< Previous201 Gambar 148. Penulisan angka ukuran Jika kertas gambar diputar ke kiri, akan menghasilkan angka ukuran yang terbalik. Ukuran (c) pada gambar di atas adalah penulisan angka ukuran yang terbalik. b. Klasifikasi Pencantuman Ukuran Benda – benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam – macam, fungsi, kualitas atau pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu, pencantuman ukuran diklasifikasikan menjadi: 1) Pengukuran dengan dimensi fungsional. 2) Pengukuran dengan dimensi non – fungsional. 3) Pengukuran dengan dimensi tambahan. 4) Pengukuran dengan kemiringan atau ketirusan. 5) Pengukuran dengan bagian yang dikerjakan khusus. 6) Pengukuran dengan kesimetrian. 202 1) Pengukuran dengan Dimensi Fungsional, Non Fungsional dan Ukuran Tambahan Jika suatu benda terdiri atas bagian – bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang satu dengan lainnya mempunyai fungsi yang sama sehingga satu sama lain mempunyai ukuran yang berpasangan dan pencantuman ukuran sebagai fungsi yang berpasangan. Jika benda kerja yang digambar berdiri sendiri tetapi dalam sistem pengerjaannya bertahap, maka digambar sesuai dengan ukurannya sebagai fungsi pengerjaan. Ukuran – ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran non fungsional. Untuk melengkapi ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan keraguan dalam membaca gambar terutama dalam jumlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan diantara dua kurung atau di dalam kurung. Gambar 149. Ukuran fungsi, non fungsi dan tambahan Keterangan : F = Dimensi fungsional NF = Dimensi non fungsional 203 2) Pengukuran Ketirusan Untuk mencantumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen sudutnya. Gambar 150. Penunjukan ukuran ketirusan Contoh: Jika H = 20 mm, h = 16 mm dan L = 40 mm maka kemiringannya adalah: ditulis 1: x = 1: 10 (lihat gambar 151) Gambar 151. Penulisan nilai ketirusan 204 Untuk benda – benda yang mempunyai bentuk tirus (kerucut), ukuran ketirusannya dicantumkan berdasarkan harga 2.tg ½ α = 1: y (lihat gambar). Gambar 152. Menghitung nilai ketirusan Ketirusannya adalah: Contoh: Jika D = 34 mm, d = 30 mm dan L = 40 mm, maka ketirusannya adalah: 3) Penunjukan Ukuran pada Bagian yang Dikerjakan Khusus Untuk memberikan keterangan gambar pada benda – benda yang dikerjakan khusus, misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar bagian luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat gambar 6.8). 205 Gambar 153. Penunjukan bagian dengan pengerjaan khusus 4) Pemberian Ukuran pada Bagian – Bagian yang Simetris Untuk memberikan ukuran – ukuran pada gambar – gambar simetris, jarak antara tepi dan sumbu simetrisnya tidak dicantumkan (lihat gambar 154). Gambar 154. Penunjukan benda simetris c. Pencantuman Simbol Ukuran pada Bentuk Tertentu Benda – benda dengan bentuk tertentu ukurannya dicantumkan simbolnya, misal: benda – benda yang berbentuk silinder, bujursangkar, bola dan pinggulan (chamfer). 206 Gambar 155. Pencantuman simbol Keterangan: SØ = diameter bola dengan ukuran 32mm. SR16 = jari – jari bola dengan ukuran 16 mm. C3 = chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 x 45. Ø23 = simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm. 34 = simbol ukuran bujursangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm. 120 = simbol ukuran tidak menurut skala yang sebenarnya. M12 = simbol ukuran ulir dengan jenis ulir simetris dan berdiameter luar 12 mm. 2 = silang atau cross dengan garis tipis; simbol bidang rata. 1 = strip titik (tebal); simbol yang dikerjakan khusus. 207 1) Penunjukan Ukuran Jari - Jari Untuk menunjukkan ukuran jari – jari, dapat digambarkan dengan garis ukur dimulai dari titik pusat sampai busur lingkarannya. Sebagai simbol dari jari – jari tersebut, di depan angka ukurnya diberi tanda huruf “R”. Gambar 156. Anak panah dan ukuran di dalam lingkaran Gambar 157. Anak panah di dalam dan ukuran di luar Gambar 158. Penempatan anak panah dan ukuran di luar lingkaran 208 Gambar 159. Penunjukkan jari – jari dengan garis ukur yang diperpendek 2) Menentukan Titik Pusat Jari – Jari Fillet Gambar yang mempunyai fillet terdiri atas dua garis yang berpotongan dengan sudut 90, dua garis berpotongan dengan sudut lancip (<900) dan dua garis berpotongan dengan sudut tumpul (>900). Gambar 160. Jari – jari pada dua garis dengan sudut 90 209 Gambar 161. Jari – jari pada dua garis dengan sudut < 90(lancip) Gambar 162. Jari – jari pada dua garis dengan sudut > 900 (tumpul) Selain lengkungan (jari – jari) yang didapat dari dua garis yang berpotongan seperti gambar di atas, juga terdapat lengkungan (jari - jari) yang diperoleh dari garis yang memotong lingkaran. 210 Gambar 163. Gambar 164. Gambar 165. Titik pusat jari – jari yang menyinggung dua lingkaran Next >