< Previous 81 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 E. Rangkuman Seni pedalangan memiliki empat macam medium yang berupa: (1) bahasa, (2) suara, (3) gerak, dan (4) rupa; yang terdiri atas garis, warna, bentuk, dan tekstur. Masing-masing medium ini dalam penerapannya tidak dapat dipisah-pisahkan, di antara medium satu dan lainnya saling berkait dan saling mendukung menjadi suatu kesatuan yang membentuk pertunjukan wayang secara utuh. Bahasa merupakan bahan baku yang digarap sebagai media ungkap dalam wujud wacana dan vokal dalang. Suara adalah bahan baku yang digarap sebagai sarana ungkap, baik wacana, vokal dalang, maupun karawitan pakeliran. Ungkapan wacana dalam pedalangan tidak sekedar ungkapan bahasa sebagai sarana komunikasi,akan tetapi ungkapan wacana itu harus mengacu pada karakter, dan suasana tokoh wayang. Gerak sebagai bahan baku yang diolah sebagai media ekspresi gerak wayang. Salah satu tugas seorang dalang adalah menghidupkan tampilan wayang lewat ekspresi gerak. Penampilan gerak wayang tidak sekedar gerak dalam arti obah (moving) melainkan gerakan yang ekspresif, berkesan hidup dan sesuai dengan karakter wayang yang tampil. Rupa adalah bahan baku yang diolah sebagai sarana ungkap wujud wayang, Rupa dalam hal ini mencakup tampilan bentuk, warna, dan karakter. Boneka wayang pada hakikatnya merupakan pengolahan garis-garis yang disebut corekan, dari corekan itulah terbentuk wujud dan karakter wayang. Dalam suatu pertunjukan wayang kulit nilai estetis sangat diperlukan kehadirannya, sebab estetika dalam pergeralan wayang sangat menentukan keberhasilan seniman dalang. Bermutu atau tidaknya sajian pakeliran wayang sangat ditentukan oleh unsur-unsur estetis dan unsur-unsur keindahan itu dapat dihadirkan lewat unsur-unsur pergelaran wayang yang terdiri atas para pelaku wayang atau pelaksana (dalang, pengrawit, pesindhen, penggerong) dan peralatan pergelaran (wayang kulit, kelir, gedebog, kotak wayang, keprak, cempala, blencong, gamelan) maupun tempat pertunjukan wayang (panggung). unsur-unsur pedalangan terdiri dari empat jenis, yaitu: (1) lakon yang terdiri dari cerita, urutan pengadegan, penggolongan jenis lakon, dan sanggit. (2) catur terdiri dari, janturan, pocapan dan Ginem. (3) sabet yang meliputi semua gerak wayang, dan (4) iringan wayang yang terdiri dari dhodhogan, keprakan, dan tembang. Posisi sebuah lakon sangat penting didalam pertunjukan wayang. Wayang tidak dapat berjalan apabila tidak ada lakon yang dipentaskan. Catur merupakan sarana dalang dalam mengungkapkan ide-ide yang paling jelas dan mudah ditangkap oleh audience, karena menggunakan bahasa verbal melalui narasi dan dialog antar tokoh wayang. Sabet adalah gerak wayang dari awal pertunjukan 82 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 sampai akhir, termasuk perhatian dalang terhadap bayangan pada kelir, serta pengaturan wayang di luar kelir. Sabet dalam pertunjukan wayang kulit sangat mendukung esensi lakon yang ditampilkan serta mempunyai fungsi untuk memberikan gambaran situasi batin tokoh dan perbuatan tokoh wayang. Fungsi iringan dalam pedalangan adalah sebagai pemantap pembuat suasana adegan. Iringan pedalangan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu sulukan, dodogan keprakan dan karawitan. Sulukan merupakan jenis lagu vokal yang biasanya disuarakan oleh dalang untuk membantu memberikan effek suasana tertentu dalam pakeliran. Dodogan adalah bunyi yang ditimbulkan dari suara kotak yang dipukul dengan cempala. Keprakan adalah suara kepingan logam yang dipasang pada kotak, dan akan berbunyi apabila dihentakkan dengan kaki dalang. Sedangkan karawitan adalah semua sajian seni suara baik yang berupa vokal maupun instrumental dengan menggunakan tangga nada slendro dan atau pelog. Vokal biasanya disajikan oleh swarawati yang disebut pesinden, dan wiraswara. F. Latihan/Evaluasi 1. Jelaskan dengan singkat medium seni pedalangan yang berupa gerak. 