< Previous 1 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 MENGENAL KARAKTER WAYANG A. Ruang Lingkup Pembelajaran Mengenal Karakter Wayang Pengertian Wanda Wayang Fungsi Wanda Wayang Wanda Wayang dan Ciri-cirinya Latar Belakang Munculnya Wanda UNIT PEMBELAJARAN 1 2 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti dan mempelajari unit pembelajaran 1 peserta didik diharapkan mampu: 1. Menjelaskan motivasi munculnya wanda wayang 2. Menjelaskan fungsi wanda wayang 3. Menjelaskan wanda wayang dan ciri-cirinya Selama 6 minggu x 3 JP C. Kegiatan Belajar 1. Mengamati a. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar tentang karakter wayang. b. Mengidentifikasi karakter wayang 2. Menanya a. Mendiskusikan perkembangan wanda wayang. b. Mendiskusikan wanda wayang setiap tokoh. 3. Mengeksplorasi Mengiventarisasi karakter wayang. 4. Mengasosiasi Membandingkan karakter wayang gagahan dan alusan. 5. Mengkomunikasikan Membuat laporan karakter dan wanda wayang. D. Materi 1. Pengertian Karakter atau Wanda Wayang Tokoh-tokoh dalam wayang kulit purwa mempunyai karakter sendiri-sendiri. Karakter setiap tokoh tersebut diwujudkan dalam bentuk wanda. Di dalam pakeliran “wanda” sebagai salah satu unsur medium rupa, berperan penting untuk memantapkan “rasa” suatu tokoh. Kemantapan ini bisa dicapai karena ada kesesuaian antara suasana adegan dengan wanda tokoh yang digunakan, di samping juga unsur- 3 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 unsur penting lainnya, yaitu penyuaraan, sanggit, sabet, sulukan dan lain sebagainya. Dengan demikian, ketepatan seorang seniman dalang pada saat memilih “wanda” mempunyai andil dalam keberhasilan sajian. Jenis wanda di dalam pergelaran wayang kulit, antara lain: guntur, lentreng, rangkung, bontit, lintang, lindu, kaget dan lain-Iainnya. "Wanda", memperlihatkan watak/karakter tokoh dalam suatu keadaan tertentu. Watak tokoh yang sedang mabok asmara tentu berbeda dengan wanda ketika sedang berperang. Menurut WJS Poerwadarminta, Wanda di dalam kamus artinya awak, dhapur, (1981: 655). Menurut Prawiroatmaja, wanda berarti rupa, roman, rupa muka (1985: 309). Sedangkan kata dhapur berarti tokoh, bangun, bentuk, rupa (Prawiroatmaja 1985: 101). Oleh para pengrajin wayang, penggarapan tatah sungging dan ornamennya berbeda-beda tergantung dari watak tokoh yang bersangkutan. Sebagai contoh pada gambar 1, memperlihatkan Raden Wrekudara berwarna hitam tampil dengan wanda "lintang", sedangkan gambar 2 yang berwarna kuning emas tampil dengan wanda "lindu panon" yang oleh Ki Dalang dimainkan apabila Wrekudara sedang mengamuk. Tokoh yang sering ditampilkan dengan wanda berbeda-beda antara lain: Arjuna, Kresna, Gatotkaca, Sengkuni, Bima, Baladewa, Wrekudara, Srikandhi, Nakula, Sadewa. Gambar 1. Werkudara Wanda Lintang Sumber: Dokomen pribadi 4 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Gambar 2. Werkudara Wanda Lindu Panon Sumber: Dokumen pribadi Penerapan ‘wanda’ atau ‘citra’ (image) pada wayang, sebagian besar ditentukan oleh: a. Sudut muka/wajah wayang (lebih menunduk atau lebih menengadah), b. Bentuk rupa wajah wayang, c. Bentuk badan wayang, d. Sudut badan wayang (lebih tegak atau lebih condong ke arah depan), e. Warna wajah (hitam, putih, ‘prada’, biru, merah, atau warna lainnya). Sedangkan jenis warna yang menunjukkan suatu watak dijelaskan sebagai berikut: a. Warna kuning emas, mempunyai makna kejayaan, dan suka bermain asmara. b. Merah tua, mengandung makna berani, mudah tersinggung dan suka berkelahi. c. Hitam, mengandung makna teguh, sentausa dan kuat. d. Putih, artinya suci, selalu bertindak jujur dan utama. 