< Previous 111 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 14) Aswamendhiparwa Yudhistira menyelenggarkan selamatan "Aswameda". Seekor kuda dilepas, dengan diikuti oleh Arjuna disertai sepasukan prajurit. Dalam satu tahun kuda tersebut berkelana, setiap jengkal tanah yang dilewati dijadikan wilayah kekuasaan Yudhistira. Walaupun banyak raja yang melawan, namun akhirnya semuanya bertekuk lutut kepada Arjuna. 15) Acramawslkaparwa Destharastra bersama permaisuri Dewi Gendari dan Dewi Kunthi keluar dari keraton. Selanjutnya pergi masuk hutan untuk bertapa. Setelah 3 tahun bertapa seluruhnya meninggal, terbakar oleh api sesaji Drestharastra sendiri. 16) Mausalaparwa Isinya menceriterakan musnahnya vegaranya Kresna disebabkan karena berkobarnya perang besar-besaran antara sesaudara kaum Yadawa sendiri. Sedangkan Baladewa meninggal karena mencebur ke laut. Kresna masuk hutan dan akhirnya meninggal karena dibunuh oleh kaum Yadawa sendiri. 17) Mahaprasthanikaparwa Para Pandawa meninggalkan keduniawian, sedangkan tahta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, putra Abimanyu. Akhirnya Pandawa satu demi satu meninggal, diawali oleh Dewi Drupadi. Kini tinggallah Yudhistira sendirian, diikuti oleh seekor anjing yang dengan setia selalu mengikuti tuannya. Akhirnya datang Hyang Indra yang akan menjemput Yudhistira naik ke sorga. Yudhistira menolak tidak mau naik ke sorga bila tidak bersama sama dengan anjingnya. Anjing kemudian menjelma menjadi Hyang Dharma yang selanjutnya membawa Yudhistira ke swarqaloka. 18) Swargarohanaparwa Para Pandawa setelah sarna-sama mensucikan diri, membersihkan jiwa di neraka beberapa saat, selanjutnya masuk ke surga. Sebaliknya, Kurawa yang semula ditempatkan di surga, diganti dimasukkan ke neraka, dengan waktu yang tidak terbatas. 112 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Ceritera Ramayana dan Mahabarata tersebut di atas, di Nusantara kemudian disadur. Selanjutnya ceriteranya banyak yang disesuaikan dengan keadaan di Nusantara. b. Pengembangan Ceritera Mahabarata 1) Santanu a) Pesta di surgaloka Menceriterakan di Surgaloka ada pesta besar-besaran. Prabu Mahabisa, berhubung dengan sesajinya dapat naik ke surga, demikian juga Dewi Gangga. Di tengah-tengah pesta Hyang Brahma sangat marah karena Prabu Mahabisa bertindak tidak sebagaimana mestinya. Berhubung yang menjadikan sebab yaitu Dewi Gangga oleh karena itu kedua-duanya dikutuk harus turun ke dunia. b) Dewi Gangga berjumpa Prabu Pratipa Pada suatu hari Dewi Gangga menjumpai Prabu Pratipa mohon agar mau dijadikan sebagai isterinya. Tetapi Prabu Pratipa tidak dapat menurutinya, lalu memberi sabda bahwa nanti akan dijodohkan dengan puteranya. Dewi Gangga menyampaikan ucapan terima kasih, hanya dengan permohonan jikalau nanti menantunya mempunyai permintaan apa saja agar tidak dilarang. Karena apabila dilarang akan ditinggal. Akhirnya Dewi Gangga dikawinkan dengan putera Prabu Pratipa, yang bernama Santanu, dengan diberitahu tentang permohonan Dewi Gangga tadi. Selanjutnya Santanu diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, serta Dewi Gangga menjadi permaisurinya. Selang beberapa waktu Dewi Gangga melahirkan putranya, tetapi terus dibuang dengan ueapan "terimalah pembalasan dari tingkah lakumu". Demikian tadi diulangi sampai tujuh kali. Setelah melahirkan yang kedelapan Sang Raja memperingatkan agar bayi tersebut tidak dibuang, serta menanyakan siapa sesungguhnya permaisurinya itu dan darimana asal-usulnya. Dewi Gangga mengatakan bahwa hal ini merupakan hukuman bagi para Wasu (golongan dewa) sejumlah delapan orang, yang bersama mencuri kerbau penghormatan 113 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 