< Previous 51 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 Carabalen, dan gamelan Kodhok Ngorek. Gamelan Monggang instrumennya terdiri atas: kendhang wadon, kendhang penunthung, kenong, rojeh, gong gedhe, banggen, kenongan dan penonthong. Di keraton Surakarta gameian Monggang itu digunakan pada upacara garebeg Mulud atau pada upacara jumenengan atau ulang tahun raja naik tahta. Gamelan Kodhok Ngorek, instrumennya terdiri atas: gender slendro, kendhang wadon, kendhang penunthung, gong gedhe, kenong, kecer, banggen, bonangan, dan klinthinglrijal. Gamelan Kodhok Ngorek di lingkungan keraton untuk keperluan ritual supitan, tetesan, sedangkan diluar tembok keraton untuk mengiringi panggih temanten, yaitu upacara perkawinan pada waktu mempelai wanita dan laki-Iaki berhadap–hadapan. Gamelan Garabalen, instrumennya terdiri atas: kendhang wadon, kendhang penunthung, gambyong, kenong,klenang, penonthong, kempul dan gong. Di keraton gamelan Carabalen itu digunakan untuk penghormatan para tamu yang hadir dalam resepsi perkawinan putri raja. g) Gamelan Sekaten, suatu perangkat gamelan di lingkungan keraton dianggap sakral, dan hanya dimainkan setahun sekali pada bulan Mulud (bulan Jawa) di halaman Masjid besar, untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad S.AW. Gamelan sekaten terdiri atas instrumen: bonang penembung, bedhug, demung empat buah, saron barung delapan rancak, saron penerus empat rancak, kethuk kempyang dan gong gedhe dua buah. Gamelan di Jawa berlaras Slendro dan Pelog. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. Laras Slendro terdiri atas lima nada yaitu gulu, dhada, lima, nem dan barang (2 3 5 6 1), sedangkan Laras Pelog terdiri atas tujuh nada yakni; penunggul, gulu dhada, pelog, lima, nem dan barang (1 2 3 4 5 6 7). Menurut tradisional atau legenda bahwa laras slendro lebih tua dari pada gamelan pelog. Gamelan slendro diberikan oleh raja Kano atau Pikukuhan atas perintah Ciwa lewat Bathara Indra atau orang Jawa menyebut Sura Indra, dan nama Slendro berasal dari Sura Indra. 52 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Menurut R.Ng. Ranggawarsita, pujangga keraton Surakarta zaman Paku Buwana IX (1861-1893) dalam bukunya Pustaka Rajapurwa, dijelaskan bahwa gamelan laras slendro dibuat pada tahun 326 Caka (404 M) oleh Bathara Indra. Sedangkan gamelan pelog, adalah lebih muda dan dicipta pada zaman raja Banjaran Sari; atau oleh raja Panji Inukertapati raja di Jawa Timur, atau dicipta pada zaman raja Jayabaya di Kediri, Th 851 Caka (1135-1157 M). Gamelan sekaten yang berlaras pelog dibuat pada tahun 1441 Caka di Jawa Tengah, tetapi menurut Kusumadilaga, bahwa gamelan Sekati dibuat pada tahun 1477 Caka (1555 M) atas permintaan para Wali Sanga dan digunakan untuk penyebaran agama Islam di Jawa. Menurut manuskrip di keraton Yogyakarta, bahwa raja Panji (1115-1130 saka) hanya menambah laras slendro yang telah ada dan laras penunggul (bem) dicipta oleh Sunan Tunggul. Selanjutnya diberi nama penunggul, yang mengambil nama dari tokoh penciptanya. Menurut para musisi di keraton Cirebon, bahwa laras slendro, dicipta oleh Sunan Kalijaga, sedangkan laras pelog dicipta oleh Sunan Bonang, tetapi mereka percaya bahwa laras slendro lebih tua dari pada laras pelog, walaupun dalam legenda bahwa Sunan Bonang adalah gurunya Sunan Kalijaga. Menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa gamelan slendro lebih tua dari pada pelog, oleh karena gamelan slendro berasal dari dinasti Syailendra di Jawa Tengah, suatu dinasti yang membangun candi Borobudur. Dalam manuskrip di keraton Yogyakarta, dinyatakan bahwa pertama kali gamelan ditemukan berlaras slendro yang dicipta oleh Bathara Indra, sedangkan gamelan laras pelog dicipta pada zaman Jenggala dibawah pemerintahan Kediri. Menurut Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java, menyatakan bahwa gamelan laras pelog lebih tua dari pada slendro. Menurut Stutterheim, bahwa kata slendro untuk menyebut asalnya dari nama syailendra, dan laras slendro menurut hepotesanya muncul pada abad XI. Pada zaman dulu gamelan laras slendro untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit, sedangkan gamelan pelog untuk mengiringi wayang gedhog. Ranggawarsita dalam bukunya Pustaka Raja memberikan penjelasan bahwa instrumen gamelan yang paling tua adalah instrumen gendhing (rebab), kala (kendang), çangka (gong), 53 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 pematut (ketuk), sauran (kenong), gobar (bende), baheri (gong), paksur (terbang), gumang (gong yang digantung), tongtong (tambur), gerit (terbang), teteg (bedug), dan maguru gangsa (gong kemodong). 2) Panggungan, terdiri atas gawang, kelir, sligi, debog, tapak dara, placak, pluntur, dan blencong/lampu. Adapun penjelasannya sebagai berikut. a) Gawang adalah frame atau bingkai untuk membentang kelir juga disebut blandaran. Ini untuk menambatkan pluntur kelir bagian atas agar dapat ditarik ke atas sehingga kelir menjadi kencang. Gambar 4.Gawang Kelir Sumber: Dokumen pribadi b) Kelir (screen) terbuat dari kain putih tipis dan kuat, sehingga apabila digunakan untuk penampilan wayang bayangannya nampak jelas. Pada bagian atas diplipit dengan kain hitam (kadang-kadang juga merah atau biru) yang disebut pelangitan (asal kata langit/angkasa), demikian pula halnya pada bagian bawah disebut palemahan (asal kata lemah / bumi). Dalam pertunjukan wayang perlengkapan kelir merupakan peralatan yang penting sekali, yang direntangkan dengan dibingkai gawangan, terbuat dari 54 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 kayu atau bambu. Kelir pada umumnya berwarna putih, karena ada kaitannya dengan pengertian bahwa kelir merupakan lambang semesta alam. Dalam perkembangannya kelir dewasa ini terbuat dari kain mori prima putih dan di sekelilingnya dihias dengan bludru hitam (biru) kemudian dihias dengan benang emas, serta dibingkai gawangan yang terbuat dari kayu jati yang penuh dengan ukiran. dengan ukuran panjang 25 m dan lebar 2,5–3 m. Istilah kelir dalam pergelaran wayang telah muncul sejak abad XII, seperti tercantum dalam Serat Wreta Sancaya, dalam bait 93, Sekar Madraka antara lain berbunyi: Lwir mawayang tahen ganti mikang wukir kineliran himarang anipis…dst (Hazeu, 1979 : 42) Gambar 5. Kelir Sumber: Dokumen pribadi Dalam pertunjukan wayang kulit fungsi kelir adalah tempat untuk mempergelarkan atau memainkan wayang dan meletakkan simpingan wayang. Kecuali itu gawangan kelir dipakai untuk meletakkan sesaji (sajen) seperti padi, kain, pohon tebu yang merupakan perlengkapan (sesaji) dalam pertunjukan wayang kulit. Boneka wayang kulit itu digerakkan diantara blencong dan kelir, maka akan hadir suatu bayangan yang terlukis pada kelir yang terbentang dibelakangnya. Para penonton dapat