< Previous 212 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI 2. Diskriminasi lereng Gambar 15.6 demodulator FM Sebagai pengubah modulasi digunakan tahanan yang nilainya bergantung frekuensi f(MHz)610,7 Gambar 15.7 Pararel L dan C ditala pada frekuensi 10,7 MHz tetapi misalnya pada 10,8 MHz 3. Diskriminator pasa Perubahan frekuensi diubah dalam PERGESERAN PASA dan selanjutnya kedalam perubahan TEGANGAN sebagai tahanan yang terpengaruh frekuensi digunakan resonator yang tersambung induktip. tergantung frekuensi, resonator ini akan bekerja seperti tahanan murni atau induktip atau kapasitip. Dengan begitu akan terdapat pergeseran pasa antara U1 dan U2 213 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Pergeseran pasa antara I1 dan I2 adalah 180 Pergeseran pasa antara I2 dan U2 selalu 90 Gambar 15.8 Dengan itu pergeseran pasa I1 dan U1 dapat berubah demikian pula antara U2 dan U1 berubah Frekuensi f=fres f>fres f<fres rangkaian pengganti gambar vektor Pada diskriminator pasa menurut rangkaian Riegger, kumparan masukan disambung pada tengah-tengah kumparan resonator Gambar 15.9 Melalui penjumlahan U1 dan U2/2 demikian pula penjumlahan U1 dan -U2/2 pada terminal resonator akan terdapat dua tegangan UXm dan UXm yang berubah dengan perubahan frekuensi. Rangkaian lengkap diperlihatkan gambar dibawah. 214 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Gambar 15.10 FM demodulator Gambar 15.11 Kurva S 4. Diskriminator perbandingan (detektor rasio) Perbedaan rangkaiannya terletak pada pemasangan dioda. Pada diskriminator pasa dioda dipasang pararel sedang pada diskriminator perbandingan dioda dipasang anti pararel Sinyal AF diambil di tengah dari sebuah tahanan R tambahan kapasitor C tidak mempunyai arti dalam demodulasi, fungsinya sebagai penekan gangguan. 215 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Gambar 15.12 Diskriminator Fasa Perbedaan cara kerja adalah bahwa diskriminator ini berdasarkan atas perbedaan arus setelah penyearah. Dalam tahanan R akan mengalir arus , dan 2 yang saling berlawanan. Saat frekuensi sinyal sama dengan frekuensi resonansi (10,7 MHz) maka 1 dan 2 akan SAMA BESAR. Sehingga tegangan keluaran NOL. Pada frekuensi sinyal lebih tinggi dari frekuensi resonansi arus 2 akan lebih besar. Sehingga keluaran UAF akan POSITIP . Pada frekuensi sinyal lebih kecil dari frekuensi resonansi arus 1 akan lebih besar , sehingga keluaran UAF akan NEGATIP Latihan 216 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Jelaskan perbedaan sinyal AM dan FM Apakah yang dimaksud dengan penyimpangan frekuensi (deviasi frekuensi) Untuk apa lebar band pada FM ditentukan Dari besaran mana indeks modulasi bergantung Keuntungan yang mana dimiliki FM dibanding AM Hitung lebar band (B) sebuah pemancar FM dimana deviasi frekuensi yang dicapai 70 kHz dan frekuensi sinyal informasi maksimum 12 kHz. Jawaban Modulasi AM : Frekuensi getaran pembawa konstan , sedang amplitudo pembawa berubah seirama dengan tegangan sinyal informasi. Modulasi FM : Frekuensi getaran pembawa berubah-ubah dalam irama tegangan informasi sedang amplitudonya konstan. Perubahan frekuensi/ penyimpangan frekuensi pembawa FT yang disebabkan oleh perubahan amplitudo sinyal informasi. Apabila amplitudo sinyal informasi semakin besar maka simpangan frekuensi (deviasi frekuensi f ) akan semakin besar dan sebaliknya Untuk membatasi / menghemat jalur frekuensi dan mengurangi cacat modulasi. Pada pemancar FM mono lebar band dibatasi B = 180 kHz dan stereo B = 250 kHz Dari deviasi frekuensi ( f) dan frekuensi sinyal informasi (Fi) - Dinamiknya lebih besar ; mencapai 70 dm - Tahan terhadap gangguan/ noise dari luar - Intensitas FM tidak ditentukan langsung oleh pensaklar amplitudo tetapi oleh perubahan frekuensi - Response frekuensi lebih baik untuk frekuensi tinggi maupun rendah dari 15 Hz - 15 kHz B = 2 ( f + Fi) 217 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI = 2 (70 + 12) = 2 . 