2. Jelaskan dengan singkat medium seni pedalangan yang berupa bahasa. 3. Jelaskan dengan singkat tentang klasifikasi dalang. 4. Jelaskan dengan singkat tentang sanguning dalang. 5. Jelaskan dengan singkat penggolongan jenis-jenis lakon. 6. Jelaskan fungsi iringan dalam pergelaran wayang. 7. Jelaskan dengan singkat perbedaan antara janturan dan pocapan dalam seni pedalangan gaya Surakarta. 8. Gendhing apa saja yang biasa dipakai pada adegan jejer pathet manyura. 9. Gendhing apa saja yang dipakai pada saat adegan jejer pertama Kahyangan Suralaya dengan tokoh Bathara Guru. 10. Jelaskan dengan singkat fungsi dhodhogan dan keprakan. 83 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 G. Refleksi 1. Manfaat apakah yang Anda peroleh setelah mempelajari unit pembelajaran ini? 2. Apakah menurut Anda unit pembelajaran ini benar-benar menambah pengetahuan mengenai unsur-unsur seni pedalangan? 84 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 85 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 MENGENAL SILSILAH WAYANG A. Ruang Lingkup Pembelajaran B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti dan mempelajari unit pembelajaran 1 peserta diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian silsilah wayang 2. Menjelaskan pembagian kitab Ramayana 3. Menjelaskan pembagian kitab Mahabharata Selama 6 minggu x 3 JP Mengenal Silsilah Wayang Pengertian Silsilah Wayang Pembagian Kitab Mahabharata Pembagian Kitab Ramayana UNIT PEMBELAJARAN 3 86 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 C. Kegiatan Belajar 1. Mengamati a. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar tentang silsilah wayang. b. Mengidentifikasi sumber cerita pedalangan 2. Menanya a. Mendiskusikan silsilah wayang. b. Mendiskusikan sumber cerita wayang. 3. Mengeksplorasi a. Menampilkan silsilah wayang b. Mengiventarisasi sumber cerita wayang. 4. Mengasosiasi a. Membandingkan silsilah wayang. b. Membandingkan sumber-sumber cerita wayang 5. Mengkomunikasikan Membuat laporan dan mempresentasikan tentang silsilah wayang. D. Materi 1. Pengertian Silsilah Menurut Kamus Bahasa Sunda oleh M.A. Satjadibrata, arti silsilah itu ialah rangkaian keturunan seseorang yang ada kaitannya dengan orang lain yang menjadi istrinya dan sanak keluarganya. Silsilah tersebut merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya. Arti silsilah itu bersifat universal, dimana orang-orang di seluruh dunia mempunyai silsilah keturunannya dan pula, di seluruh benua akan dimaklumi, bahwa semua orang pasti akan mengagungkan leluhurnya. Kita sering membaca silsilah keturunan para raja yang termasuk sejarah atau silsilah para penguasa yang memerintah suatau daerah, baik yang ditulis pada prasasti maupun benda lain dengan maksud untuk dikenal, tetapi untuk diagungkan oleh segenap masyarakatnya, dan dikenang akan jasa-jasanya. Jelas bagi kita, bahwa yang dimaksud dengan silsilah itu, ialah suatu daftar susunan nama orang- 87 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 orang yang merupakan susunan keturunan dari suatu warga atau dinasti (wangsa), misalnya Dinasti Sriwijaya, Dinasti Syailendra, dan dinasti-dinasti lainya yang pernah berkuasa. Demikian pula dalam pewayangan, ada salah satu nama keluarga besar yang menggunakan nama leluhurnya, contoh Kurawa. Kurawa artinya keturunan raja Kuru yang dahulu pernah memerintah negara Astina dan menjadi leluhur prabu Suyudana beserta adik-adiknya. Demikian pula dengan keluarga Pandawa atau sering disebut Barata Pandawa. Nama Barata adalah juga