< Previous 151 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 diterima dengan senang hati, karena yang mengalahkan musuh sebenarnya Arjuna, yang menyamar menjadi banci. Setelah genap 13 tahun menjalani hukuman dengan selamat, Pandawa menghadap sang raja, serta menjelaskan sebab-sebab riwayat pengabdiannya. Prabu Matswapati heran dan terkejut, tidak mengira sama sekali bahwa para hamba tadi sebenarnya Pandawa. Karena bahagianya, Arjuna akan diambil menjadi menantu, akan dikawinkan dengan putrinya yang bernama Dewi Utari. Tetapi Arjuna menolak, dan memohon kalau diijinkan Dewi Utari akan dikawinkan dengan anaknya, yang bernama Abimanyu. Prabu Matswapati sangat setuju atas permohonan ini. Tak lama kemudian diadakan pesta besar-besaran merayakan perkawinan antara Abimanyu dengan Dewi Utari. 6) Baratayuda a) Perundingan perdamaian Batara Kresna, Baladewa, Satyaki, dan para raja serta ksatria, berkumpul di tempat yang digunakan perundingan. Perundingan dipimpin oleh Drupada, raja Pancala, yang menyatakan bagaimana caranya agar negara Hastinapura yang separo dikembalikan kepada Pandawa. Batara Kresna yang dimintai pertimbangan memberikan pandangan, karena belum mengerti kehendak Duryudana, lebih baik mengirin utusan yang menasehati agar setengah wilayah Hastinapura diserahkan kembali kepada Pandawa. Baladewa setuju atas saran itu, dan utusan dipilih yang dapat memikat hati Duryudana. Satyaki yang tidak sabar lagi, berpendapat bila Duryudana tidak mau menyerahkan kembali setengah wilayah Hastinapura kepada Pandawa, harus direbut dengan peperangan. Dia sanggup untuk memintakan. Raja Drupada menyetujui mengirim utusan, yang diutus pendeta kerajaan. Tetapi ternyata utusan kembali dengan tanpa membawa jawaban apa-apa. Selanjutnya para raja memilih, ada yang memilih bergabung dengan Pandawa, dan ada pula yang bergabung dengan Kurawa. 152 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 b) Prabu Duryudana dan Arjuna pergi ke Dwaraka Arjuna mengharapkan bantuan Kresna, demikian juga Duryudana. Meskipun yang datang lebih dulu Duryudana, tetapi yang dilihat terlebih dahulu oleh Kresna, Arjuna. Karenanya keduanya akan dibantu. Duryudana diperintahkan supaya memilih dulu bantuan berupa prajurit berjumlah 10.000 lengkap dengan persenjataannya atau memilih dirinya seorang, yang tidak ikut berperang. Hal ini oleh Duryudana dipilih 10.000 prajurit, sebab mengira bahwa prajurit yang banyak akan dapat mengalahkan musuh. Pilihan ini sangat menggembirakan hati Arjuna, karena justru yang dipilih oleh Arjuna adalah pribadi Kresna yang sangat dibutuhkan oleh Pandawa, karena sebenarnya Batara Kresna adalah penjelmaan Hyang Wisnu, tentu akan memenangkan peperangan. Sang Baladewa memilih untuk tidak berpihak pada salah satu kubu. Duryudana kembali dengan berbunga-bunga hatinya. Sepeninggal Duryudana, Batara Kresna bertanya, apa sebab senang kepada pribadinya. Arjuna menjawab, bahwa dia lebih memilih pribadinya, karena lebih membutuhkan petunjuk-petunjuk Sang Kresna, daripada banyaknya prajurit. Dan Arjuna ingin kelak dalam perang, dengan naik kereta yang menjadi sais Batara Kresna. Mendengar permintaan itu Kresna sangat gembira hatinya, dan pada peperangan Kresna sanggup menjadi kusir (sais) kereta Arjuna. Setelah itu Arjuna mengajak Batara Kresna berangkat ke Wiratha. c) Tipu muslihat Prabu Duryudana Prabu Duryudana