5 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 e. Biru muda / kelabu, mempunyai makna tidak tetap pendiriannya dan tidak mempunyai pedoman yang pasti. Sedangkan berbagai hal lainnya, umumnya dianggap dapat disamakan. Maksudnya tidak perlu ada yang diubah, meskipun wanda-nya lain. Ini merupakan pendekatan yang paling banyak diterapkan pada wayang. Sebagai contoh, penerapan ‘wanda gilut’ pada tokoh wayang Bagong, yang menampilkan karakter tokoh Bagong yang memberikan kesan nakal, lucu, suka membandel, suka menang sendiri, dan suka berbeda pendapat; dengan Bagong yang ber-wanda lain, umumnya hanya terletak pada bentuk rupa wajah semata (termasuk bentuk rupa mata, alis, dan mulut). Sedangkan bagian badan lainnya, biasanya sama sekali tidak ada perbedaan dengan Bagong yang menerapkan wanda lain. Gambar 3. Bagong Sumber: Dokumen pribadi 2. Latar Belakang Munculnya Wanda Wayang Munculnya wanda-wanda wayang, baik dilingkungan keraton maupun dalam masyarakat diluar keraton, merupakan hasil kerja kreatif dari seniman pewayangan (dalang/pembuat wayang: penyorek, penatah, dan penyungging). Kreatifitas adalah proses pengungkapan yang akan melahirkan suatu inovasi. Inovasi itu, karena dituturkan oleh manusia (seniman) yang hidup bermasyarakat, berorientasi kepada 6 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 kepentingan masyarakat (Umar Kayam, 1981:47). Kehidupan seni budaya, termasuk wayang. berakar kuat dalam kerangka kehidupan kolektif. Karya-karya seni dari suatu masa tertentu berfungsi sebagai penyaring dari pengalaman kolektif, karena merupakan wadah bagi berbagai permasalahan - permasalahan yang ada pada jaman itu (Sartono Kartodirdjo, 1987:173). Dilingkungan keraton orientasi para abdi dalem pembuat wayang (wanda) adalah masyarakat keraton, dalam hal ini raja dan para bangsawan lainnya. Sebagai abdi dalem mereka diharapkan mampu menyampaikan gagasan-gagasan kreatif raja serta tokoh-tokoh bangsawan lain Mereka dituntut bekerja keras untuk dapat mempersembahkan karya seni yang mungguh kepada raja demi martabat dan kewibawaan keraton, yang pada gilirannya juga dapat mempertinggi martabat mereka berupa kenaikan pangkat serta imbalan finansial, jika hasil kerja keras mereka mendapat perkenan raja. Dalam kaitan ini, di keraton sejak jaman Mataram II sampai raja-raja di Surakarta yang ditengarai mulai munculnya wanda wayang, muncul wanda - wanda tokoh Arjuna, seperti Arjuna wanda jimat, Arjuna wanda mangu, Arjuna wanda kanyut (sebagaimana dtcontohkan di depan) dan masih banyak lagi wanda Arjuna yang lain. Pertanyaannya adalah mengapa tokoh Arjuna. yang dipilih mewakili wayang satu kotak seperti yang disebut dalam Serat Sastramituda? Hal ini dapat ditafsirkan bahwa seniman pewayangan di keraton dapat menangkap dan mengolah permasalahan di lingkungan budayanya menjadi pengalaman pribadinya yang kemudian diwujudkan dalam karya seni (wanda wayang). Seniman pembuat wayang mengetahui bahwa raja-raja Mataram mempunyai silsilah raja, baik sejarah pangiwa maupun sejarah panengen. Dat seiarah pangiwa (lihat Soemar said Moertono, 1985:74-75) dinyatakan bahwa