< Previous 103Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekertib. Paham yang melihat manusia lain bukan sebagai sesama manusia; cenderung mencari perbedaan, bukan persamaan, dan tidak saling berbagi.c. Paham yang mengukur kebahagiaan dari penilaian materi yang berlimpah.Paham pertama menjelaskan sikap manusia terhadap alam. Paham kedua adalah sikap terhadap sesama manusia. Paham ketiga berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Ketiga paham ini menentukan arah perbuatan manusia. Ketika populasi dunia meningkat dan sumber daya alam berkurang, manusia masih mengejar kebahagiaan dengan bergantung pada pemuasan hawa nafsu dan pemilikan materi. Bagi orang-orang seperti itu kebebasan adalah kekuasaan untuk mengatur kondisi eksternal, dan sesama manusia adalah saingan atau musuh.Selanjutnya berbicara tentang kepincangan-kepincangan yang dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat tergantung dari sistem nilai sosial masyarakat tersebut. Akan tetapi, ada be-be rapa persoalan yang di-hadapi oleh masyarakat pada umumnya sama misalnya: masalah kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, generasi muda dalam masyarakat modern, peperangan, alkohol, ke nakalan remaja (delikuensi), dan lain-lain. Namun masalah-masalah sosial yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya dalam buku ini adalah masalah-masalah yang merupakan problematika sosial dalam kehidupan ma nu sia, yaitu ma salah aborsi dan per gaulan bebas, pe nyalahgunaan nar koba dan tawuran, dan korupsi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah sosial. Berbagai analisis dan metode telah diterapkan. Akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Hal ini disebabkan ilmu sosial pada umumnya belum sanggup untuk menetapkan secara mutlak dan pasti apa yang merupakan masalah sosial yang pokok. Lagi pula pengaruh pemecahan masalah sosial tidak dirasakan dengan segera, tetapi setelah jangka waktu yang cukup lama. Akhirnya perlu dicatat metode-metode yang digunakan yaitu yang bersifat preventif dan represif. Metode preventif jelas lebih sulit dilaksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial. Metode represif lebih banyak digunakan. Artinya, setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial, baru diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya.Sumber: kalteng.antaranews.comGambar 5.7 Masalah buang sampah di sungai 104 Kelas XII SMA/SMK Sumber: economy.okezone.comGambar 5.8 Masalah bagunan liar Sumber: news.okezone.comGambar 5.9 Masalah banjirF. Ajaran yang menjamin keberhasilanDalam Sutta Nipata, Maha Mangala Sutta terdapat ajaran dari Buddha yang menjelaskan tentang cara-cara untuk mendapatkan keberhasilan. Khotbah di hutan Jeta pemberian saudagar Anattapindika ini membabarkan tentang 38 jenis perbuatan yang apabila dilakukan akan membawa seseorang bisa mendapatkan suatu keberhasilan. Secara garis besar ke-38 jenis perbuatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, sebagai berikut.1. Sīla (Kemoralan) Dasar kehidupan bermoral, terdiri atas tiga persiapan untuk dapat hidup bermoral, yang pertama; tak bergaul dengan orang yang bodoh; bergaul dengan orang yang bijaksana; menghormat mereka yang patut untuk dihormat. 105Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Bagian kedua adalah penunjang untuk hidup bermoral; hidup di lingkungan yang sesuai; hal ini didapat berkat jasa dari kehidupan yang lampau; menuntun diri ke arah yang benar. Dan yang ketiga adalah pendidikan dalam hidup bermoral; memiliki pengetahuan; terampil serba bisa (dalam hal kebajikan); terlatih baik dalam tata susila; menyenangkan tutur katanya. Kehidupan sosial masyarakat; Dalam hal ini juga dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama adalah kehidupan berkeluarga; membantu ayah dan ibu; menjaga baik-baik anak dan istri; serta memiliki pekerjaan yang penuh damai. Kedua adalah kehidupan sosial; suka berdana; berperilaku pantas; membantu sanak keluarga dan bertindak tidak tercela. Ketiga adalah kehidupan pribadi; berhenti berbuat jahat dan terbebas dari kejahatan; menghindari meminum minuman yang merusak; tekun dalam melaksanakan kehidupan bermoral.2. Samādhi (Konsentrasi) Dalam hal ini terdapat dua bagian utama yaitu yang pertama adalah persiapan diri untuk bersamādhi; memiliki rasa hormat; rendah hati; merasa puas; senantiasa berterima kasih; mendengarkan dhamma pada saat yang sesuai. Bagian berikutnya adalah latihan untuk samādhi; sabar; bergaul dengan manusia teladan dalam dhamma; ikut serta dalam diskusi keagamaan.3. Pañña (Kebijaksanaan) Juga terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah jalan menuju kebijaksanaan; menjalankan kehidupan suci; memahami empat kebenaran mulia; merealisasi Nibbāna. Hasil dari kebijaksanaan adalah: pikiran tanpa kesedihan; tanpa noda dan mantap; tetap tidak terganggu walau dipengaruhi kesulitan-kesulitan duniawi (terutama pasang surutnya kehidupan di dunia ini, atau kondisi-kondisi kehidupan). Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan duniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yang mengatasi keduniaan. Sesungguhnya yg menghalangi perealisasian Nibbāna, bukanlah kesuksesan atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatan batin kepada duniawi itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbāna.Di dalam Vyagghapajja sutta, seorang yang bernama Dighajanu, salah seorang suku Koliya, datang menghadap Sang Buddha. Setelah memberi hormat, lalu ia duduk di samping beliau dan kemudian berkata: 106 Kelas XII SMA/SMK “Bhante, kami adalah upasaka yang masih menyenangi kehidupan duniawi, hidup berkeluarga, mempunyai istri dan anak. Kepada mereka yang seperti kami ini, Bhante, ajarkanlah suatu ajaran (Dhamma) yang berguna untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan sekarang ini, dan juga kebahagiaan yang akan datang.” Menjawab pertanyaan ini, Buddha bersabda bahwa ada empat hal yang berguna yang akan dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini, sebagai berikut. 1. Rajin dan bersemangat dalam mengerjakan apa saja, harus terampil dan produktif; mengerti dengan baik dan benar terhadap pekerjaannya, serta mampu mengelola pekerjaannya secara tuntas (utthanasampada).2. Pandai menjaga penghasilannya, yang diperolehnya dengan cara halal, yang merupakan jerih payahnya sendiri (arakkhasampada).3. Mencari pergaulan yang baik, memiliki sahabat yang baik, yang terpelajar, bermoral, yang dapat membantunya ke jalan yang benar, yaitu yang jauh dari kejahatan (kalyānamitta).4. Hidup sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Artinya bisa menempuh cara hidup yang sesuai dan seimbang dengan penghasilan yang diperolehnya, tidak boros, tetapi juga tidak pelit/kikir (samajivikata).Keempat hal tersebut adalah merupakan persyaratan (kondisi) yang dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini. Sedangkan untuk dapat mencapai dan merealisasi kebahagiaan yang akan datang, yaitu kebahagiaan dapat terlahir di alam-alam yang menyenangkan dan kebahagiaan terbebas dari yang berkondisi. Ada empat persyaratan pula yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut. 1. Keyakinan, yaitu keyakinan terhadap nilai-nilai luhur (saddhā). Keyakinan ini harus berdasarkan pengertian, sehingga dengan demikian diharapkan untuk menyelidiki, menguji, dan mempraktikkan apa yang dia yakini tersebut. Di dalam Samyutta Nikaya V, Buddha menyatakan demikian: “Seseorang… yang memiliki pengertian, mendasarkan keyakinannya sesuai dengan pengertian.” Keyakinan sangat penting untuk membantu seseorang dalam melaksanakan ajaran dari apa yang dihayatinya; juga berdasar-kan keyakinan ini, maka tekadnya akan muncul dan berkembang. Kekuatan tekad tersebut akan mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan. 2. Kemoralan (sīla), yaitu menghindari perbuatan membunuh, mencuri, asusila, ucapan yang tidak benar, dan menghindari makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran (hilangnya pengendalian diri). 107Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, tetapi merupakan ajaran kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari hasil pelaksanaannya, dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. Dengan demikian, berarti dalam hal ini, seseorang bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya. Pelaksanaan sila berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani. Sila ini dapat diintisarikan menjadi ‘hirī’ (malu berbuat jahat/salah) dan ‘ottappa’ (takut akan akibat perbuatan jahat/salah). Bagi seseorang yang melaksanakan sila, berarti ia telah membuat dirinya maupun orang lain merasa aman, tenteram, dan damai. Keadaan aman, tenteram dan damai merupakan kondisi yang tepat untuk membina, mengembangkan & meningkatkan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbāna.3. Kemurahan hati (caga), yaitu memiliki sifat kedermawanan, kasih sayang, yang dinyatakan dalam bentuk menolong mahluk lain, tanpa ada perasaan bermusuhan atau iri hati, dengan tujuan agar makhluk lain dapat hidup tenang, damai, dan bahagia. Untuk mengembangkan kemurahan hati, seseorang harus sering melatih mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya (merenungkan) sebagai berikut: “Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri.” 4. Kebijaksanaan (paññā), yaitu kebijaksanaan yang akan membawa ke arah terhentinya dukkha (Nibbāna). Kebijaksanaan di sini artinya dapat memahami timbul dan padamnya segala sesuatu yang berkondisi; atau pandangan terang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yang berkondisi, yang membawa ke arah terhentinya penderitaan. Panna muncul bukan hanya didasarkan pada teori, tetapi yang paling penting adalah dari pengalaman dan penghayatan ajaran Buddha. Panna berkaitan erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Singkatnya ia mengetahui dan mengerti tentang: masalah yang dihadapi, timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapat dipadamkan/diatasi dan cara atau metode untuk memadamkan penyebab masalah itu. Itulah uraian dari Vyagghapajja sutta yang ada hubungannya dengan kesuksesan dalam kehidupan duniawi yang berkenaan dengan tujuan hidup umat Buddha. Sutta lain yang juga membahas tentang kesuksesan 108 Kelas XII SMA/SMK dalam kehidupan duniawi ini, bisa kita lihat dalam Anguttara Nikaya II 65, di mana Sang Buddha menyatakan beberapa keinginan yang wajar dari manusia biasa (yang hidup berumah tangga), yaitu sebagai berikut.1. Semoga saya menjadi kaya, dan kekayaan itu terkumpul dengan cara yang benar dan pantas.2. Semoga saya beserta keluarga dan kawan-kawan, dapat mencapai kedudukan sosial yang tinggi. 