mendengar bahwa Prabu Salya dari Mandaraka akanmemihak Pandawa oleh sebab itu beliau mencari akal agar Prabu Salya memihak Kurawa. Di sepanjang jalan yang hendak dilalui Prabu Salya dan pengikutnya menuju ke Wiratha dibuatkan bangunan dengan menyediakan makanan yang enak-enak sebagai sambutan terhadap Prabu Salya beserta pasukannya. Setelah Prabu Salya dan pengiringnya lewat, dipersilahkan singgah serta memakan aneka makanan yang telah disediakan. Prabu Salya sama sekali tidak menduga bahwa yang menyediakan makanan itu para Kurawa, maka semuanya makan dengan enaknya. Setelah itu Duryudana menemui Prabu Salya dan 153 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 meminta agar beliau bersedia memihak pada Kurawa. Prabu Salya terkejut, namun karena dibujuk, Prabu Salya akhirnya menyanggupi membantunya. Prabu Salya melanjutkan perjalannya ke negara Wiratha. Di sana menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Pandawa, walaupun demikian masih bersedia membantu Pandawa dengan cara diam-diam, hanya saja masih mencari bagaimana caranya. Prabu Yudhistira meminta agar dalam perang Baratayuda nanti, Prabu Salya menjadi sais kereta Karna, serta menjalankannya tidak sebagaimana mestinya. Prabu Salyapun menyanggupinya. d) Prabu Drestharastra mengirim utusan kepada Pandawa. Sanjaya, utusan Drestharastra menghadap Pandawa dengan harapan agar Pandawa mengurungkan perang Baratayuda, tetapi sama sekali tidak menyinggung masalah negara Hastina. Yudhistira mengatakan bahwa Pandawa sebenarnya tidak senang perang, melainkan suka perdamaian. Justru Drestharastra sendiri bersama-sama putranya yang selalu menggiring Pandawa kedalam peperangan. Agar perang tidak terjadi, maka negara yang menjadi haknya Pandawa supaya dikembalikan, yaitu : Wrekastala, Kusastala, termasuk Kanyakunja, Makandhi dan Waranawata. Sanjaya membujuk Pandawa agar mengurungkan niatnya meminta kembali wilayahnya. Tetapi Pandawa tetap pada pendiriannya meminta kembali wilayahnya. Batara Kresna mengatakan bahwa perang Baratayuda tidak dapat dihindari, namun sekalipun demikian dia masih bersedia mencoba lagi mendamaikan dengan pihak Kurawa. Setibanya di Hastina Sanjaya melaporkan hasil erundingannya dengan Pandawa. Raja Salya di Hastina memberi nasehat agar apa yang menjadi hak Pandawa dikembalikan. Hal itu juga disetujui oleh Druna. Akan tetapi Duryudana tetap menolak mengembalikan hak Pandawa. Beliau yakin disertai bala bantuannya dapat mengalahkaan Pandawa. Raja Drestharastra juga membujuk putranya agar mengembalikan hak Pandawa, tetapi Duryudana tekadnya sudah bulat. 154 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 e) Batara Kresna menjadi utusan Pandawa. Kresna sangup menjadi utusan Pandawa untuk memusyawarahkan tuntutan Pandawa, hal ini menggembirakan semua. Pada suatu hari Kresna berangkat ke Hastinapura naik kreta yang dikusiri oleh Satyaki. Ketika tiba di Tegal kuru setra, tiba-tiba datanglah Resi Parasu, Kanwa, Janaka dan Narada dari angkasa yang kemudian bersama-sama turut naik kereta Kresna, hendak menyaksikan perundingan antara Kurawa dan Pandawa. Kabar bahwa Kresna akan datang sebagai utusan Pandawa, Duryudana memerintahkan secara diam-diam mempersiapkan pasukan lengkap dengan senjatanya. Sedangkan Resi Druna, Krepa dan Bisma serta Salya diminta supaya menyambut duta Pandawa itu. Jalan yang menuju keraton