< Previous 41 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 tentang seni keindahan, hanya untuk mencukupi kebutuhan. Kalau yang dimainkan adalah wayang yang bagus memiliki ciri rumit pada ukiran dan dipoles prada emas, dengan gapit dari tanduk putih dan pilihan, dan punya teliti pada garapan. Wayang yang nantinya akan banyak dimiliki oIeh orang yang sayang dan senang pada wayang, mereka akan bernasib sial jika dalang-dalang yang memainkan hanya seenaknya. memakai cara memainkan wayang di pedesaan tersebut, tidak bisa membedakan baik, buruk, bagus serta ngrawitnya wayang semua dianggap sarna saja. Begitu pula selera dalang gaya baru sekarang ini, banyak yang merusak wayang dan belum bisa menghargai seni karya juru tatah wayang dan juru panyungging. Oleh Karena itu menjadi dalang tidak mudah, harus cinta pada wayang dan bisa menghargai, sopan santun dalam memainkan wayang serta tidak meremehkan wayang. Jika terjebak memainkan wayang di tempat yang biasanya hanya seadanya, jangan merasa kecewa, harus bisa memainkan sama dengan wayangnya orang kaya yang serba baik. Jadi jika ada dalang memainkan wayang dengan dijungkirbalikkan atau dilempar-lemparkan supaya bisa kelihatan berpindah tempat atau kelihatan melompat, itu bukan cara dalang memainkan wayang yang baik. Dalang seperti itu jika tidak punya wayang sendiri, biasanya kalau mencari sewaan wayang jadi sulit. Para pemilik wayang tidak akan mau menyewakannya, karena pasti ada wayang yang rusak, gapitnya akan putus di bagian pinggang wayang, sehingga banyak yang tidak mau menyewakan wayang pada dalang yang seperti itu. Tata cara dalang mengambil dan menancapkan wayang harus dengan tangan kanan, tangan kiri hanya diam saja. Jika tangan kiri ikut menancapkan dinamakan diksura dan jika tiba wayang yang besar biasanya kurang dalam menancapkannya, akan roboh karena kurang dalam menancapkannya, Jika sampai 42 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 terlalu dalam juga kurang baik, susah mencabutnya. Kalau menggunakan tangan kanan harus bisa memperkirakan dangkal atau dalamnya dalam menancapkan wayang. Kalau mengeluarkan wayang dalam pakeliran harus bisa memperkirakan lebar sempitnya paseban, jangan sampai kelihatan memenuhi tempat dan harus jelas penataannya agar muka wayang bisa kelihatan, sehingga bisa menyebutkan nama wayang satu persatu. Menata wayang dalam paseban harus ingat pada besar kecilnya wayang. Misalnya menata wayang Kraton Ngalengka yang besar-besar, cukup 6 buah saja. Penataannya harus baik, kalau butuh agak banyak boleh sampai 8 buah, misalnya wayang yang besar dikurangi seperti Kumbakarna. Jika sampai pada wayang yang ukurannya sedang misalnya sabrangan Boma beserta pasukan manusia, itu cukup 8 buah. Jika wayangnya kecil bisa dikira-kira sendiri bagaimana agar baik dilihat. Selama dalang memainkan wayang sabisa mungkin sambil menata dan mempersiapkan wayang yang akan keluar selanjutnya. Caranya sambil menceritakan suatu adegan wayang, bisa sambil mempersiapkan wayang yang akan dibutuhkan, jangan hanya mengandalkan pada penyimping (pembantu) saja. Dalang juga harus tahu tentang kelemahan wayang. Kalau menumpuk wayang jangan melintang karena bisa mematahkan gapit. Meletakkan wayang diatur agar rata kelihatan rapi. Kalau asal meletakkan wayang akan membuat bingung mengambilnya. Dalam pengambil wayang jangan sampai diseret karena kalau tangannya tersangkut bisa membuat putusnya sambungan tangan atau lepas dari sambungan. Kadang kala ada yang sampai memutuskan pegangan tanganan, lepas talinya dari telapak tangan wayang. Cara mengambilnya harus dibuka satu-satu. Kalau sudah ketemu wayang yang dibutuhkan lalu dipegang gapitnya, ditarik ke bawah sambil maju dan diringkas tangannya dan memperhatikan wajah wayang jangan sampai ada yang tertekuk hidungnya karena bisa mjengakibatkan 43 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 cacat wayang. Wayang yang wajahnya dicat hitam kalau terlipat tidak terlalu kelihatan cacatnya, berbeda dengan wayang yang