bernama Nandhi. Oleh Maharesi semuanya dihukum supaya menjelma rnenjadl bayi (manusia). Para Wasu mendatangi Dewi Gangga dengan permohonan jika bayi sudah lahir supaya dibuang yang merupakan balasan kesalahannya. Karena yang meneuri hanya satu, Wasu yang bernama Dyahu, maka tidak dibuang sebab merupakan hukuman harus tetap hidup di dunia. Setelah mengatakan demikian, Dewi Gangga yang juga puteranya Batara Janu lalu kembali ke Kahyangan dengan membawa bayinya, sebab hukuman untuknya sudah selesai. Setelah bayi sudah besar lalu diserahkan lagi kepada Santanu yang kemudian diberi nama "Dewabrata" atau "Bisma". Sejak kecil Bisma sudah terlihat mempunyai dasar dan watak berani, adil, paham benar tentang hukum serta tangkas dalam mempergunakan senjata. c) Lahirnya Matswapati (Durgandana) dan Durgandini Seorang Raja bernama Basuparicara (Basukiswara) pada suatu hari memikirkan keeantikan Dewi Girika. Dikarenakan memuncaknya birahi hingga keluar spermanya yang kemudian ditelan oleh ikan besar di sungai Jamuna yang menyebabkan hamil. Pada suatu hari seorang nelayan bernama Dasabala menemukan ikan yang baru bunting itu, penjelmaan bidadari yang baru menjalankan hukuman. Ikan melahirkan dua bayi, putera dan puteri (dampit), oleh Dasabala dihaturkan kepada raja. Raja menyadari bahwa bayi tersebut memang putera dan puterinya. Bayi yang putera dinamakan Durgandana yang kelak menjadi raja di Wiratha bergelar Sri Paduka Maharaja Bagindha Prabu Matswapati. Sedang yang puteri dinamakan Durgandini. Oleh karena badan Durgandini berbau amis (anyir), yang juga dinamakan Dewi Rara Amis yang selanjutnya diserahkan kepada Dasabala supaya diasuh dan dididiknya. Setelah dewasa (besar) Dewi Durgandini pekerjaannya menjalankan perahu di sungai Jamuna. 114 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 d) Lahirnya Kresna Dwipayana Wiyasa Dewi Durgandhini memang cantik, bau amisnya sudah hilang sebab disembuhkan oleh Begawan Palasara, bahkan sekarang berbau harum, maka terus dinamakan Sayojanagandi. Berkat mantra Sang Begawan perahu berganti, berubah menjadi Pulau di sungai Jamuna. Begawan Palasara lama berdiam di pulau, bersama dengan Sayajanagandi, kemudian melahirkan putera, bernama Wiyasa, karena badannya hitam dan lahir di pulau maka juga dinamakan Kresna Dwipayana Wiyasa (selanjutnya hanya disebut Wiyasa). Menurut hikayat yang mengarang kitab Weda dan Mahabarata, yaitu Wiyasa, dikisahkan bahwa setelah berputera, Resi Palasara pergi dari Pulau itu. Meskipun begitu Sayajanagandi masih tetap ada di pulau dengan puteranya. Setelah dewasa Wiyasa pergi bertapa, serta mengingatkan jika ibunya akan bertemu anaknya agar mengheningkan cipta, nanti pasti cepat datang. Sedangkan Sayajanagandi kemudian pulang ke negara Wiratha e) Prabu Santanu kawin dengan Dewi Durgandini Suatu hari Prabu Santanu mengikuti sayembara pilih negara Wiratha. Lamaran diterima, hanya Dewi Sayajanagandi mohon agar apabila mempunyai putera, nantinya yang akan menggantikan raja. Sang raja keberatan, sebab sudah mempunyai seorang putera, Dewabrata. Mendengar hal tersebut, Dewabrata bersumpah ia tidak suka jadi raja, tetapi berhasrat jadi "brahmanacari", yaitu brahmana yang tidak suka beristri. Sang raja sangat terharu dalam hati sanubari, maka beliau bersabda mohon ke hadirat dewa, supaya Dewabrata tidak meninggal jika masih menghendaki hidup. Seketika terdengar suara menggelegar, sebagai tanda bahwa permohonannya dikabulkan. Dengan Dewi Sayajana Gandi, Santanu berputra dua, yaitu: Citragada yang nantinya menggantikan naik tahta, dan Wicitrawirya yang nantinya naik tahta menggantikan Citragada karena tewas dalam peperangan. 