dibentangi permadani yang sangat indah dan disebari bunga yang semerbak baunya serta dihias dedaunan dan bunga yang sangat indah. Penghormatan yang berlebihan tersebut dimaksudkan agar Kresna memihak kepada Kurawa. Berhubung dengan itu akan dielu-elukan, dan dijamu dengan makanan yang enak-enak. Setiba di Hastinapura Kresna dijemput Sangkuni dan para sesepuh dan dipersilahkan masuk kedalam keraton dengan penuh penghormatan. Tetapi Kresna menolak dengan mengatakan bahwa seorang ksatriya yang sedang melaksanakan kewajiban tidak boleh bersenang senang sebelum selesai tugasnya dengan sempurna. Hal ini menyebabkan Duryudana sangat kecewa karena gagal memikat hati Kresna. Selanjutnya diadakan pembicaraan di pendapa keraton Hastina. Batara Kresna ingin minta keterangan tentang separoh negara Hastina yang menjadi hak Pandawa. Dalam hal ini Duryudana setuju negara Hastina dibagi dua. Setelah para dewa kembali ke kahyangan, tiba-tiba Duryudana menarik kembali ucapannya, dengan sombong menyatakan tidak akan mengembalikan separoh negara Hastina kepada Pandawa. Walau sedikitpun, serta hendak dibela sampai titik darah penghabisan. Para sesepuh mendengar ucapan tersebut terkejut seraya menasehati agar Duryudana menepati janjinya, serta diingatkan andaikata sampai terjadi perang saudara, (perang Baratayuda) negara Hastinapura akan rusak. Duryudana tidak memperdulikan semua nasehat, malah meninggalkan 155 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 pertemuan dengan marah-marah. Sangkuni yang melihat Duryudana meninggalkan pertemuan dengan marah, cepat-cepat memerintahkan prajurit Hastina menyerang Kresna. Kresna yang sadar akan diserang kemudian bersemedi, seketika berubah rupa menjadi raksasa yang sangat besar dan menakutkan. Melihat raksasa itu, prajurit Kurawa lari terbirit-birit. Setelah amarahnya mereda ujudnya berubah seperti semula, Beliau meninggalkan pertemuan dan kembali ke Wiratha. Tetapi sebelumnya akan singgah di tempat tinggal Dewi Kunthi. Di tengah pejalanan bertemu dengan Karna yang juga akan menemui Dewi Kunthi. Kresna menasehati Karna, oleh karena Karna adalah putra Dewi Kunthi yang tertua, maka sebaiknya memihak pada Pandawa yang membela kebenaran. Kalau Duryudana tetap tidak bersedia mengembalikan apa yang menjadi hak Pandawa berarti menimbulkan pertumpahan darah yang sangat besar. f) Pertemuan antara Kunthi, Kresna dan Adipati Karna. Di dalam pertemuan, Dewi Kunthi juga meminta agar Karna memihak Pandawa. Dengan penuh hormat Karna menjawab bahwa memang benar Duryudana bertindak menyimpang dari kebenaran dan rasa keadilan, dan sudah tahu bahwa hal tersebut nanti akan menyebabkan musnahnya darah Kuru. Tetapi beliau merasa sudah mendapatkan kesenangan hidup serta kewibawaan dari Duryudana, dan lagi sudah pemah berjanji akan membelanya. Karna juga sadar bahwa Kurawa di pihak yang salah, dan tentu akan mengalami kekalahan. Tetapi Karna memilih mati di medan perang daripada ingkar janji terhadap orang yang telah memberi pertolongan. Para dewa juga bersabda bila mati di perang Baratayuda akan naik ke surga. Kecuali itu Karna juga mengatakan bahwa telah beberapa waktu beliau mengetahui sebenamya putera Kunthi yang sulung. Tetapi sayang dia dipisahkan sendiri oleh Dewi Kunthi dari saudara-saudaranya. Apa sebab dia disingkirkan itulah yang berakibat putusnya hubungan persaudaraan dengan