Raja Mataram sampai dengan Surakarta masih keturunan dari Pandawa. Salahsatu tokoh Pandawa yang banyak berperan dalam berbagai lakon adalah Arjuna, maka raja dipersonifikasikan sebagai tokoh Arjuna. Ada tiga buah ungkapan dalang yang berkaitan dengan tokoh Arjuna dalam pakeliran yaitu a. Wiku aldaka, artinya. Arjuna selalu mendekat dan berguru ilmu kepada para pertapa/ orang-orang pandai b. Payo Katiyuping rana; artinya Arjuna selalu siap membantu tanpa pamrih kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, dan c. Wanita jinatu krama, artinya Arjuna suka kepada keindahan wanita, wujudnya dalam pakeliran Janaka beristri lebih dari satu. Ini bukari berarti Ianaka senang poligami, tetapi poligami yang 7 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 dilakukan bermakna politis untuk melegitimasi kelangsungan kewibawaannya Munculnya wanda-wanda lain selain tokoh Arjuna, karena di keraton sering sekali diadakan pertunjukan wayang untuk memperingati peristiwa-peristiwa tertentu (lihat Soetarno, 1988:30) dengan lakon yang berbeda-beda, sehingga tokoh utama yang terlibat dalam permasalahan lakon, (mengalami berbagai situasi batin seperti sedih, marah, terkena asmara, dan lain-lain). Dibuatkan wanda wayangnya lebih dari satu. Demikian pula yang terjadi diluar keraton, terciptanya wanda-wanda wayang termasuk wanda wayang baru juga karena banyaknya permintaan lakon yang bermacam-macam dari masyarakat, .sehingga menuntut kreatifitas dalang untuk membuat tokoh-tokoh wayang yang wandanya khusus guna memenuhi dan mendukung sajien pakeliran, seperti tokoh-tokoh wayang yang dibuat oleh para daIang di luar keraton yang sudah disinggung di depan. Meskipun demikian latar belakang proses terciptanya wanda-wanda wayang itu juga tetap terkait dengan permasalahan sosial budaya di lingkungannya, Sebagai contoh raut muka Semar wanda genthong karya Ganda Darman, itu diilhami oleh muka seorang pedagang genthong keliling yang kelelahan dan secara kebetulan beristirahat didekat rumahnya. Demikian pula karyanya yang berujud buta tikus sangat mungkin diilhami oleh buta-buta Alengka yang berkepala binatang, kecuali buta tikus. Sehingga ia ingin melengkapinya dengan membuat tokoh raksasa berkepala tikus. Karya Ganda Darman lainnya yang berupa pendeta tua gecul, raut muka wayang ini mirip dengan raut muka salah seorang pengrawitnya. Akan tetapi ada satu perkecualian untuk wayang Petruk wanda kirik ciptaannya. Prosesnya bisa dikatakan terjadi secara kebetulan. Beliau telah nyorek wayang tokoh Sugriwa, tiba-tiba sebelum dipahat, kulit yang sudah dicorek ini digondol anjing dan. sempat dimakannya, sehingga kulit corekan wayang Sugriwa ini menjadi berkurang lebarnya. Kemudian dengan sisa kulit yang ada dicorek lagi dan jadilah Petruk wanda kirik tersebut. Berdasarkan uraian di atas, lahirnya wanda-wanda wayang di keraton maupun di luar keraton dapat dikatakan telah dimotivasi oleh aspek kreativitas, aspek politik, dan aspek ekonomi. 