< Previous79 Sampel yang diambil dari setiap titik pengambi lan dilakukan pencampuran secara merata sebelum dilakukan pengurangan. Pengurangan jumlah sampel dapat di lakukan dengan menggunakan Diverter - type (Gambar 1.43.), Boerner Divider (Gambar 1.44.), riffler (Gambar 1.45.) atau dengan menggunakan metode Quartering (Gambar 1.46.). Diverter - type digunakan untuk sampel bahan baku dengan ukuran par t ikel yang besar seperti butir -butiran utuh. Sampel yang diambi l dengan probe (sampel primer) dimasukkan ke dalam primary sampler dan mengalir melalui tabung menjadi sampel sekunder yang akhirnya menjadi sampel uji. Gambar 42. Diverter-type (Dokumentasi Suparjo, 2010) Gambar 1.44. Boerner Divider (Dokumentasi Suparjo, 2010) 80 Gambar 43. Riffler (Dokumentasi Suparjo, 2010) Gambar 44. Quartering (Dokumentasi Suparjo, 2010) Depan Belakang Gambar 45. Pola Sampling (Dokumentasi Suparjo, 2010) AC F D B E G 81 Posisi: A. Alat penguji sekitar 2 kaki dari depan dan samping B. Disisi berlawanan dengan A, probe diantara depan dan tengah, 2 kaki dari samping C. Disisi yang sama dengan A, probe ¾ dari depan dan tengah2 kaki dari samping D. Probe ditengah pengangkut E. Disisi sama dengan B, probe berjarak ¾ dari belakang dan tengah, 2 kaki dari samping F. Disisi berlawanan dengan E, probe diantara belakang dan tengah, 2 kaki dari samping G. Disisi sama dengan E, probe 2 kaki dari belakang dan samping. c) Pengambilan sampel Alat dan teknik yang berbeda digunakan dalam mengambil sampel untuk komoditi yang berbeda. Industri pakan ternak biasanya menggunakan kombinasi pola pengambilan sampel secara acak, bertingkat atau sistematik. Bahan baku curah Bahan baku curah berupa butiran dan bungkil kedelai yang diangkut dengan truk atau kereta, sampel diambil menggunakan grain probe. Sampel diambil dari beberapa tempat dengan jumlah sekitar 2 kg setiap sampel. Jumlah titik pengambilan digunakan aturan 10 %. Hal ini untuk menjamin jumlah sampel maksimum yang bisa diambil, hingga diperoleh sampel yang lebih refresentatif. Bahan baku kemasan Prosedur pengambilan sampel lain yang harus diketahui, yakni prosedur pengambilan sampel untuk kelompok 82 bahan dalam karung. Sampel yang representatif bisa diperoleh dengan alat penguji berujung runcing. Prosedur pengambilan sampel bahan baku dalam karung dilakukan dengan menusukkan probe secara diagonal dari bagian atas ke bagian bawah karung (Gambar 1.48.). Sampel diambil dari seluruh karung jika jumlah karung 1 – 10 karung, dan sampel diambil dari 10 karung secara acak jika jumlah karung lebih dari 11 karung, namun ada beberapa teori berbeda dalam industri untuk menentukan jumlah karung sampel per kelompok. Gambar 46. Sampling pada Karung (Dokumentasi Suparjo, 2010) Tabel 1.6. Teori Sampling pada Karung Karung per Kelompok 10% Akar Kuadrat 20 2 4,5 40 4 6,3 80 8 8,9 100 10 10 400 40 20 Sumber : Anonimus (1994), Defra (2001) 83 Bahan baku cair Pengambilan sampel bahan baku bantuk cair seperti lemak cair atau molase dapat dilakukan dengan menggunakan tabung gelas atau stainless steel berdiamater 3/8 sampai 1/2 inchi. Sampel paling sedikit diambil sebanyak 10 persen dari kontainer dan dikumpulkan minimal 0.586 liter. Bahan baku cair sebelum dilakukan pengambilan sampel harus dilakukan pengadukan agar diperoleh penyebaran bahan yang homogen. Sampel diambil dari bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah kontainer. Industri pakan ternak di Indonesia biasanya melakukan dua kali pengambilan sampel untuk bahan baku lokal. Sampling pertama saat bahan baku datang dan sampling kedua dilakukan saat pembongkaran. Kualitas bahan baku yang tidak seragam merupakan alasan utama dilakukannya sistem 2 kali pengambilan sampel. Sistem ini merupakan bentuk ketidakpercayaan perusahaan terhadap suplier bahan baku lokal. Dilihat dari sisi teknis pengambilan sampel dan penerimaan bahan baku, sistem ini kurang tepat. Pengambilan sampel pertama tidak representatif karena hanya dilakukan pada bahan baku yang terlihat sehingga tidak dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menerima atau menolak dan melakukan pembongkaran bahan baku. Sekali bahan baku yang dikirim dibongkar berarti bahan baku tersebut telah diterima. 