wajahnya berwarna merah muda (puru) atau putih, brom (prada) dan wayang yang sejenisnya biasanya kelihatan jelas bergaris atau rusak catnya. Itulah sebabnya mengapa mernainkan wayang jangan sampai gapitnya melengkung. Begitu juga saat menancapkan jangan sampai gapit tadi terlipat. Pegangan dari tanduk itu mudah patah karena rapuh, berbeda dengan gapit bambu atau penjalin. Patahnya gapit itu biasanya di bagian pinggang wayang karena disitu adalah tempat gubahan gapit. Jika menancapkan wayang jangan sampai terlalu dekat dengan kelir. Kalau dilihat dari belakang kelir akan kelihatan seperti patung (area) diam tidak bergerak, hitam dan tidak hidup. Wayang ditancapkan agak miring sedikit, yang menempel di kelir hanya wajah wayang sampai telapak kaki yang depan. Jadi kalau tersorot sinar lampu blencong, bayangannya bisa kelihatan bergerak, kalau dipandang dari belakang kelir kelihatan seperti punya nyawa. Menancapkan wayang terlalu tinggi wayangnya dinamakan mubur karena tidak menyentuh tanah, sedangkan kalau terlalu dalam menancapkannya dinamakan kungkum. Menancapkan wayang yang di depan jangan sampai terlalu menunduk, bagian ini dinamakan nlosor, bagaimana sebaiknya saja. Menancapkan wayang yang di depan, kepuh dodot yang pas pinggang diatur supaya jatuh di atas palemahan agak ke atas sedikit. Jadi seperti orang yang sedang duduk bersila duduk menghadap ratunya, atau pada wayang yang ada di depannya. Kalau menyabet wayang jangan sampai bersangkutan, seperlunya saja jangan diulang-ulang bisa berakibat ruwet. Kalau sampai ruwet yang melihat dari belakang kelir akan merasa pusing kepala karena melihat kelebat sana kelebat sini tanpa arti. Memang tidak gampang memainkan wayang dalam pakeliran tadi, harus lincah saat memegang wayang, 44 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 jangan sampai terlepas pegangannya. Begitulah cara merawat wayang yang dinamakan anggula wentah wayang. Jadi harus senang dan cinta pada wayang apa saja, memainkannya harus teliti dan hati-hati, bagi orang asing agar bisa menghargai pada kagunan yang adi luhung tadi. Dalam memainkan wayang, kalau menceritakan lakon wayang jangan sampai keluar dari kelir. Watak wayang yang ada dalam lakon harus apa adanya sesuai lakon yang dimainkan yaitu cerita wayang purwa ketika zaman dahulu. Jangan sampai dibelokkan dengan lelakon (peristiwa) zaman sekarang. Nanti akan membuat kacau anggapan para tamu dan para penonton, sehingga dinamakan tanpa waton. Jangan suka membicarakan wayang sampai memakai nama para tamu dan penonton. Ya kalau hatinya berkenan, kalau tidak nanti malah membuat salah paham. Jangan suka membicarakan keadaan keadaan zaman sekarang. Benar atau salah itu bukan kewajiban dalang rnemainkan wayang. Jangan sampai mau menerima kalau ada priyayi yang titip rembug apa saja supaya dimasukkan dalam pembicaraan wayang yang dirasa bisa pas. Itu tidak baik, nanti dinamakan dalang corong (trompet) jadi tukang propaganda dan bisa jadi cacat membuat isi cerita pedalangan tidak cocok dengan cerita lakon ketika zaman purwa. Intinya adalah dalang memainkan wayang semalam itu yang dibicarakan hanya cerita lakon wayang ketika zaman purwa saja dan sesuai wayangnya. Kalau wayangnya madya, yang diceritaka zaman madya, kalau wayang gedog zaman Jenggala dan seterusnya. Kebanyakan yang digunakan untuk memainkan wayang itu adalah wayang purwa, jadi jangan sampai melenceng dari bentuk barang yang sudah ada. Lagi pula kalau bicara jangan sampai rusuh atau jorok kalau sampai terdengar anak-anak yang melihat di belakang kelir menjadi kurang baik. Kalau memukul kotak jangan terlalu sering, perlu membuat jarak pemukulan yang jelas mengikuti ucapan wayang atau kalau wayang yang lain perlu menyahut untuk menjawab pertanyaan atau ucapannya tadi jadi ada sela. Tidak membuat bingung ternan-ternan niyaga 45 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 yang menabuh gamelan. Pernah ada kejadian, niyaga ingin meminta singgetan patet. Sudah mengambil rebab dan digesek temyata wayang