melihat bayangan (tokoh wayang) dari belakang layar (kelir). Oleh karena nyala blencong yang 55 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 tidak tetap, maka bayangan pada kelir nampak bergairah, hidup, itulah keunggulan lampu blencong. Tetapi sekarang lampu blencong telah diganti dengan lampu (balon listrik) yang nyalanya tetap, sehingga bayangan di kelir tidak tampak hidup. Demikianlah kenyataan sekarang yang terjadi seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan perubahan masyarakat. Bahkan sekarang terjadi perubahan yang mendasar, bahwa penonton melihat pertunjukan wayang kulit tidak dari belakang kelir (Iayar). Semua penonton baik itu tamu VIP, maupun penonton pada umumnya melihat wayang dari belakang dalang sehingga permainan bayang-bayang tidak diperhatikan oleh penonton maupun oleh pelaku si dalang. c) Sligi biasanya dibuat dari kayu atau bambu tebal dalam bentuk bulat panjang, sepanjang ukuran lebar kelir bahkan lebih sedikit. Sligi ini pada umumnya dibagian atas menancap pada blandaran, bagian bawah menancap pada debog. Sligi ini berfungsi sebagai pernbentang kelir di bagian kanan dan kiri, sehingga kelir menjadi kencang. d) Debog atau batang pohon pisang yang mempunyai fungsi utama untuk mencacakkan wayang, baik wayang simpingan maupun wayang dalam adegan pakeliran. Di samping itu debog juga berfungsi untuk menancapkan placak kelir dan sligi. Debog ini terdapat dua bagian yaitu debog atas dan debog bawah, Debog atas fungsinya selain untuk menancapkan wayang simpingan, khusus pada bagian tengah kurang lebih sepanjang satu setengah meter dikosongkan untuk panggungan wayang, khususnya tokoh-tokoh yang berkedudukan tinggi, seperti para raja dan pendeta, ataupun dewa-dewa, Sedangkan debog bawah ukurannya hanya sepanjang panggungan. Bagian ini untuk mencacakkan tokoh- tokoh wayang dalam adegan yang kedudukannya di bawah raja, misalnya: patih, pangeran pati, abdi tumenggung, panakawan, dan emban. Ukuran panjang atau pendeknya debog atas ini bergantung pada panjang dan pendeknya simpingan wayang. Gedebog itu mengandung falsafah sebagai suatu dasar 56 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 atau bumi dimana segala makhluk hidup dan segala peristiwa berkembang atau gumelaring dumadi. Dalam lakon Murwakala, gedebog itu mempunyai nilai sama dengan Hyang Nagaraja, raja ular, atau Ananta Boga yang berada di bumi Sappitu (lapis tujuh). Kelir dan gedebog memperlambangkan sekalian alam semesta, yaitu kelir sebagai sorga, juga tubuh manusia atau mikrokosmos, dan gedebog nilainya sama dengan bumi atau alam fana. Fungsi gedebog dalam pergelaran wayang kulit tertulis dalam Serat Centhini yang ditulis pada zaman pemerintahan Paku Buwana V di Surakarta (abad ke-19). Makna kelir dan gedebog digambarkan sebagai berikut. Kelir jagad gumelar wayang pinanggung, asnapun makhluking Widhi, gedebog bantala wegung, belencong pandaming urip, gamelan gendhinging lakon. e) Tapak dara yaitu penyangga debog-debog tersebut. Tapakdara ini memiliki tiga ujung runcing, ditancapkan pada debog atas maupun bawah, dengan ukuran standar sesuai kebiasaan dalang pada umumnya. f) Placak adalah kait yang dibuat dari bambu atau logam (besi/kuningan) sebagai penghubung kolong kelir atau plathet bagian bawah dengan debog. Jumlahnya sesuai dengan jumlah plathet, sehingga pada waktu placak menancap pada debog, kelir