84 tidak Gambar 47. Sistem Penerimaan Bahan Baku (Dokumentasi Suparjo, 2010) Sampling I Pemeriksaan & Pengujian Bahan Diterima? Sampling II Selesai Pemeriksaan dan Pengujian Selesai Bahan Diterima? Selesai tidak 85 Gambar 48. Sistem Penerimaan Bahan Baku Lokal (Dokumentasi Suparjo, 2010) Bahan Baku Datang Sampling I Tes Fisik Tolak Terima Penimbangan Pembongkaran Bahan Baku Sampling II Analisis Kimia Kembali ke Suplier Tolak Terima Masuk Gudang 86 Tabel 1.7. Jenis Pengujian Saat Penerimaan Bahan Baku Bahan Pakan Protein Air Lemak Serat Ca P Na Mg Mikotoksin (Aflatoksin) Pepsin Digestibility Urease Activity Uji Mikro Nilai Peroksida Brik Jagung √ √ Bungkil Kedelai √ √ √ √ CGM √ Tepung Ikan √ √ √√√ √ √ MBM √ √√ √√ √ √ Tepung Unggas √ √√ √√ √ √ Tepung Bulu √ √ √ Bungkil Kapas √ √ Biji Kapas √ √ √ √ Molases √ Lemak √ Sumber : Anonimus (2003) 120 d) Pengujian Bahan Baku Pengujian dilakukan saat bahan baku datang dan secara periodik dilakukan selama penyimpanan. Pengujian meliputi warna, tekstur, aroma, kadar air, benda asing dan suhu (lemak cair and molasses). Evaluasi sifat sensorik dan pengamatan kemurnian bahan dapat menjadi suatu pengujian yang cepat dalam menentukan penolakan bahan baku. Evaluasi sifat fisik meliputi kerapatan jenis, kemurnian dan tekstur bahan baku. Pengujian secara kimia dilakukan untuk mengetahui beberapa sifat nutrisi bahan baku (Tabel 2). Pengujian bahan baku secara fisik atau organoleptik : Warna Warna yang tidak normal pada bahan baku mungkin menunjukkan telah terjadinya pemanasan yang berlebihan. Bungkil kedelai yang mengalami pemanasan berlebihan mempunyai warna kecoklatan sangat berbeda dengan warna bungkil kedelai yang normal yang berwarna kuning atau kuning keemasan. Kerusakan biji-bjian karena hujan dan angin dapat menghasilkan warna terang atau gelap karena tumbuhnya jamur pembusuk. Penyimpanan butir-butiran pada temperatur tinggi menyebabkan warna kecoklatan. Bau Bau apek menunjukkan butiran diserang serangga atau jamur. Bau masam mengindikasi-kan serangan serangga atau butiran berjamur. Kotoran binatang pengerat dapat menyebabkan bau yang kurang sedap. Kerapatan jenis Kerapatan jenis bahan menggambarkan berat per unit volume dinyatakan dengan kilogram per meter kubik 121 (kg/m3). Kerapatan jenis dapat sangat bervariasi pada bahan baku yang sama yang dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran partikel, kadar air dan kepadatan. Kerapatan jenis bahan baku mempunyai peran penting dalam kontrol inventaris dan menentukan bagaimana bahan baku akan diperlakukan selama penyimpanan dan pencampuran. Bahan baku dengan densitas tinggi dimasukkan lebih dahulu pada mixer vertikal, tetapi kemudian pada mixer horizontal. Uji berat merupakan pengukuran kerapatan jenis yang diterapkan pada butir-butiran. Kemurnian Kemurian menunjukkan tidak adanya kontaminan dalam bahan baku. Sumber kontaminan dapat secara fisik, kimia atau mikrobial. Pengawasan kontaminan fisik secara cepat dilakukan dengan ayakan, sedangkan kontaminan kimia dan mikrobial dilakukan di laboratorium. Tekstrur Tekstur suatu bahan baku diukur secara visual dan dengan ayakan. Tekstur menunjukkan homogenitas bahan baku. Pengujian bahan baku secara mikroskopis : Pengujian mikroskopis kualitatif mengidentifikasi dan mengevaluasi bahan baku dan benda-benda asing baik pada bahan baku tunggal maupun dalam ransum. Pengujian mikroskopis menggunakan 2 jenis mikroskopis yaitu stereomicroscopy (penampakan permukaan) dan compound microscopy (sifat internal partikel). Variasi alam seperti kotoran, bahan subalan dan kontaminan dapat diamati dengan stereomicroscopy dan membandingkannya dengan bahan baku Next >