Pandawa. Untuk itu mohon agar hal ini tidak diketahui oleh adik-adiknya Pandawa. Dengan tidak terasa matanya digenangi airmata. Kresna juga banyak memberi nasehat maupun petunjuk, namun Karna tetap pada pendiriannya, sekalipun membela 156 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 orang yang bersalah tetapi tidak ingkar janji. Karena tugas kewajibanya sebagai duta sudah selesai, maka Kresna berpamitan pada Dewi Kunthi untuk kembali ke Wiratha. Sebelum berangkat Dewi Kunthi berpesan agar Prabu Kresna bersedia menyampaikan perintahkepada Pandawa agar membulatkan tekadnya melawan musuh untuk mengembalikan haknya. Sedang Dewi Kunthi akan selalu berdoa semoga tercapai apa yang menjadi tujuannya serta kelak para puteranya dapat memperoleh kebahagian. Setelah itu Kresna berangkat ke Wiratha sedang Karna kembali ke negaranya. Ketika masih di wilayah Hastina, Kresna mengetahui pasukan Kurawa yang tak terhitung jumlahnya sudah siap siaga maju perang yang dipimpin oleh Resi Bisma. g) Yang memihak Pandawa Setiba di negara Wiratha, setelah beristirahat Kresna menjelaskan tentang gagalnya perundingan. Para raja dan ksatria yang mendengarkan kegagalan itu sudah tidak sabar lagi untuk segera berperang demi membela kebenaran dan keadilan. Prabu Matswapati mengatakan agar anak cucunya segera bertindak, sedang Kresna diminta mengatur dan menetapkan siapa yang menjadi panglimanya. Semua harta benda negara digunakan sebagai biaya perang, sedang kalau prajurit dirasa masih kurang, pemuda Wiratha dapat dijadikan prajurit. Untuk awal peperangan ini Kresna menunjuk Dresthajumena sebagai panglima perang. Sebelum berangkat, Kresna memberi petunjuk-petunjuk yang dapat membesarkan hati para putra satriya dalam membela nusa dan bangsanya yang hendak dirusak musuh. Mendengar wejangan demikian itu, para ksatria bersumpah tidak akan meninggalkan gelanggang perang. Raja-raja yang memihak Pandawa, yaitu : (1) Prabu Dresthaketu, raja negara Cedi (2) Prabu Jarasanda dengan putranya Jayaserta, raja negara Magada. Di pedalangan yang membantu hanya putra Prabu Jarasenda bergelar Prabu Jayatsena. (3) Prabu Hernyawarna, dari negara Dasarna, mertua Srikandi, putri raja Drupada dari Pancala. Di pedalangan suami Srikandi yaitu Arjuna. 157 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 (4) Prabu Kuntiboja (bangsa Boja), ayah angkat Dewi Kunthi. (5) Raja dari negara Kasi. (6) Sang Pandya, raja negara Mathura Selatan h) Yang memihak Kurawa yaitu : (1) Prabu Rukma, ipar Kresna, yang semula memihak Pandawa, tetapi ditolak karena dia sangat sombong. (2) Resi Bisma (3) Druna dan Aswatama (4) Prabu Bogadata I Bogadenta di Srawantipura. (5) Sakuni dengan saudara-saudaranya (6) Prabu Salya dari Mandaraka (7) Adipati Karna dari Angga (8) Prabu Jayadrata dari negara Sindu (9) Gandapati dari Trigarta (10) Raja Malawa (11) Raja Cedaka (12) Raja Kamboja (13) Prabu Wresaya dari Lokapala (14) Seekor ular bernama Hardawalika (15) Beberapa raksasa i) Arya Seta gugur Diceritakan, perjalanan para raja dan para ksatria ke Tegalkurusetra. Ketika Pandawa tibadi medan perang, segera disambut Kurawa yang telah siap sedia. Maka terjadilah perang besar hingga lima hari lamanya, namun belum ada panglima perang yang gugur, kecuali para prajurit. Pada hari keenam Resi Bisma selalu terdesak. Kemudian Resi Bisma minta petunjuk ibunya, Dewi Gangga, yang