< Previous 122 standar. Pengujian mikroskopis saat bahan baku datang dapat mencegah sekitar 90 persen masalah yang disebabkan bahan baku dalam industri pakan ternak. Kadar Air Kadar air mempunyai pengaruh terhadap hampir semua karakteristik bahan baku seperti bentuk, tekstur, warna dan rasa. Kadar air dalam jumlah yang bervariasi dapat menjadi suatu masalah bagi bahan baku. Kadar air bahan baku yang tinggi dapat mendukung pertumbuhan jamur yang menghasilkan beberapa jenis mixotoksin sehingga dapat mempengaruhi lama penyimpanan. Hubungan antara kadar air, suhu dan lama penyimpanan butir-butiran dapat dilihat pada Tabel 3. Makin tinggi kadar air bahan baku, makin berkurang daya tahan baku terhadap kerusakan. Pengukuran kadar bahan baku dan ransum pada industri pakan ternak dapat dilakukan dengan pengeringan oven, metode distilasi, Near Infrared dan water activity. Water activity (aw) merupakan ukuran air biologis dalam produk bahan makanan dan bahan pakan yang mampu mendukung pertumbuhan mikroba. Water activity memberikan data stabilitas mikroba suatu produk yang disimpan. Air murni mempunyai aw sama dengan 1 dan produk-produk yang mengandung air mempunyai aw berkisar antara 0.2 sampai 0.99. Protein, Lemak, Serat, Mineral Pengujian kandungan protein, lemak, serat kasar dan mineral dilakukan sesuai prosedur yang ada. Pengujian ini dilakukan untuk melihat kesesuaian kandungan nutrisi bahan baku yang datang dengan perjanjian pembelian. 123 Pepsin Digest Pepsin digest merupakan prosedur yang digunakan untuk menentukan kecernaan protein pada tepung limbah ternak. Bahan baku asal limbah ternak biasanya dilakukan pengolahan melalui penggunaan panas yang tinggi sehingga dikhawatirkan protein mengalami denturasi dan sulit dicerna. - Tepung Bulu, minimal 75 persen dari protein dapat dicerna oleh pepsin. - Tepung daging, maksimal 14 persen residu tak tercerna dan maksimal 11 protein kasar tak tercerna. - Tepung tulang dan daging, maksimal 14 persen residu tak tercerna dan maksimal 11 protein kasar tak tercerna. Tabel 6. Hubungan Antara Kadar Air dengan Suhu dan Lama Penyimpanan Maksimum Bahan Baku Jagung (hari) Suhu Penyimpanan (0F) Kandungan Air 15% 20% 25% 30% 75 116 12 4 3 70 155 16 5 4 65 207 21 8 5 60 259 27 10 6 55 337 35 13 8 50 466 48 17 10 45 725 75 27 16 40 906 94 34 20 35 1.140 118 42 25 Sumber : Herrman dan Kuhl (1997) 124 Urease Urease adalah enzim yang bekerja terhadap urea yang menghasilkan karbondioksida dan amonia. Brix Brix merupakan istilah yang umum digunakan untuk menunjukkan kandungan gula pada molase. Analisis ini dilakukan berdasarkan pada sifat optik molase menggunakan refractormeter. Brix diekspresikan dalam derajat dan mempunyai hubungan erat dengan persentase sukrosa. AFIA Feed Ingredient Guide II menetapkan pembacaan Brix pada 79.5o (Herrman, 2001b). Variasi Analitis Variasi analitis (Analytical Variation = AV) terjadi karena adanya keragaman dalam pengambilan sampel dan analisis laboratorium. Variasi analitis memberikan kisaran suatu hasil analisis, apakah suatu bahan yang diuji memenuhi standar yang tetapkan atau tidak. Tabel 4 memperlihatakan variasi analitis beberapa bahan baku. Range penerimaan dapat dihitung melalui langkah berikut : Langkah 1. Kalikan kandungan zat makanan yang diharapkan atau tercantum pada dokumen dengan nilai persentase AV pada Tabel 2. Konversi persentase AV dalam bentuk desimal. Langkah 