3. Fungsi Wanda Wayang Berdasarkan pengertian wanda yang telah dipaparkan di muka, maka dapat disimpulkan bahwa wanda wayang adalah pelukisan air muka tokoh wayang tertentu yang merupakan perwujudan kasat mata dari 8 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 suasana hati tokoh. Munculnya wanda wayang purwa ini didasarkan atas keragaman suasana hati tokoh hubungannya dengan peristiwa di dalam lakon. Untuk keperluan itulah maka dibuat tokoh-tokoh tertentu lebih dari satu, masing-masing dengan lukisan suasana hati tokoh yang berbeda untuk dimainkan sesuai dengan situasinya sendin. Situasi batin tokoh sangat bermacam-macam misalnya: a. suasana duka marah, greget, anyel/kecewa/kesaI, dendam. b. suasana suka . oneng, lega, lejar, bombong, mongkok, bingar c. suasana duka, sedih. prihatin, kagol, ngungun, trenyuh, ngIangut, melang-melung, kuwatir, trataban, kemrungsung, kejot, wedi, gila, kuciwa, melas; tumlawung. d. suasana agung meneb, jinem, manembah, pasrah, hening e. asmara, sengsem, marem, gemes, anyel. Dari seluruh situasi batin tokoh yang dipaparkan sangat tidak mungkin untuk dibuatkan tokoh wayang dengan wanda tertentu. Hadirnya wanda wayang kulit bagi dalang yang memahami dan dapat menggunakan secara tepat akan sangat membantu dalam mengekspresikan suasana hati tokoh, sehingga keragaman wanda dari tokoh-tokoh wayang tertentu secara tidak langsung dapat menunjang keberhasilan pertunjukan wayang. Di dalam praktik pakeliran tidak mungkin seorang dalang mengganti dengan semena-mena tokoh wayang yang sedang dimainkan dengan tokoh wayang yang sarna tetapi dengan wanda lain untuk menyesuaikan dengan situasi batin tokoh kaitannya dengan peristiwa atau permasalahan didalam lakon, Dengan demikian fungsi wanda seharusnya mempertimbangkan aspek mungguh. Dewasa ini pada umumnya para dalang tidak lagi mendalam pengetahuannya tentang wanda wayang. Sehingga wanda wayang tidak mutlak dipertimbangan kehadirannya dalam pertunjukan, yang menjadi pertimbangan adalah enak dan tidak enaknya untuk dimainkan terutama untuk keperluan ,sabet.· Di dalam pakeliran, keberhasilan pentas para dalang tidak semata-mata berdasar atas kemahirannya menampilkan beragam wanda wayang saja, tetapi sangat tergantung dari kemampuan mereka menggarap unsur-unsur pakeliran. Disamping itu kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tidak semua dalang yang ada mempunyai wanda yang lengkap kecuali wayang milik keraton para bangsawan serta wayang milik orang-orang tertentu. Bagi penonton pada umumnya kepekaan mereka terhadap unsur perupaan wayang termasuk boneka dan macam wandanya 9 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 tidak sepeka terhadap unsur garap pakeliran lainnya. Perlu dikemukakan juga bahwa wayang dengan berbagai wanda dan perwatakan serta gerakan yang dihasilkannya adalah merupakan salah satu unsur pakeliran. Sebagal produk karya seni rupa, wayang memang mampu berdiri sendiri seperti halnya musik (iringan), dan bahasa catur Akan tetapi ketika unsur sabet, catur dan iringan diintegrasikan ke dalarn pakeliran maka peranannya saling mendukung dan melengkapi, masing-masing tidak ada yang menonjol, dan harus merupakan suatu kesatuan yang utuh dan manunggal. 4. Wanda Wayang dan Ciri-cirinya Macam-macam wanda wayang sebagai sarana atau perabot pakeliran, dapat ditinjau dari empat segi, yaitu: 1. wanda wayang kaitannya dengan pathet, 2. wanda wayang kaitannya dengan sabet, 3. wanda wayang kaitannya dengan coreken, dan 4. wanda wayang kaitannya dengan sanggit lakon. Keempat unsur ini tidak dapat dipisah-pisahkan.