115 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 f) Prabu Kasindra mengadakan sayembara Prabu Kasindra mempunyai putri tiga, yaitu : Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika. Serta dua panglima perang ialah Wahmuka dan Harimuka, yang berujud raksasa. Oleh karena tiga puteri tersebut sudah dewasa dan belum menikah, maka Prabu Kasindra mengadakan sayembara, siapapun yang dapat mengalahkan Wahmuka dan Harimuka, akan dijodohkan dengan tiga putrinya. Banyak raja yang ikut sayembara, termasuk Dewabrata yang ikut untuk adiknya Citragada dan Wicitrawirya. Akhirnya Dewabrata menang. Setelah sampai di Hastinapura Dewi Sayajanagandi menyuruh supaya Dewi Ambika dikawinkan dengan Citragada, dan Dewi Ambalika dikawinkan dengan Citrawirya. Sedangkan Dewi Amba diberikan kepada salah satu Citragada atau Wicitrawirya. Akan tetapi Dewi Amba tidak mau malahan ingin sekali diperistri Dewabrata, sebab ia yang menang dalam sayembara. Dewabrata menolak, karena tidak akan kawin, akan menjadi Brahmanacari. Pada suatu hari Dewabrata akan menghadap ke pertapaan Begawan Rama Parasu, Dewi Amba juga ikut. Dewabrata tidak berkenan dan marah karena Dewi Amba selalu meminta agar diperistri. Maka Dewabrata marah lalu menakut-nakuti dengan anak panah. Dengan tidak disengaja anak panah terlepas mengenai dada Dewi Amba yang mengakibatkan kematiannya. Atas kejadian itu Dewabrata sangat menyesal karena tidak sengaja. Akhirnya terdengar suara dari langit, oleh karena tidak menerima kesetiaan Sang Dewi, malahan lalu membunuh, sebagai balasan besuk dalam perang besar Baratayuda Dewi Amba akan menitis ke dalam tubuh Dewi Srikandi yang dapat membalaskan. g) Begawan Wiyasa melanjutkan keturunan darah Kuru Dewi Sayojanagandi (Dewi Gandawati) sangat sedih, sebab semua puteranya sudah meninggal sebelum berputera, berarti darah Kuru akan punah. Karena itu Bisma sepakat dengan Dewi Sayojanagandi memanggil 116 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Begawan Wiyasa (Kresna Dwipayana) supaya dapat melanjutkan darah Kuru dengan memperistri Dewi Ambika dan Dewi Ambalika. Begawan Wiyasa sanggup tetapi menanti satu tahun, sebab akan bertapa lebih dahulu dengan permohonan mudah-mudahan mendapat keturunan yang sungguh-sungguh utama. Sesudah satu tahun, Begawan Wiyasa mengharapkan keturunan dari Ambika, yang selanjutnya melahirkan Drestharastra yang matanya buta. Begawan Wiyasa dengan DewiAmbalika melahirkan Pandhu yang pucat. Dewi Sayojanagandi memerintahkan lagi kepada Wiyasa supaya mempunyai keturunan lagi dengan Dewi Ambalika, hanya oleh Dewi Ambalika diganti dengan abdinya, bernama Datri yang berhias diri menyerupai Dewi Ambalika. Akhirnya Datri melahirkan putera yang berkaki timpang, dinamakan Widura. Dewi Sayojanagandi tercapai cita-citanya, sebab darah Kuru tidak punah. 2) Pandu dan Drestharastra a) Pandu menjadi raja di Hastinapura Drestharastra, Pandu dan Widura dididik dan dilatih oleh Resi Bisma. Ketiganya yang nantinya melanjutkan darah Kuru. Drestharastra memiliki kelebihan dalam hal kesaktian kekuatan. Pandhu memiliki kelebihan memanah, sedang Widura memiliki kelebihan dalam memainkan pedang. Yang naik tahta di Hastinapura yaitu Pandhu, sebab Drestharastra buta. Drestharastra kawin dengan Dewi Gendari (saudaranya Sakuni/Sengkuni) puteri raja Basubala (Suwala) di negara Gandara. Pandhu kawin dengan dua orang putri, yaitu Dewi Kunthi (Dewi Prita) puteri raja Kuntiboja. Hanya sebelumnya dengan Pandhu, Dewi Kunthi sudah mempunyai putera, bernama Karna. Sedangkan satunya bernama Dewi Madrim, putri raja Madraspati di negara Madrawiyasa (Mandaraka). Widura kawin dengan Dewi Parasari, putera maharaja Dewaka serta mempunyai putera bernama Wiyanasampana (Sunjaya) 117 