82 = 164 kHz Alat Ukur telekomunikasi a. Tujuan Pembelajaran Peserta didik harus dapat: Menerangkan definisi faktor pantulan ( K ) Menerangkan definisi perbandingan gelombang tegak ( SWR ) Mengenali SWR meter frekuensi sangat tinggi Menerangkan cara membuat beban tiruan b. Uraian Materi 1. Standing Wave Ratio ( SWR ) Interferensi gelombang yang mengakibatkan gelombang berdiri tegangan dan arus pada suatu saluran transmisi, dan pengukuran gelombang-gelombang ini terbukti merupakan informasi yang berguna berkenaan dengan keadaan kelistrikan suatu saluran. Keadaan mungkin didefinisikan dalam suku faktor pantulan ( K )” dan “perbandingan gelombang berdiri ( standing wave ratio = SWR ). Faktor pantulan : Faktor pantulan menyatakan perbandingan tegangan gelombang yang dipantulkan ( Er ) dengan tegangan yang dikirimkan atau tegangan 218 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI gelombang maju ( Et ) Jika beban penutup pada saluran transmisi adalah resistif, faktor pantulan ( Reflection Coefficient ) adalah : Dimana : R : adalah beban penutup. Zo: impedansi karakteristik saluran Misalnya, suatu saluran 50 ohm ditutup dengan beban 25 ohm, maka : Maka gelombang pantulan berlawanan fasa dengan gelombang yang dikirim dan mempunyai amplitudo tegangan 1/3 nya. Perbandingan gelombang tegak (SWR): Perbandingan antara tegangan atau arus rms maksimum dengan arus atau tegangan rms minimum sepanjang saluran transmisi didefinisikan sebagai standing wave ratio (SWR). SWR dapat mempunyai nilai dari satu sampai tak terhingga, dan menyatakan kwalitas dari saluran. Tegangan bandingan gelombang tegak ( V SWR ) dapat diukur dengan alat yang murah (SWR meter) dan merupakan besaran yang cukup memadai dalam perhitungan karakteristik saluran transmisi. 219 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Dalam keadaan umum untuk suatu saluran yang ditutup dengan beban resistip dari sembarang nilai adalah : Bila R lebih besar Zo, dan Bila R lebih kecil dari Zo. Impedansi masukan : Nilai impedansi dilihat pada sisi masukan saluran transmisi adalah penting karena ini adalah nilai yang mana peralatan pemancaran harus bekerja. Impedansi masukan harus berada dalam batas-batas tertentu dengan jaringan penyesuai keluaran peralatan untuk pembebanan yang menguntungkan. Impedansi masukan saluran tergantung tidak hanya pada impedansi beban pada ujungnya saluran yang jauh, tetapi juga pada panjang listrik saluran transmisi. Selanjutnya impedansi masukan adalah fungsi dari frekwensi, karena panjang listrik saluran transmisi berubah, dengan berubahnya panjang fisik yang berarti perubahan dalam frekwensi. Bila impedansi beban tidak jodoh dengan saluran, impedansi masukan dari saluran dapat menjadi induktif, kapasitif, resistif, atau gabungan dari ketiga besaran ini. Besar dan sudut fasa dari besaran ini tergantung pada panjang saluran, SWR dan impedansi karakteristik saluran. Sistem antena yang biasa digunakan oleh kebanyakan amatir, adalah resistif pada frekuensi resonansi dan rektif pada frekwensi diluar frekuensi resonansi. A B 220 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Gambar 16.1 Pola gelombang berdiri tegangan dan arus untuk beban penutup saluran reaktif. A. Dengan beban penutup reaktansi kapasitif titik arus maksimum mandekati 1/4 panjang gelombang ke arah beban penutup. B. Dengan beban penutup reaktansi induktif titik tegangan maksimum mandekati 1/4 panjang gelombang ke arah beban penutup. 2. SWR meter frekuensi sangat tinggi Ditunjukkan pada Gb. 2 dan Gb.3, gambar rangkaian lengkap suatu SWR meter murah yang dapat berfungsi dengan baik sampai 450 Mhz. Alat ini dapat digunakan untuk pengaturan antena, dan alat ini dimaksudkan untuk digunakan dengan saluran coaxial 50 ohm. Nilai resistor R1 dan R2 tidak kritis namun keduanya harus dari type yang sama dan jodoh ( matched ) untuk ketelitian terbaik. Ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan 1 dosen ( 12 buah ) resistor yang sama pada suatu ohm meter dan memilih dua diantaranya yang nilainya paling dekat ( sama ). Kapasitor C1 dan C2 adalah kontak sambung ( tab ) tembaga kecil yang dapat ditambahkan mendekati nilai dengan J2 dan J3 jika keadaan darurat untuk menyeimbangkan diinginkan. 221 TEKNIK DASAR TELEKOMUNIKASI Gambar 16.2 Jembatan SWR VHF C1, C2 kapasitansi kecil sambungan C3, C4 -0,001 F keramik CR1 -1N82 atau dioda gemain setara J1, J4 -Penghubung BNC jenis UG - 58/U R1, R2 -47s/d 55 ohm, karbon 1/4 watt R3 -51 ohm, 1/4 watt karbon J2, J3 -Penghubung jenis N UG - 58/U. Gambar 16 3. Tata letak Jembatan SWR VHF Bila membangun jembatan dengan penghubung-penghubung yang pendek dan simetri sebagai pertimbangan utama, kapasitansi sebar dan kabel yang panjang dapat mengganggu keseimbangan jembatan. Tata letak yang baik ditunjukkan pada Gb. 4. Untuk menguji jembatan, beban yang sama diletakkan pada J1 dan J2. Keluaran DC pada J4 harus nol jika sinyal RF dikenakan pada J1. Jika beban yang sama itu dipertukarkan, output pada J4 harus tetap nol. Next >