(B. Suwarno, 1999). Wanda wayang kaitannya dengan pathet, adalah wanda-wanda wayang yang hanya dapat ditampilkan pada pathet tertentu: pathet nem, pathet sanga, atau pada pathet manyura. Seberapa figur wayang yang sampai saat ini masih berlaku, yaitu Kresna, Wrekudara, dan Gatutkaca. Kresna, Wrekudara, dan Gatutkaca yang disungging dengan perawakan hitam, hanya dapat ditampilkan pada pathet manyura, sedangkan yang disungging gembleng atau perawakan perada, hanya dapat ditampilkan pada pathet nem dan sanga. Akan tetapi dari ketiga figur wayang tersebut, yang masih jelas penqqunaannya berkaitan dengan pathet, hanya tokoh Kresna. Pada petnet nem, figur Kresna yang digunakan adalah perawakan gembleng dengan wajah menunduk (Iuruh), yaitu Kresna wanda Rondhon atau Mangu. Untuk pathet sanga, digunakan Kresna gembleng dengan wajah menengadah (longok), yaitu Kresna wanda Gendreh. Sumyar, atau Jagong. Adapun untuk pathet manyura, digunakan Kresna perawakan hitam (cemeng) dengan wajah menengadah (longok), yaitu Kresna wanda Surak atau Botoh. (Soetarno, 1975). Wanda wayang kaitannya dengan sabet adalah penampilan figur wayang yang dikaitkan dengan cak sabet, baik dalam suasana 10 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 jejer, adegan, berjalan, maupun perangan. Misalnya, Wrekudara wanda Mimis dan Gurnat, hanya tepat dignakan untuk perang. Wrekudara wanda Lindhu ponon hanya tepat digunakan untuk suasana jejer atau adegan. Baladewa wanda Kaget dan Geger hanya tepat digunakan untuk perang. Baladewa wanda Jagong dan Paripeksa hanya tepat digunakan untuk suasana jejer atau adegan. (Soetrisno, 1975: 4) Wanda wayang kaitannya dengan corekan, adalah penamaan wanda wayang yang didasarkan pada pola sketsa dan busana. Sebagai contoh, Pragota yang menggunakan tutup kepala kethu dan busana bagian bawah cothangan, disebut Pragota wanda Pocol. Pragota yang menggunakan model rambut gembel dan berkain rapekan, disebut Pragota wanda Bundhel. Pragota yang memakai irah-irahan seperti irah-irahan raksasa Cakil dan berkain repeken, disebut Pragota wanda Centhung. Wanda wayang kaitannya dengan sanggit lakon, adalah penggunaan figur wayang tertentu pada lakon khusus. Sebagai contoh, untuk melukiskan tokoh Rama yang mengembara di hutan Dandaka selama 14 tahun, yang deskripsinya dalam Kekawin Ramayana disebutkan: ngulandara kawan-welas warsa, anglugas raga busana sarwa cerma, miwah anggegimbal· rikma ini berarti ngembara selama 14 tahun, berbusana lusuh dari kulit binatang, serta mengurai rambut), diciptakan wayang Rama baru wanda undhung dengan rambut terurai (14 ikalan, untuk menunjukkan angka tahun), tanpa atribut kesatria, busana bagian bawah cothangan, dan bercawat, mirip Wrekudara yang dibuat oleh Bambang Suwarno. Contoh lain, figur Duryudana dengan irah-irahan mahkota, ditampilkan dalam lakon Kresna Duta, untuk menunjukkan sikap Duryudana yang memegang teguh kekuasaan negara Hastina berikut Indraprasta beserta negara jajahannya (B. Suwarno, 1999) Ciri-ciri wanda wayang, menurut I Kuntara Wirjamartara, berkaitan erat dengan deskripsi, mitologi, tipologi, dan karawitan pakeliran. Deskripsi adalah pencandraan atau narasi tentang diri tokoh wayang secara menyeluruh, meliputi: nama, karakter, kesaktian, bentuk tubuh, tata busana, dan tempat tinggal. Mitologi adalah ilmu tentang kesusastraan yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Tipologi adalah ilmu watak tentang pembagian manusia dalam golongan-golongan, menurut corak watak masing-masing. Adapun karawitan pakeliran meliputi: gendhing, suluk, tembang, Next >