masih berbicara dan diselingi suara ketukan kotak. Yang mendengarkan jadi bingung, tidak mengerti ucapan wayang malah bising dengan suara kotak dipukul tanpa arti. Intinya harus bisa menerapkan, memukul kotak yang.tepat jangan sampai mengganggu ueapan wayang dan keinginan Kalau cerita harus yang jelas jadi bisa dirasakan, jangan hanya asal bicara seperti menghafal dan jangan sampai diulang-ulang, malah ada yang salah ucap. Begitulah, apa yang dirasa baik malah sebaliknya, tidak ada orang yang memperhatikan, hanya dianggap seperti burung mengoceh saja. Harus hati-hati, kalau bercerita yang jelas dan berurutan sehingga enak didengarkan dan tidak perlu terburu-buru. Kalau tidak mengerti bahasa dan kata jangan berani memberi arti, nanti keliru maknanya. Kalau ada kata yang sudah baku jangan berani mengubah atau ngotak-atik, kar na bisa berbeda maknanya. Lebih baik dibaca apa bunyinya saja dan jangan sampai berganti kalimat. Oleh karena itu, seorang dalang harus hawi carita, amardi basa, amardi kawi, itulah modal untuk jadi dalang. 2) Pesindhen Pesindhen atau Waranggana, adalah seorang penyanyi dalam orkes (gamelan) yang mengiringi pertunjukan wayang kulit yang berfungsi menghias gendhing (Iagu) melodil yang mengiringi adegan tertentu. Berikut ini penjelasan tentang asal mulanya pesindhen dalam pertunjukan wayang kulit menurut penuturan Martapangrawit seorang musisi keraton Surakarta zaman pemerintahan raja Paku Buwono X di keraton Surakarta. Ketika itu patih raja yang bernama Sasradiningrat yang bermukim di kepatihan menyelenggarakan pergelaran wayang kulit dengan menunjuk dalang abdi dalem. Oleh karena dalang yang ditunjuk untuk pentas wayang suaranya kurang bag us, maka pada waktu pertunjukan agar dibantu seorang pesindhen yang masuk dalam orkes gamelan yang mempunyai tugas untuk menghias gendhing sebagai gantinya kombangan dalang. Sejak itu setiap pertunjukan wayang kulit dilengkapi dengan pesindhen yang jumlahnya satu atau dua orang. 46 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Dewasa ini pesindhen dalam pergelaran wayang adalah merupakan bagian integral dan harus ada serta jumlahnya lebih dari satu yaiitu antara lima sampai sepuluh pesindhen. Jumlah pesindhen lima orang itu dimulai ± tahun 1959 semenjak dalang Nartasabda muncul dan tenar. Bahkan letak duduk pesindhen di kanan dalang di samping simpingan kanan menghadap dalang. Perkembangan berikutnya sejak tahun 1990 letak duduk pesindhen berubah yaitu dibawah simpingan kanan serta tidak menghadap kepada dalang tetapi menghadap ke penonton. Fungsi pesindhen dalam pertunjukan wayang adalah sangat penting antara lain: a) Menghias gendhing yang disajikan b) Melagukan sulukan yang diperintahkan dalang c) Melagukan tembang dalam iringan wayang d) Melagukan gendhing-gendhing dolanan e) Melakukan dialog dengan dalang sebagai daya tarik dalam pertunjukan wayang, karena kecantikan wajah dan ketenaran pesindhen f) Memenuhi permintaan lagu/tembang dalam adegan limbuk, cangik dan adegan gara-gara yang diinginkan oleh penonton, dan sebagainya. Seorang pesindhen dalam pergelaran wayang selain harus memiliki gandar yang bagus, juga harus menguasai gendhing- gendhing untuk keperluan wayangan dan lagu-Iagu dolanan baik yang pop maupun dolanan klasik, selain itu dapat menyesuaikan laras gamelan yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang. 3) Pengrawit Pengrawit (pradangga), adalah pemain gamelan dalam pertunjukan wayang yang sering disebut niyaga, penabuh atau musisi. Pada zaman dahulu (abad ke-19) di keraton Surakarta atau di pedesaan jumlah niyaga (musisi) dalam pergelaran wayang terdiri atas empat belas pengrawit(musisi). Perkembangan dewasa ini pengrawit dalam pertunjukan wayang berjumlah ± 30 musisi yang terdiri atas pemain instrumen gamelan dan penggerong (vokal pria) yang menyertai lagu gendhing. Tiga puluh musisi itu yang 47 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 menonjol dan pokok adalah pengrawit (musisi) rebab yang disebut pengrebab, musisi