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 b) Lahirnya Kakrasana dan Narayana Raden Kangsa Adipati Sengkapura wilayah kerajaan Matura/ Mandura termashur kejam tidak belas kasihan terhadap sesama. Pada suatu hari sang adipati didatangi Hyang Narada, Dewa dari Surgaloka, memberitahukan kepada Raden Kangsa bahwa nantinya sang adipati akan dibunuh oleh anaknya Dewaki (Dewaki adalah bibi Raden Kangsa, isteri Prabu Basudewa), memperbolehkan dan menyuruh puteri angkatnya, Kunthi supaya melayani nya (sebenarnya Kunthi adalah puteri Prabu Surasena, bangsa Yadawa, darah Wresni). Karena Kunthi baik dalam pelayanannya kepada Brahmana, maka lalu diberi mantra bernama "Adilayah Redaya" yang dapat mendatangkan dewa yang diharapkan. Sewaktu Druwasa sudah pergi, Kunthi mencoba melafalkan mantra dengan mendatangkan Hyang Surya, yang kemudian memberikan anugerah sampai mengandung. Kunthi sangat malu karena masih perawan sudah mengandung, maka meminta supaya nanti lahirnya tidak keluar dari jalan semestinya. Sungguh luar biasa berkat pertolongan Resi Druwasa bayi lahir tidak keluar dari jalan semestinya, melainkan keluar dari telinga, maka lalu dinamakan Karna berarti telinga. Sejak lahir Karna sudah memakai "anting-anting" dan pakai "kotang", maka sangat sakti dan digdaya (kebal). Setelah lahir, bayi Karna dimasukkan ke dalam peti, dilarung di sungai Aswanadi, hanyut sampai ke tanah Angga. Di situ ditemukan oleh kusir Drestharastra bernama Adirata dan dianggap sebagai anaknya sendiri. 3) Pandawa dan Kurawa a) Lahirnya Pandawa Pada suatu hari Sang Pandu disertai Dewi Madrim berburu di hutan Himawan pada dengan menaiki Lembu Nandi. Secara tak terduga melihat kijang jantan betina saling bercinta. Kijang lalu dipanah mengenai kijang betina karena Sang Pandu merasa disindir. Kijang jantan menyumpah bahwa nanti Sang Pandu mangkatnya juga 118 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 waktu baru bercinta-cintaan dengan permaisurinya. Kijang itu sebenarnya Resi Kindana yang baru menyamar. Sesampai di Kedhaton, masalah itu kemudian diceriterakan kepada saudara- saudaranya. Keputusannya Sang Pandu akan bertapa di Pertapaan Rohtawu untuk menebus dosanya dengan diikuti Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Ketika berada di pertapaan, Sang Pandu ingin mempunyai putera, kemudian hal tersebut diceriterakan kepada prameswarinya. Dewi Kunthi menghaturkan sembah bahwa memiliki mantra yang dapat mendatangkan Dewa. Sang Pandu menyetujui, dan Dewi Kunthi mendatangkan Hyang Darrna yang kemudian memberi anugrah putera, bernama Yudhistira. Setelah itu Dewi Kunthi mendatangkan Batara Bayu dan diberkati seorang putera dinamakan Bimasena. Selanjutnya mendatangkan Hyang Indra yang enganugerahkan putera, Arjuna. Dewi Madrim yang ikut menggunakan mantra tadi mendatangkan Hyang Aswin (Hyang Aswin kembar dua sama rupanya), dengan menganugerahkan putera kembar, Nakula dan Sadewa. b) Lahirnya Kurawa Bersamaan dengan lahirnya Pandawa, Dewi Gendari juga melahirkan putera sejumlah 100 orang. Yang lahir lebih dahulu Duryudana, dengan disertai tanda akan terjadi sesuatu yang tidak baik seperti angin lesus yang merobohkan rumah-rumah, anjing melolong-Iolong. Putera Drestharastra sebanyak 100 orang tersebut disebut Kurawa, artinya keturunan Raja Kuru, yaitu Hastinapura yang dahulu merupakan nenek moyang Kurawa dan Pandawa. c) Sang Pandu wafat Pada suatu hari Sang Pandu amat birahi terhadap Dewi Madrim. Sang Raja memeluk Dewi Madrim, serta lupa dengan sumpahnya Resi Kindana. Dengan seketika Sang Pandu wafat, sedangkan Dewi Madrim lalu turut serta membakar diri. Dewi Kunthi mempunyai tugas 119 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 