kemudian diberi panah. Dengan hati yang teguh Resi Bisma kembali ke medan perang. Ketika semakin dekat dengan musuh, Bisma melepaskan anak panahnya dengan mengucap mantra. Seta yang tengah mengamuk naik kereta 158 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 terkena panah Resi Bisma sehingga roboh dan gugur. Segera Kurawa bersorak-sorak, sedang Prabu Matswapati merasa sedih karena putranya, Seta gugur di medan perang. j) Arjuna kehilangan semangat perang Setelah melihat Seta gugur, Kresna sangat marah, serta kemudian memerintahkan Arjuna maju perang dengan menaiki kereta yang akan dikusiri sendiri oleh Kresna. Setiba di medan perang, hatinya lemas, hilang semangat perangnya, tidak kuat berdiri, jatuh terduduk di kereta. Kresna bertanya mengapa Arjuna sedih tidak berdaya. Padahal sekarang sedang berada di tengah peperangan. Busur panahnya agar diangkat, sebab sudah banyak prajurit yang gugur, harus segera dibalas. Arjuna menjawab tidak dapat melanjutkan perang Baratayuda, sebab melawan saudara sendiri hanya untuk merebutkan barang keduniawian. Demikian juga tidak dapat melawan Druna yang dihormati, serta terhadap Resi Bisma yang mendidiknya sejak kecil hingga dewasa. Disamping itu Arjuna tidak akan memiliki negara kalau negara tersebut harus dibayar dengan darah saudaranya sendiri. Kresna membenarkan apa yang dikatakan Arjuna, namun ditegaskan bahwa perang itu ada dan akan selalu ada, sebab terjadinya perang itu karena adanya orang yang tamak, nafsu angkara murka yang selalu membuat kerugian pihak lain. Ksatria yang tidak mau memerangi angkara murka berarti mengingkari kewajibannya seperti disebut dalam kitab Weda. Maka disini yang diperangi itu watak angkara murkanya. Sekalipun Kurawa itu masih saudara sendiri, namun wataknya jahil dan tamak, sebab itu tetap menjadi musuh kesatria. Orang yang sentosa budinya menganggap bahagia dan sengsara itu sama saja. Maka Arjuna harus segera maju ke medan perang menunaikan kewajiban sebagai seorang ksatria. Setelah mendengar nasehat Itu, Arjuna bangkit, semangatnya timbul kembali karena sadar bahwa ksatria harus menepati kewajibannya. Arjuna mengambil busur panahnya dan maju ke medan perang dengan tak henti-hentinya melepaskan anak panahnya. Demikian juga dengan Resi Bisma terus menerus melepaskan anak panahnya, sehingga banyak prajurit Pandawa yang tewas. Kresna yang 159 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 menjadi sais kereta Arjuna, melihat kerusakan yang diderita prajurit Pandawa karena ulah Resi Bisma, segera memacu kereta dengan mengayun-ayunkan cambuk merobos barisan musuh, akibatnya banyak prajurit Kurawa yang tewas. Ketika berhadap-hadapan dengan Resi Bisma, Kresna lalu mengangkat senjata Cakra yang sangat sakti itu seraya turun dari kereta dan marah-marah. Kresna mengatakan bahwa dia yang akan mampu membunuh Bisma. Kresna berpendapat tidak ada tempatnya seorang ksatria melepaskan anak panah dengan membabi buta sedemikian banyak terhadap prajurit biasa. Resi Bisrna yang melihat Kresna yang turun dari kereta dan mengacungkan sejata Cakra, segera juga turun dari kereta dan mendekati Kresna dengan mengatakan supaya Hyang Kasawa (sebutan bagi Satara Kresna yang dapat berubah rupa menjadi raksasa besar), atau yang disebut juga Hyang Wisnumurti (karena Kresna titisan Dewa Wisnu) segera menghujamkan senjata Cakra terhadapnya, agar