3. Semoga saya selalu berhati-hati di dalam kehidupan ini, sehingga saya dapat berusia panjang.4. Apabila kehidupan dalam dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat terlahirkan kembali di alam kebahagiaan (surga). Keempat keinginan wajar ini, merupakan tujuan hidup manusia yang masih diliputi oleh kehidupan duniawi; dan bagaimana caranya agar keinginan-keinginan ini dapat dicapai, penjelasannya adalah sama dengan uraian yang dijelaskan di dalam Vyagghapajja sutta tadi. Jadi, jelaslah sekarang bahwa di dalam ajaran Buddha, sama sekali tidak menentang terhadap kemajuan atau kesuksesan dalam kehidupan duniawi. Dari semua uraian di atas tadi, bisa kita ketahui bahwa Buddha juga memperhatikan kesejahteraan dalam kehidupan duniawi; tetapi memang, Beliau tidak memandang kemajuan duniawi sebagai sesuatu yang benar, kalau hal tersebut hanya didasarkan pada kemajuan materi semata, dengan mengabaikan dasar-dasar moral dan spiritual; untuk menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman, dan sejahtera secara lahir maupun batin; dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terbebas dari dukkhā atau terealisasinya Nibbāna.Ayo MengomunikasikanPresentasikan hasil analisis dan diskusi di depan kelas, serta melaporkannya secara tertulis tentang bukti-bukti masih banyaknya permasalah sosial di lingkungan/masyarakat kita! 109Pendidikan Agama Buddha dan Budi PekertiRangkuman Tuliskan Rangkuman Kamu di bawah ini!……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Aku TahuKecakapan HidupSetelah kalian menyimak wacana di atas, tulislah hal-hal yang telah kamu pahami dan hal-hal yang belum kamu pahami pada kolom berikut ini!No.Hal-hal yang Telah Saya PahamiHal-hal yang Belum Saya Pahami1.2.3.4.5.110 Kelas XII SMA/SMK Kemukakan di depan kelas tentang hal-hal yang sudah dan belum kamu pahami dengan baik!…………………………………………………………………………………………………………………………………………...................................…………………………………………………………………………………………………………………………………………...................................…………………………………………………………………………………………………………………………………………...................................…………………………………………………………………………………………………………………………………………...................................……………………………………………………………………………………………………………………………………………...............................RenunganTugas KelompokBuatlah kata-kata/kalimat renungan yang dapat kamu petik dari ayat-ayat kitab suci Dhammapada atau dari kitab lainnya, kemudian tulislah pesan apa yang dapat kamu petik dari sabda Buddha tersebut!EvaluasiUji Kompetensi Pengetahuan1. Apa yang dimaksud dengan masalah-masalah sosial?2. Uraikan sedikitnya lima masalah sosial yang terjadi di kota-kota!3. Mengapa masih sering terjadi adanya orang yang membuang (menempatkan) sampat tidak pada tempatnya?4. Hubungkan antara khotbah pertama Buddha dengan cara-cara mengatasi masalah!5. Jelaskan perbedaan antara kebahgiaan duniawi dan kebahagiaan tertinggi (Nibbāna)! 111Pendidikan Agama Buddha dan Budi PekertiTugas Individuv Lakukan pengamatan terhadap orang-orang di sekitarmu yang peduli terhadap permasalahan sosial!v Berikan tanggapan dari hasil pengamatanmu lalu buatlah laporan kepada gurumu!Buatlah deskripsi singkat melalui diskusi tentang pandangan agama Buddha tekait dengan masalah banjir, kemacetan, kemiskinan, perdagangan gelap narkoba, kemudian tuliskan hal-hal tersebut di dalam kolom tabel di bawah ini!MasalahSebabAkibatSolusiBanjirKemacetan Kemiskinan….Buatlah kelompok diskusi untuk membahas atau mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang ada di sekitar kita. Setelah itu kelompok-kelompok tersebut mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok lain (yang tidak bertugas) memberikan pertanyaan, komentar, atau sanggahan dari apa yang dipresentasikan. Kemudian para anggota kelompok bersama guru membuat kesimpulan tentang apa yang didiskusikan.Tugas Kelompok112 Kelas XII SMA/SMK AspirasiSetelah Kamu mempelajari masalah-masalah yang terdapat dalam kehidupan umat manusia, tuliskan aspirasimu di buku tugas. Kemudian sampaikan kepada orang tua dan guru untuk ditandatangi dan dinilai.Perhatikan contoh kalimat aspirasi ini!Berdasarkan contoh tersebut, buatlah kalimat aspirasi di buku tugasmu sesuai dengan materi pelajaran di bab/subbab ini!Next >