mengeluarkan dekrit bahwa pelukis diharapkan dapat menghasilkan karya lukisan dengan adegan pekerja bahagia di pertanian kolektif , potret heroik Stalin dan pemimpin lainnya , dan lanskap industri. Realis sosialis diibidang sastra terutama para Novelis, diharapkan untuk berkonsentrasi pada cerita menggembirakan dan tidak menyibukkan diri dengan seluk-beluk plot atau karakterisasi . Sedangkan realis sosialis dibidang musik, komponis diharap menghasilkan karya musik yang mencerminkan kehidupan dan perjuangan rakyat Soviet. 19 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Seni Lukis Realis Gambar 17. Kegembiraan di Pertanian Kolektif (1937), S. Gerasimov. Sumber http://brookfordfarm.com/2010/08/23/brookford-farm-quark-festival/. Tidak jauh berbeda di China , realis sosialis menjadi norma dalam lukisan selama tahun 1950 . Tidak ada istilah seni untuk seni dalam lukisan. Seni hanya diupayakan dalam pelayanan kepada bangsa. Subjek mater lukisan menggambarkan kehidupan petani dan buruh, selalu tersenyum dan bahagia membangun bangsa Cina. Banyak kebijakan Cina seperti Lompatan Jauh ke depan dan kolektivisasi pertanian dipresentasikan kepada publik menggunakan lukisan dan poster Realisme Sosialis. Makna poster tersebut adalah bentuk ekspresi faham Sosialis Komunis berupa slogan-slogan atau propaganda kejayaan pemerintahan Sosialis Komunis Mao Zedong. Mao Zedong mendikte bangsanya dengan doktrin "seni untuk rakyat , " menciptakan semacam zaman kegelapan bagi para seniman, Revolusi kebudayaan ini kira-kira dari tahun 1950-an ke tahun 1970 itu , seniman diberitahu apa yang mereka dapat dan tidak dapat untuk dilukis . Ini semua justru dicatat dalam " Seni dan Revolusi Cina”. 20 Direktorat Pembinaan SMK 2013Seni Lukis Realis Gambar 18. “Chairman Mao visits Guandong country" karya Chen Yanning 1972 Sumber http://summerinshanghai.wordpress.com/2010/07/07/death-of-a-chinese-master/ Tidak ada sekolah dimana saja di seluruh daratan Cina, mereka semua ditutup, anak-anak yang orang tuanya ditangkap dikirim ke pedesaan untuk menekuni pertanian belajar bercocok tanam. Kaitannya dengan obyek lukisan yang diijinkan adalah untuk melukis potret Mao Zedong, tapi ada juga seniman lukis mencoba untuk mengeksplorasi kebebasan melukis, dengan mengadopsi konsep Picasso dan Matisse tapi tidak akan pernah dapat melihat lukisan mereka. Subyek paling sering digambarkan meliputi petani bekerja membajak sawah, pekerja, tentara, dan mahasiswa, serta para pemimpin Cina dan pahlawan. Tema lain adalah tentara terlibat dalam pertempuran melawan musuh kapitalis. Gambar 19. Mao Zedong dan beberapa kelompok etnik dari Xinjiang. Judul lukisan Chairman Mao Is the Red Sun in Our Hearts karya Gong Jianxin, 1964. Sumber: http://www.chinaheritagequarterly.org/editorial.php?issue=003 21 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Seni Lukis Realis Pada tahun 1971 , seorang pelukis bernama Shi Lu berekspresi dengan bahan tinta Cina menentang pihak berwenang, mewakili semangat mulia dari kaum intelektual, untuk menentang penguasa dengan sapuan kuas ekspresif dan gaya individu. Dengan demikian Shi Lu dikucilkan, disiksa, dikirim ke kamp kerja paksa , dan menderita. Banyak kesulitan fisik dan mental yang ia derita serta tidak pernah dapat pulih. Selama Revolusi Kebudayaan, subyek mater lukisan yang selalu muncul adalah Mao sebagai pahlawan , dikelilingi oleh senyum para petani dan buruh yang bahagia. Selama revolusi Kebudayaan, lukisan kaligrafi Cina dan lukisan tinta Cina, yang merupakan warisan budaya Cina Kuno, dikesampingkan oleh pihak penguasa, semua dicemooh sebagai borjuis. Gambar 20 Contoh beberapa poster/slogan realis sosialis Sumber : http://www.artspeakchina.org/mediawiki/Political_Art Artis Chen Danqing menulis dalam katalog pameran yang bergambar Mao Zedong, adalah satu-satunya di dunia, mengatakan anda tahu anda bisa melukis bebas apa saja, sedangkan aku merasa tidak ada perbedaan antara saya dengan pelukis Renaisans, “mereka dicat Yesus . Aku dicat Mao”. c. Seni Lukis Realis Fotografis Realis fotografis atau Photorealist Painting adalah suatu genre dalam lukisan yang memanfaatkan teknologi fotografi sebagai media bantu, Sebagai gerakan seni yang berevolusi dari Pop Art dan sebagai counter untuk Abstrak Ekspresionisme serta gerakan seni Minimalis pada akhir tahun 1960 dan awal 1970-an di Amerika Serikat. Dalam genre ini, seniman lukis mengumpulkan citra dan informasi mereka melalui kamera dan foto . Setelah itu foto dikembangkan biasanya ke slide foto, artis secara sistematis dapat mentransfer gambar dari slide foto ke kanvas . Biasanya ini dilakukan dengan memproyeksikan slide ke kanvas. Gambar yang dihasilkan dapat diatur perbesarannya langsung dari foto asli. Hal ini menyebabkan gaya photorealist sangat akurat, dan presisi Next >