dapat membuka pintu surga baginya ke alam baka. Arjuna menyadari bahwa Kresna demikian marah, karenanya segera merangkul, serta mengingatkan. agar Batara Kresna ingat akan sumpahnya bahwa tidak ikut serta dalam peperangan. Arjuna sanggup akan meneruskan peperangan dengan tekad yang kuat. Mendengar ucapan demikian Kresna ingat akan sumpahnya bahwa dirinya tidak ikut berperang. Kemudian ia bertanya pada Resi Bisma mengapa ia sebagai ksatria yang sakti tega melepaskan panah kepada prajurit biasa, itu bukan watak ksatria. Resi Bisma berkata terus terang bahwa dia sudah tua terpaksa menjadi pang lima perang memihak kepada yang salah, dan sebenarnya sangat berat hatinya melawan anak cucunya sendiri yang berhati suci. Semua dilakukan dengan terpaksa, karena sudah berjanji pada Kurawa. Sedang panah yang dilepaskan tadi tidak akan melukai Arjuna karena sayang terhadap Arjuna jangan sampai luka terlebih-Iebih tewas. Resi Bisma merasa menyesal terlanjur menyanggupi membantu Kurawa. Maka yang diharapkan dapat mati di tengah peperangan, hanya sayangnya Bisma dianugerahi dewa tidak akan mati selama masih mempunyai niat hidup. Anugerah itu diberikan karena baktinya kepada orang tua 160 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 (ayahnya) dengan mengorbankan kebahagiaan hidupnya berupa tidak akan menggantikan ayahnya sebagai raja dan tidak akan menikah selamanya. Sebab itu dalam suatu peperangan, sebelum meletakan busur panahnya, tidak ada senjata yang dapat melukainya. Kresna lalu bertanya, pada jaman apa ada prajurit di tengah-tengah peperangan mau meletakkan senjatanya, dan tidak ada orang menginginkan mati. Maka Resi Bisma mengatakan bahwa kalau Kresna tetap menjadi penasehat Pandawa, semua itu bisa terjadi, sebab Pandawa tidak hanya mempunyai panglima laki-Iaki, tetapi juga seorang perempuan. Mendengar hal itu Kresna lalu ingat, bahwa yang dimaksud panglima perempuan oleh Resi Bisrna tidak lain adalah Srikandi. k) Resi Bisma roboh di medan perang Sekembalinya di pesanggrahan Kresna memanggil Srikandi serta memberitahu bahwa ia akan dijadikan panglima perang. Keesokan harinya dengan rasa gembira Srikandi sudah siap maju di medan perang melawan Resi Bisma yang sakti itu. Kemudian segera berangkat, dan seketika itu terjadilah perang yang seru. Resi Bisma yang tak henti-hentinya melepas anak panahnya kepada Pandawa, setelah mengetahui Srikandi yang maju, seketika meletakkan busur panahnya dan turun dari kereta. Srikandi terus menerus memanah Resi Bisma, dan disusul panah Arjuna yang bagaikan hujan mengenai badan Resi Bisma dari dada sampai tembus ke belakang, menjadikan badan Resi Bisma bagai berhiaskan panah. Sekalipun demikian Resi Bisma tidak sedikitpun merasa takut, hal ini tergambar dari wajahnya terlihat tabah dan ikhlas mengorbankan jiwa demi watak ksatrianya. Dalam batinnya mengatakan tidak akan mati sebelum mempunyai niat mati. Melihat Resi Bisma yang roboh itu, Pandawa dan Kurawa menghentikan perang, semuanya mendekati sambil memberikan penghormatan, kecuali Bima yang tetap berdiri dengan membawa gada. Kresna minta pada Bima supaya menghormati dan menyembah Bisma. Sekalipun semula musuh, sekarang sudah tidak berdaya, sebab itu wajib menyembah dan memberi penghormatan yang terakhir. Bima membenarkan bila terhadap orang lain. Sedang menurut Bima cara menyembahnya tidak demikian. Sebab Next >