mengasuh lima puteranya yang masih kecil-kecil tadi, terus pulanq ke Hastinapura. Di kerajaan, Pandawa diasuh Sang Drestharastra bersama dengan Kurawa. d) Bima menghadapi bahaya maut Sekarang Hastinapura sudah tidak memiliki raja lagi. Putera Pandu yang sulung belum dewasa, maka sementara waktu pemerintahan dipegang oleh Drestharastra. Setelah sama-sama dewasa, Kurawa menyadari bahwa harus ada yang bisa menandingi kekuatan Bima. Maka Duryudana yang iri hati, mempunyai niat akan membunuh Bima. Pada suatu hari, waktu Kurawa mengadakan selamatan, Bima diberi makanan dengan racun. Setelah Bima tidak sadar lalu dimasukkan ke bengawan. Sewaktu di dalam bengawan bertemu dengan Naga Rajanaga. Bima digigit, untung bisanya justru dapat menawarkan racun. Bima sadar lagi. Akhirnya perang tanding dengan Rajanaga. Raja naga kalah, Maka kemudian minta tolong kepada rajanya, Hyang Basuki. Perang tanding dapat dihentikan rnalahan Bima diberi Hyang Basuki minuman yang dapat memberikan kekuatan bahkan kesaktiannya. Bima kembali ke Hastinapura bertemu dengan saudara-saudaranya. Yudhistira dengan Widura mengerti kalau hal itu tipu daya Duryudana, tetapi diam saja. Duryudana semakin panas hatinya dan bermaksud mencari akal untuk membunuhnya lagi. Setelah semuanya menjadi dewasa, Bisma mempunyai pendapat sebaiknya Kurawa dan Pandawa dididik oleh salah seorang guru, yaitu Resi Krepa. e) Lahirnya Krepa dan Krepi Pada suatu hari, Sang Suradwan, anak begawan Gotama pergi bertapa dengan membawa busur. Di pinggir telaga rnellhat seorang putri yang sedang mandi. Putri itu sebenarnya seorang bidadari bernama Dewi Janapadi yang diberi tugas untuk menggoda. Suradwan tertarik hatinya, dan demikian memuncak birahinya, menyebabkan air maninya keluar, meleleh di pahanya. 120 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Busur panahnya digunakan untuk mengusap. Busur itu kemudian mengandung. Kemudian Suradwan melanjutkan bertapa sedangkan busur dan panah itu ditinggalkannya. Sesudah tiba saatnya melahirkan, maka busur itu melahirkan dua orang anak (dampit). Maharaja Sentanu ketika sedang berburu melihat dua orang anak itu yang kemudian dibawanya ke istana. Yang laki-Iaki diberinya nama Krepa dan yang perempuan Krepi. f) Pandawa dan Kurawa berguru pada Druna Sesudah Pandawa dan Kurawa berguru pada Krepa, dilanjutkan berguru pada Oruna yang menjadi iparnya Krepa, karena adiknya Krepi diperistri oleh Druna. Druna adalah putera Resi Baradwaja. Pada suatu waktu Druna beserta anaknya yang bernama Aswatama (Aswa = kuda) pergi ke negara Pancala dengan tujuan hendak menemui teman dekatnya yang bernama Sucitra yang sekarang telah menjadi raja di negara Pancala dengan nama Drupada. Druna tidak diterima malah dlhajar oleh Patih Gandamana sehingga sekujur badannya rusak. Dengan perasaan sedih Druna melanjutkan perjalanannya hendak menemui Krepa di Gajahoya. Di tengah perjalanan bertemu dengan Pandawa dan Kurawa yang sedang bermain "jor gembung" (kain yang dilipat-Iipat digulung hingga bundar untuk bermain jor). Kebetulan gembung masuk ke dalam sumur yang sudah tak berair, dan tidak ada yang berani mengambil. Dengan pertolongan Druna, gembung dapat diambil dengan menggunakan panah ilalang. Para Pandawa dan Kurawa sangat kagum seraya memuja kesaktian Druna. Hal itu dilaporkan kepada Bisma. Mendengar laporan itu Bisma sangat senang, sebab waktu itu memang sedang mencari guru yang pandai dan sakti. Sebab itu Druna dipanggil dan diminta mendidik dan melatih para kesatria Pandawa dan Kurawa. Druna bersedia memberi pelajaran dengan syarat kalau nanti sudah pandai tidak boleh menolak semua permintaannya. Semua diam, kecuali Arjuna yang menyanggupinya. Next >