2. Tambah atau kurang nilai yang diperoleh pada langkah 1 dengan kandungan zat makanan yang diharapkan atau tercantum pada dokumen. Contoh: Tepung ikan disebutkan mempunyai kandungan protein 60 persen, maka range hasil analisis yang dapat diterima adalah 125 58.6-61.4% (1) 60 x [(20÷60 + 2)] = 1.4 (2) 60 – 1.4 = 58.6 sampai dengan 60 + 1.4 = 61.4 Tabel 1.9. Variasi Analitis Zat Makanan Zat Makanan Metode (AOAC Official Methods of Analysis) AV % Range ANALISIS PROKSIMAT Air 934.01 930.15 935.29 12 3 – 40 % Protein 954.01 976.05 976.06 984.13 (20/X + 2) 10 – 85% Lysine 975.44 20 0.5 – 4% Lemak 920.39 954.02 962.02 10 3 – 20% Serat 962.09 (30/X +6) 3 – 20% Abu 942.05 (45/X +3) 2 – 88% Pepsin Digest 971.09 13 Total sugar as Invert 925.05 12 24 – 37% NPN Protein 941.04 967.07 (80/X +3) 7 – 60% MINERAL Kalsium 927.02 (14/X +6) 0.5 – 25% Kalsium 968.08 10 10 – 25% Kalsium 12 < 10% Fosfor 964.06 965.17 (3/X +8) 0.5 – 20% Garam 969.10 (7/X + 5) 0.5 – 14% Garam 943.01 (15/X +9) 0.5 – 14% VITAMIN Vitamin A 974.29 30 1200-218,000 IU/lb Vitamin 952.20 45 126 Zat Makanan Metode (AOAC Official Methods of Analysis) AV % Range B12 Riboflavin 970.65 940.33 30 1-1500 mg/lb Niacin 961.14 944.13 25 3-500 mg/lb Sumber : Herrman (2001b) Penyimpanan Bahan Baku Pakan Ternak Unggas d.1) Tata cara penyimpanan Penyimpanan bahan baku pakan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara-cara penyimpanan ini disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi bahan pakan untuk mempermudah proses penyimpanan dan pembongkaran kembali bahan yang disimpan. Beberapa cara penyimpanan tersebut antara lain penyimpanan di dalam gudang dengan kemasan, penyimpanan di dalam gudang dalam bentuk curah di lantai gudang, penyimpanan dalam bentuk curah di dalam tangki dan penyimpanan dalam bentuk curah di dalam silo, dan cara penyimpanan lainnya. Penyimpanan dalam bentuk kemasan di dalam gudang Bahan pakan disimpan di dalam gudang dalam bentuk kemasan. Sebelum disimpan di dalam gudang, bahan pakan terlebih dahulu harus dikemas di dalam karung. Jenis karung yang digunakan dapat berupa karung plastik maupun karung goni, atau kombinasi diantara keduanya. Untuk bahan pakan tertentu bahkan ada yang dikemas dalam kantong yang terbuat dari kertas. 127 Gambar 49. Penyimpanan Bahan Pakan Kemasan (Dokumentasi Tutik Nuryati, 2013) Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam gudang Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam gudang artinya bahwa bahan pakan ditumpah di lantai gudang yang sudah diberi sekat atau tanpa sekat. Gambar 50. Penyimpanan Bahan Pakan Curah (Dokumentasi Tutik Nuryati, 2013) 128 Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam silo Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam silo artinya bahwa bahan pakan disimpan dalam bentuk curah di lantai di dalam ruang penyimpanan khusus yang berbentuk silinder yang disebut dengan silo. Lantai gudang (lantai silo) membentuk kerucut dengan posisi yang runcing berada di bawah, sehingga bahan pakan akan mengumpul ke bawah. Proses penyimpanan dan pembongkarannya memerlukan bantuan sistem transport (conveyor) yang dijalankan secara otomatis dengan menggunakan tenaga listrik. Penyimpanan cara ini biasanya dilakukan untuk bahan pakan yang berbentuk biji-bijian, seperti jagung kuning. Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam tangki Penyimpanan cara ini digunakan untuk bahan pakan yang berbentuk cair. Seperti tetes (molasses) atau minyak nabati. Penyimpanan cara ini biasanya dilengkapi dengan pompa untuk mempermudah proses pengeluaran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan pakan. Penyimpanan dalam bentuk lain Bahan pakan tidak selamanya dalam bentuk kemasan karung, baik karung goni, karung plastik, maupun kantong (zak) yang terbuat dari kertas, ataupun dalam bentuk curah. Ada kalanya bahan pakan tersebut dikemas dengan menggunakan kardus, kaleng maupun drum. Bahan-bahan ini biasanya terdiri dari obat-obatan, vitamin dan asam amino. Untuk bahan –bahan ini sistem penyimpanannya sama seperti penyimpanan di dalam gudang, tetapi memerlukan persyaratan dan perlakuan khusus sesuai dengan karakteristik bahannya, misalnya harus di ruang ber AC. 129 Gambar 51. Penyimpanan Asam Amino dengan kemasan kardus (Dokumentasi Tutik Nuryati, 2013) Berbagai macam cara penyimpanan seperti disebutkan di atas tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini suatu perbandingan keuntungan dan kerugian antara sistem penyimpanan dalam karung dan penyimpanan dalam bentuk curah. Tabel 1.10. Keuntungan dan Kerugian Sistem Penyimpanan Bahan Pakan No. Faktor Sistem Karung Sistem Curah 1. Fleksibilitas fleksibel Tidak fleksibel 2. Kemungkinan mekanisasi Kurang penuh Penuh 3. Penanganan Lambat Cepat 4. Tumpah, ceceran Banyak hilang Sedikit hilang 5. Modal Kecil Besar 6. Biaya Operasi Tinggi Rendah 7. Bahaya serangan tikus Merajalela Tidak banyak 8. Serangan hama Berulang-ulang Jarang berulang. 130 2) Prosedur penggudangan Tata letak penempatan Untuk mendapatkan sistem penggudangan yang efektif, maka perlu dilakukan perencanaan tata letak penempatan bahan yang akan disimpan. Diantara tumpukan bahan terdapat lorong-lorong. Pengaturan lorong-lorong diantara tumpukan karung dimaksudkan untuk memperlancar pengaturan lalu lintas bahan di dalam gudang serta untuk peredaran udara yang memadai. Pengaturan tata letak penempatan bahan pakan atau pakan erat kaitannya dengan proses pemasukan untuk disimpan dan pengeluaran untuk digunakan atau didistribusikan, Pemasukan dan pengeluaran ini harus mengacu sistem FIFO (first in first out). Yang dimaksud sistem FIFO adalah bahan yang datang terlebih dahulu harus di keluarkan/digunakan terlebih dahulu. Pakan yang diproduksi dahulu harus didistribusikan dahulu. Perencanaan tata letak penempatan bahan pakan dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 52. Perencanaan Tata Letak Penempatan Bahan Baku Pakan Arus Bahan Pakan dan Pakan Masuk Arus Bahan Pakan dan Pakan Keluar Tata letak penempatan pakan /bahan pakan di dalam 131 Cara penumpukan bahan Untuk penyimpanan bahan pakan atau pakan dengan menggunakan karung, cara penumpukannya dapat dilakukan dengan sistem pallet atau staffel. Sistem pallet biasanya digunakan cara penumpukan dengan model kunci 5 (lima). Cara penumpukan ini dilakukan apabila sistem penyimpanan dan pembongkaran bahan atau pakan menggunakan alat bantu forklif. Khusus untuk pakan jadi, penumpukan dilakukan di tempat pengemasan (bagging) dilakukan oleh tenaaga manusia, selanjutnya di bawa ke tempat penyimpanan dengan bantuan alat (forklift). Pada saat akan didistribusikan, pakan deiambil dari tempat penyimpanan juga menggunakan alat bantu forklift. 3 Gambar 53. Cara Penumpukan Pakan Dalam Gudang (Dokumentasi Sunarno, 2013) 1 2 Next >