kendhang (pemain kendhang) yang disebut pengendhang, dan pemain gender yang disebut penggender. Ketiga musisi itu mernpunyai tugas yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut. a) Pemain rebab, mempunyai tugas mengiringi sulukan, dan melakukan buka gendhing (introduksi lagu) dari wangsalan yang disampaikan dalang b) Pemain gender (penggender) mempunyai tugas memainkan grimingan gender dalam suasana tertentu, mengiringi sulukan, serta melaksanakan buka gendhing gender dari wangsalan yang disampaikan dalang. c) Pemain kendhang (pengendhang), mempunyai tugas mengiringi gerak wayang dalam peperarigan dan tokoh wayang pada waktu menari, mengiringi sulukan, mengatur irama dan melakukan buka gendhing yang disampaikan lewat dalang seperti Ayak-ayakan, Kemuda, Embat-embat Penjalin dan sebagainya. Pangrawit (musisi) dewasa ini adalah sangat menentukan dalam pertunjukan wayang kulit. Pada tahun ± 1940-1960 para dalang bila pentas, jarang membawa pengrawit sendiri, tetapi semenjak tahun 1960-sampai sekarang para dalang setiap pementasan selalu membawa musisi (pengrawit) dan pesindhen sendiri, paling tidak para dalang membawa pengendhang (pemain kendhanq) dan membawa pesindhen. Mengapa demikian, sebab pemain kendhang akan dapat menghidupkan suasana pertunjukan wayang, sedangkan pesindhen akan membantu dalam menyajikan suluk, tembang maupun lagu-Iagu dolanan. Semenjak dalang Nartasabda muncul ± th 1959-1986, para dalang setiap pergelaran selalu membawa crew (rombongan pengrawit dan pesindhen). Bahkan perlengkapan wayang dan gamelan juga membawa sendiri, misalnya Nartasabda selalu diiringi para musisi yang tergabung dalam paguyuban Condhong Raos, dan dalang-dalang yang lain seperti Anom Suroto, Manteb Soedarsono, Joko Hadiwidjojo, setiap pertunjukan wayang selalu diiringi para musisi dan pesindhen yang tergabung dalam paguyuban tertentu yang merupakan milik dalang tersebut. Dengan demikian keberhasilan penyajian wayang sangat ditentukan oleh kemampuan para musisi (niyaga) 48 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 serta kemampuan para pesindhen yang mengiringi serta kekompakan antara dalang, niyaga, dan waranggana, sehingga ketiganya itu merupakan satu kesatuan di bawah kendali sang dalang. Harus manunggal dan utuh dalam mendukung lakon wayang yang ditampilkan. 4) Penggerong Pelaku yang lain yang tidak kalah penting dalam pertunjukan wayang adalah penggerong. Penggerong adalah vokal pria yang berupa koor yang menyertai gendhing, yang disebut gerongan gendhing. Dalam pertunjukan wayang tidak semua gendhing digerongi dan terbatas gendhing tertentu misalnya gendhing bentuk ladrang, ketawang, lagu dolanan, dan gendhing-gendhing khusus. Jumlah penggerong dalam pertunjukan wayang bisa dua orang sampai dengan lima orang. Mereka duduk dibelakang para pesindhen (swarawati). Tugas penggerong dalam sajian wayang kulit adalah: a) Menghias gendhing dengan cara melakukan gerongan pada gendhing yang menggunakan gerong (koor bersama yang dilakukan oleh vokal pria). Misalnya pada gendhing patalon, ladrang srikaton, dan ketawang sukmailang. Pada gendhing jejer yaitu ladrang karawitan dan sebagainya. b) Melagukan suluk (pathetan, sendhon atau ada-ada atas permintaan dalang untuk mendukung suasana tertentu. c) Melagukan tembang (macapat, tengahan atau sekar ageng) untuk iringan adegan tertentu. d) Melagukan senggakan pada gendhing tertentu e) Melagukan bawa gendhing untuk keperluan adegan tertentu. Sebagai contoh pada adegan Supraba dan Niwatakawaca dalam lakon Ciptaning, penggerong melagukan sendhon kloloran, yang memberikan suasana romantis. Contoh lain melagukan tembang durma bentuk palaran pada adegan perang gagal, atau tembang sinom bentuk palaran dan sebagainya. Melagukan senggakan pada palaran pangkur yang dinyanyikan oleh pesindhen pada adegan perang kembang (cakil melawan Arjuna), dsb. Melagukan bawa 49 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 gendhing seperti bawa sekar ageng kuswaraga, untuk mengawali gendhing