menjadi kencang dan kuat. g) Pluntur yaitu seutas tali dari lawe atau benang katun yang ditambang kurang lebih sebesar jari kelingking. Berfungsi sebagai pengikat antara kolong kelir atau plathet bagian atas dengan blandaran atau gawang untuk menahan kelir bagian atas agar tetap kencang. h) Blencong adalah lampu untuk penerangan panggungan wayang. Pada zaman dahulu bIencong ini dibuat dari logam tembaga atau kuningan, dinyalakan dengan sumbu yang dihubungkan dengan minyak kelapa, tetapi sekarang sudah tidak berlaku lagi karena blencong itu 57 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 sudah diganti dengan lampu halogin. Semua perabot tersebut mempunyai peran membentuk jagad wayang atau dunia tempat peristiwa pakeliran berlangsung. Gambar 6. Gambar 7. Blencong Lampu Listrik Blencong Lampu Minyak Pada waktu pergelaran wayang masih menggunakan penerangan blencong, maka pertunjukan wayang memang suatu pertunjukan bayangan, dan bayangan boneka wayang karena sinar blencong itu membuat boneka wayang menjadi hidup, mengesankan dan misterius, karena nyalanya blencong tidak selalu tinggal diam, tetapi selalu menggetar. Pertunjukan wayang kulit pada umumnya dilaksanakan pada malam hari, dalam suasana gelap gulita, dan yang terang hanya di permukaan kelir. Hal ini memperlambangkan alam fana (alam padhang), dan dibelakang kelir gelap gulita yang memperlembangkan alam baka (akhirat). Menurut Seno Sastroamidjojo bahwa blencong itu merupakan lambang cahaya abadi, yang dalam hal ini bermakna Tuhan Yang Maha Esa (Sastroamidjojo, 1964 : 72). Menurut Van Akkeren dalam Seno Sastroamidjojo, bahwa blencong lambang salah satu diantara ketiga unsur hidup yaitu tubuh, cahaya hidup, dan pancaindera (rasa pangrasa), dan menurut Gatholoco, yaitu lambang manusia yang serba sempurna (insan kamil), dan blencong yang 58 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 mempunyai arti terpenting karena blencong memancarkan cahaya IIahi, cahaya Ini berasal dari api (gaya, daya, kekuatan, semangat) yang dinyalakan dan dipadamkan oleh Tuhan dan dalam pergelaran wayang blencong dinyalakan dan dipadamkan oleh Ki Dalang 3) Kotak Wayang sebagai tempat menyimpan wayang yang akan dan selesai ditampilkan, serta berfungsi sebagai sumber bunyi bersama-sama dengan cempala dan atau keprak yang dimanipulasi oleh dalang sehingga menghasilkan bunyi dhodhogan atau keprakan. Kotak wayang pada umumnya dibuat dari kayu (kayu suren), dalam betuk pesegi panjang lengkap dengan tutupnya. Kotak ini ditempatkan di sebelah kiri dalang, sedangkan tutupnya diletakkan di sebelah kanan dalang. Kotak ini merupakan satu rangkaian dengan keprak atau kecrek dan cempala. Keprak atau kecrek. dibuat dari logam perunggu, kuningan, atau monel) dengan ukuran standar, satu set keprak pada umumnya terdiri atas empat keping. Keprak itu digantungkan dibibir kotak sebeluh kanan (kiri dalang) tepat pada posisi telapak kaki dalang sebelah kanan ketika dalang duduk bersila. Keprak itu ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan bunyi yang sesuai dengan selera dalang. Gambar 8. Kotak Wayang Sumber: Dokumen pribadi 59 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengetahuan Pedalangan 2 Kotak wayang juga untuk menyimpan boneka wayang yang terdiri dari wayang Mahabarata dan wayang Ramayana, dan satu kothak berisi ± 200 boneka wayang, sedangkan bagi dalang yang