merupakan nama leluhurnya, yang pernah berkuasa di Astina, sehingga diabadikan oleh para Pandawa degan sebutan keluarga Barata Pandawa. Apa sebabnya Pandawa dan Kurawa memakai dua nama leluhurnya yang berbeda, padahal mereka itu dari satu nenek moyang? Mereka hanya menggunakan nama leluhurnya yang dipandang pada saat itu memerintah, sebagai orang yang patut dan wajar untuk diabadikan namanya menurut meraka masing-masing. a. Maksud dan tujuan silsilah Maksud penyusunan silsilah ini adalah sebagai ucapan syukur kepada para leluhurnya yang telah memberi bimbingan serta mengayomi dan yang lebih utama lagi, adalah bahwa seseorang lahir ke dunia, adalah karena adanya leluhurnya itu. Penyusunan silsilah keturunan ini mempunyai arti yang penting bagi suatu keluarga, antara lain untuk mengetahui keturunan siapa orang itu, untuk mengetahui siapa dan bagaimana leluhurnya itu, dan yang utama sekali, ialah bagaimana pandangan masyarakat terhadap leluhurnya itu, serta dijadikan kenangan secara turun-temurun, agar keturunannya tidak kehilangan jejak leluhurnya. Selain itu agar dapat dijadikan kebanggaan seluruh keturunannya dan dapat pula dijadikan contoh bila leluhurnya salah seorang pahlawan. Dari segi lainpun silsilah ini mempunyai maksud yang penting pula dan dapat dibenarkan oleh agama dan negara manapun juga. Ada beberapa sudut pandang tentang adanya silsilah, yaitu dari sudut perorangan, dari sudut lingkungan masyarakat, dan dari sudut kepercayaan. Ditinjau dari segi perorangan, pangagungan leluhurnya itu dimaksudkan agar perilaku yang pernah dijalankan para leluhurnya menjadi contoh bagi keturunan yang ditinggalkan dan diceritakan kembali kepada keturunan berikutnya tentang betapa besar jasa dan keagunga leluhur mereka tersebut. Dalam hal ini 88 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 tentu hanya kebaikan-kebaikan saja yang diceritakan kembali, Demikian pula kadang-kadang ada yang menceritakan kagagahan dan kesaktiannya. Maksud silsilah seseorang dalam lingkungan masyarakat ini adalah untuk dikenal dan dikenang oleh masyarakat agar dijadikan seorang pahlawan dalam sejarah hidup bangsa tersebut. Sedangkan maksud utama penggunaan silsilah adalah sebagai tanda terima kasih kepada para leluhurnya atas suatu usaha pemulyaan, sebagai kenangan akan kebaikannya dan usahanya dalam mengayomi dan menjaga keselamatan keturunannya atau usaha pelestarian keturunannya. Sesuai dengan kepercayaan penduduk, di Bali misalnya, lain lagi dengan di Jawa atau daerah lain yang menganut ajaran Islam, demikian pula dengan masyarakat yang memeluk agama lain. Walaupun berbeda kepercayaan, tetapi di setiap suku bangsa memegang teguh terhadap adat-istiadatnya. atau kebiasaan terkait cara mengagungkan leluhurnya. Ditinjau dari segi kepercayaan, telah menjadi kewajiban seseorang atau sekeluarga untuk mengenang dan mengagungkan leluhurnya dengan cara sesuai kepercayaannya masing-masing yang dianutnya. Bagi penganut ajaran Islam, para leluhurnya tersebut tidak boleh disembah dan dipuja, kecuali dikenang dan diagungkan, karena hanya Tuhan sajalah yang disembah dan dipuja. Maksud mengagungkan leluhurnya tersebut, agar kebaikan-kebaikan yang pernah dilaksanakan para leluhurnya menjadi bagian bagi keturunannya dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Adapun tujuan penyusunan silsilah adalah sebagai usaha pumuliaan artinya untuk memuliakan leluhurnya, melestarian kebijakan leluhurnya agar leluhurnya tetap dikenang dan segala perilaku yang baik dijadikan contoh keturunannya. Kedua usaha tersebut disebut Dwi Dharma Bakti. b. Penampilan Silsilah Secara umum, penampilan silsilah tersebut hanya dipergunakan terkait orang-orang penting saja yang pada umumnya ditulis dalam buku-buku