kututmanggung pada adegan gara-gara, melagukan bawa dhandhanggula turu lare, dan sebagainya. Dewasa ini peranan penggerong sarna dengan peranan pesindhen dan sangat penting dalam pergelaran wayang kulit, untuk mendukung keberhasilan sajian wayang kulit. b. Perabot Fisik Pertunjukan Wayang Di samping memiliki medium pokok, seni pertunjukan juga memiliki berbagai perabot yang bersifat fisik. Adapun perabot fisik itu dalam aplikasinya terdiri dari dua golongan, yaitu perabot fisik utama dan perabot fisik pendukung. Perabot fisik utama ini merupakan perangkat yang harus dipenuhi dalam suatu pertunjukan wayang. Jika kurang salah satu diantaranya akan sangat mengganggu jalannya pertunjukan. Sedangkan perabot fisik pendukung, keberadaannya tidak mutlak harus ada tetapi sebagai sarana pendukung pertunjukan agar menjadi lebih sempurna. Adapun jenis-jenis perabot utama itu adalah sebagai berikut. 1) Perangkat gamelan sebagai media atau alat yang berfungsi sebagai sumber bunyi/suara untuk memperdengarkan komposisi gending-gending, termasuk lagu, tembang dan sulukan, sebagai pendukung suasana pakeliran. Pada zaman dulu gamelan untuk mengiringi wayang ini merupakan perangkat khusus yang disebut gangsa wayangan, yakni perangkat gamelan yang cukup sederhana. Gamelan ini hanya laras slendro, yang terdiri atas beberapa instrumen, seperti: gender barung, slenthem, demung, saron barung, saron penerus, gambang, tiga buah kenong berlaras 2, 5, 6, dan kethuk kempyang. Berikutnya adalah sebuah gong suwukan dan sebuah kempul berlaras nem, serta kecer sebagai ciri khas gamelan wayangan. Namun dalam perkembangannya sekarang, gamelan wayangan itu perangkatnya diperbesar menjadi perangkat gamelan ageng, dengan laras slendro dan pelog. Instrumennya serba dobel, akibatnya pengrawitnya pun menjadi semakin banyak. Itupun masih ditambah instrumen non gamelan seperti bedug, orgen, dan simbal. Gamelan, adalah ensembel musik Jawa atau karawitan yang berlaras slendro dan pelog. Menurut jenisnya terdiri atas: gamelan gedhe, gamelan wayangan, gamelan gadhon, 50 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 gamelan cokekan, gamelan senggani, gamelan pakurmatan, dan gamelan sekaten. a) Gamelan Gedhe, suatu perangkat gamelan laras slendro dan pelog digunakan untuk keperluan klenengan (konser karawitan) atau uyon-uyon, atau untuk mengiringi beksan (tari). Instrumennya terdiri atas: rebab, gender, kendhang, bonang, slenthem, demung, saron barung, saron penerus, gambang, celempung, suling, siter, kenong, kethuk-kempyang, kempul, gong kemanak, bedhug dan bonang penembung. b) Gamelan Wayangan, suatu perangkat gamelan berlaras slendro yang instrumennya terdiri atas rebab, gender barung, gender penerus, kendhang wayangan, slenthem, saran barung dua buah, gambang, siter, suling, kecer, kethuk-kempyang, kempul, gong suwukan. Gamelan wayangan pada zaman keraton Surakarta abad ke-18, digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit. c) Gamelan Gadhon, suatu perangkat gamelan kecil yang berlaras slendro atau pelog, terdiri atas instrumen gender, kendhang ciblon, slenthem, suling, clempung, kenong, kempul dan gong. Gamelan gadhon itu digunakan untuk klenengan yang menyertai peristiwa sepasaran bayi (lima hari kelahiran anak), menempati rumah baru, syukuran dan lain-lain. d) Gamelan Cokekan, suatu perangkat gamelan yang terdiri atas ricikan kendhang ciblon, gender barung, dan siter, dan digunakan untuk mengamen dari rumah ke rumah. e) Gamelan Senggani, perangkat gamelan yang bahannya dibuat dari besi atau kuningan, yang berbentuk pencon, yang terdiri atas ricikan bonang, kendhang, slenthem, saron, demung, kenong, kempul, dan gong. Gamelan Senggani ini di pedesaan digunakan untuk keperluan latihan karawitan, atau di sekolah-sekolah untuk pelajaran karawitan. f) Gamelan Pakurmatan, suatu perangkat gamelan untuk keperluan upacara ritual. Gamelan Pakurmatan dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut fungsi dan kegunaannya yaitu Gamelan Monggang, gamelan Next >