kaya satu kothak wayang berisi ± 300 boneka wayang. Ketika pergelaran wayang boneka, wayang yang berada di dalam kotak dikeluarkan dan sebagian disimping di kanan dan kiri yang disebut wayang simpingan, dan sebagian diletakan diatas tutup kothak yang diletakkan di kanan dalang, dan sebagian lagi berada di dalam kotak yang disebut wayang dhudhahan, seperti tokoh Dursasana, Pragota, Udawa, Semar, Gareng, Petruk dan sebagainya. Untuk wayang yang dijejer atau disimping seperti tokoh Baladewa, Salya, Rahwana, Suyudana dan sebagainya merupakan wayang simpingan kiri. Sedangkan untuk wayang simpingan kanan seperti Arjuna, Kresna, Sumbadra, Srikandhi, Bima, Gatutkaca, Guru dan sebagainya. 4) Cempala. Salah satu instrumen (alat) yang penting dalam pertunjukkan wayang yang digunakan oleh dalang untuk menghidupkan gerak wayang atau ginem (dialog) adalah cempala. Cempala adalah alat pemukul yang dipukulkan pada kotak wayang untuk menimbulkan efek suara tertentu sesuai dengan kebutuhan dalang. Gambar 9.Cempala Sumber: Dokumen pribadi 60 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengetahuan Pedalangan 2 Cempala itu terbuat dari kayu galih asem atau kayu kemuning atau kayu sambi. Dalam pedalangan terdapat dua cempala yaitu cempala ageng dan cempala alit. Cempala ageng digunakan untuk memukul kotak bagian atas dengan tangan kiri agar menimbulkan suara tertentu. Suara yang ditimbulkan itu dapat berfungsi sebagai signal atau sasmita kepada para musisi untuk meminta lagu atau gending. Dari lain pihak suara yang ditimbulkan dari kotak juga berfungsi untuk mengiringi adegan tokoh tertentu misalnya pada adegan tokoh terbang atau tokoh berjalan dan sebagainya. Sedangkan cempala alit (japit) untuk memukul kotak bagian bawah dengan kaki kanan dengan cara dijepit antara jari jempol dan jari telunjuk kaki kanan. Suara yang ditimbulkan dapat berfungsi sebagai sinyal kepada musisi untuk perpindahan irama atau berfungsi untuk mengiringi gerak wayang berjalan. Bilamana mengiringi adegan perang maka cempala alit yang dijepit itu dipukulkan pada kepyak, sehingga dapat menguatkan gerakan wayang. Disamping itu dapat berfungsi untuk mengganti dhodhogan oleh karena kedua tangan dalang memegang wayang dan tidak dapat memegang cempala. Fungsi yang lain selain dhodhogan itu juga untuk mengiringi sulukan terutama pada jenis ada-ada yang mempunyai suasana sereng atau marah. Suara yang ditimbulkan dari cempala itu dalam dunia pedalangan diberi istilah bermacam-macam seperti dhodhogan, ganter, banyu tumetes, rangkep, lamba dan sebagainya. 5) Wayang yang ditata di kelir dalam bentuk simpingan kanan dan kiri akan membentuk kesan estetik dart berfungsi sebagai pembatas jagading wayang. Adapun wayang yang ditampilkan berperan sebagai gambaran tokoh- tokoh atau benda-benda tertentu. Satu set wayang dalam satu kotak terdiri dari wayang simpingan, wayang dhudhahan, dan wayang ricikan. Wayang simpingan yaitu wayang-wayang yang ditata atau dicacakkan pada debog sebelah kanan dan kiri dalang secara teratur sesuai dengan wujud dan ukurannya. Wayang dhudhahan yaitu wayang-wayang yang disiapkan di dalam kotak atau di atas tutup kothak yang selalu siap ditampilkan oleh dalang, pada umumnya berupa tokoh para Dewa, raksasa, para ksatriya Korawa, para pendeta, prajurit kera, dan para panakawan dan dhagelan. Adapun wayang ricikan adalah wayang-wayang yang Next >