sejarah. Sedangkan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda antara tahun 1610 sampai tahun 1942, hanya para raja dan para bupati saja yang silsilahnya ditullis dan disusun dalam kitab-kitab sejarah. Pada zaman pra sejarah, dimana terjadi kepercayaan animisme dinamisme di Indonesia, 89 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 masyarakat mendewakan semua benda hidup dari roh nenek moyangnya. Bangsa Indonesia sejak dahulu telah terbiasa mengagungkan leluhurnya yang diwujudkan dengan jalan upacara penyembahan leluhurnya, baik di rumah maupun di tempat yang khusus yang disediakan secara beramai-ramai. Ketika kebudayaan Hindu berkembang di Indonesia pada umumnya, di Jawa pada khususnya, penyembahan terhadap roh itu tidaklah hilang hanya sifat dan bentuknya yang berubah. Selain mengagungkan leluhurnya dengan jalan menceritakan kembali kebaikannya, juga disatukan dengan penyembahan dan pemujaan terhadap para dewa yang menjadi mitos India, seperti Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma dan ada pula yang menyembah Batari Durga. Dengan jalan demikian, maka kesusasteraanpun ada dua macam, yaitu Kitab Ramayana dan Kitab Mahabharata. Disamping itu terdapat pula cerita-cerita legenda rakyat, seperti Prabu Mikukuhan, Sri Sadana, dan lain-lainya. Lakon-lakon tersebut di atas, dipergelarkan di muka umum, sehingga tidak terbatas pada lingkungan keluarga saja, namun umumpun dapat mendengarkan kebaikan-kebaikan apa yang diperbuat oleh leluhurnya itu. Dalam hal ini pengagungan kepada leluhur bangsa Indonesia itu sangat menguntungkan bagi kemekaran kebudayaan Hindu, karena dalam upacara tersebut dapat pula disisipkan kisah para dewa, yang disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk cerita Ramayana dan Mahabharata. Dari kedua cerita yaitu cerita dari India dan legenda rakyat disatukan, dengan jalan cerita pokok dalam pergelaran tersebut, ialah kisah-kisah dari India, sedangkan adat kebiasaan hidup serta kebiasaan lingkungan diambil dari kisah-kisah legenda rakyat. Cerita Mahabharata tersebut mengisahkan kepahlawanan Pandawa yang dianggap sebagai leluhur bangsa India, karena leluhur Pandawa menurut gaya India ialah raja Barata yang pernah memimpin di India. Karena silsilah Mahabharata gaya India tersebut tidak sesuai dengan adat kebiasaan dan lingkungan hidup bangsa Jawa, maka silsilah Mahabharata tersebut diubah, seperti yang kita lihat pada Kitab Pustaka Raja Purwa, karya R, Ng. Ronggowarsito. Disamping itu perlu pula diketahui bahwa Mahabharata adalah hasil sastra India yang berpusatkan kepada Dewa Siwa. 90 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 c. Silsilah Bharata. Meneliti silsilah wayang dalam cerita Mahabharata tersebut, kita akan mendapat kesulitan. Pada cerita itu terdapat dua jalur silsilah yang dihasilkan oleh dua kepercayaan, yaitu silsilah Mahabharata gaya India dan silsilah Mahabharata versi Pustaka Raja Purwa. Sebagaimana telah kita ketahui, cerita Mahabharata adalah hasil karya sastra India yang berpusatkan kepada Dewa Siwa, maka silsilahnyapun tentu silsilah yang berdasarkan cerita Hindu di India, dan bukan keturunan dari para Dewa, namun para Pandawa merupakan keturunan dari raja Nahusta, seorang raja di India. Lain halnya dengan silsilah para Pandawa menurut gaya Indonesia, Pandawa adalah keturunan dari para dewa. Dari dewa turun temurun sampai kepada raja-raja yang memerintah di tanah Jawa. Cerita Mahabharata versi Indonesia tersebut telah disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia, di mana yang menjadi pusat perhatian dan pusat perkembangan silsilah yaitu Batara Guru. Hall ini dimaksudkan agar masyarakat pada waktu itu percaya bahwa para raja Jawa adalah keturunan para dewa. Next >