< Previous Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 199Ajaran Yoga termasuk dalam sastra Hindu. Berbagai sastra Hindu yang memuat ajaran yoga diantaranya adalah kitab Upanisad, kitab Bhagavad Gita, kitab Yogasutra, dan Hatta Yoga. Kitab weda adalah merupakan sumber ilmu yoga, yang atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang menyediakan berbagai metode untuk mencapai penerangan rohani. Metode-metode yang diajarkan itu disesuaikan dengan tingkat perkembangan rohani seseorang dan metode yang dimaksud dikenal dengan sebutan yoga. Yoga-sthaá kuru karmāṇi saògaṁ tyakvā dhanañjaya siddhy-asiddhyoh samo bhūtvā samatvam yoga ucyate,Terjemahannya:Pusatkanlah pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya, wahai Danañjaya (Arjuna), tetaplah teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, sebab keseimbangan jiwa itulah yang di sebut yoga (BG.II.48).Setiap orang memiliki watak (karakter), tingkat rohani dan bakat yang berbeda. Dengan demikian untuk meningkatkan perkembangan rohaninya masing-masing orang dapat memilih jalan rohani yang berbeda-beda. Tuhan Yang Maha Esa sebagai penyelamat dan Maha Kuasa selalu menuntun umatnya untuk berusaha mewujudkan keinginannya yang terbaik. Atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa manusia dapat menolong dirinya untuk melepaskan semua rintangan yang sedang dan yang mungkin dihadapinya. Dengan demikian maka terwujudlah tujuan utamanya yakni sejahtera dan bahagia.“Trātāram indram avitāram handraṁhavehave suhavaṁ ṡuram indram, hvayāmi ṡakram puruhūtam indraṁ svasti no maghavā dhātvindrah.Terjemahannya:Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang dipuja dengan gembira dalam setiap pemujaan, Tuhan, Maha Kuasa, selalu dipuja, kami memohon, semoga Tuhan, Yang Maha Pemurah, melimpahkan rahmat kepada kami (RV.VI.47.11).Bersumberkan kitab-kitab tersebut di atas jenis yoga yang baik untuk diikuti adalah: Sumber: Dokumen Pribadi (26/01/2015).Gambar 4.2 Yoga dalam aktivitas.200 Kelas XII SMA/SMK 1. Hatha YogaGerakan Yoga yang dilakukan dengan posisi fisik (Asana), teknik pernafasan (Pranayana) disertai dengan meditasi. Posisi tubuh tersebut dapat mengantarkan pikiran menjadi tenang, sehat dan penuh vitalitas. Ajaran Hatha Yoga berpengaruh atas badan atau jasmani seseorang. Ajaran Hatha Yoga menggunakan disiplin jasmani sebagai alat untuk membangunkan kemampuan rohani seseorang. Sirkulasi pernafasan dikendalikan dengan sikap-sikap badan yang sukar-sukar. Sikap-sikap badan yang sukar-sukar dilatih supaya bagaikan seekor kuda yang diajari dapat menurut perintah penunggangnya yang dalam hal ini penunggangnya adalah atman (roh).2. Mantra YogaGerakan Yoga yang dilaksanakan dengan mengucapkan kalimat-kalimat suci melalui rasa kebaktian dan perhatian yang terkonsentrasi. Perhatian dikonsentrasikan agar tercapai kesucian hati untuk ‘mendengar’ suara kesunyian, sabda, ucapan Tuhan mengenai identitasnya. Pengucapan berbagai mantra dengan tepat membutuhkan suatu kajian ilmu pengetahuan yang mendalam. Namun biasanya banyak kebaktian hanya memakai satu jenis mantra saja.3. Laya Yoga atau Kundalini YogaGerakan Yoga yang dilakukan dengan tujuan menundukkan pembangkitan daya kekuatan kreatif kundalini yang mengandung kerahasian dan latihan-latihan mental dan jasmani. Ajaran Laya yoga menekankan pada kebangkitan masing-masing cakra yang dilalui oleh kundalini yang bergerak dari cakra dasar ke cakra mahkota serta bagaimana memanfaatkan karakteristik itu untuk tujuan-tujuan kemuliaan manusia.4. Bakti YogaGerakan Yoga yang memfokuskan diri untuk menuju hati. Diyakini bahwa jika seorang yogi berhasil menerapkan ajaran ini maka dia dapat melihat kelebihan orang-lain dan tata-cara untuk menghadapi sesuatu. Praktik ajaran bakti yoga ini juga membuat seorang yogi menjadi lebih welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya. Karena dalam yoga ini diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.5. Raja YogaGerakan Yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi. Ajaran yoga ini nantinya mengarah pada tata cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Ajaran raja yoga merupakan dasar dari yoga sutra. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 2016. Jnana Yoga;Gerakan Yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan pengetahuan. Gerakan ajaran jnana yoga ini cenderung untuk menggabungkan antara kepandaian dan kebijaksanaan, sehingga nantinya mendapatkan hidup yang dapat menerima semua filosofi danagama. 7. Karma Yoga;Gerakan Yoga yang mempercayai adanya reinkarnasi. Melalui karma yoga umat dibuat untuk menjadi tidak egois, karena yakin bahwa perilaku umat saat ini memungkinkan berpengaruh pada kehidupan yang mendatang. Ajaran karma yoga meliputi yoga perbuatan atau berkarya, kewajiban demi tugas itu sendiri tanpa menginginkan buah hasilnya, seperti misalnya penghargaan karena mendapat sukses atau terkabulkannya suatu tujuan dan tanpa merasa menyesal kiranya bila tidak berhasil atau mengalami kegagalan.Dalam ajaran agama Hindu selain diperkenalkan berbagai jenis gerakan yoga tersebut di atas, ada yang disebutkan jenis Tantra Yoga. Ajaran Tantra yoga ini sedikit berbeda dengan yoga pada umumnya, bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Ajaran tantra yoga ini terdiri atas kebenaran (kebenaran) dan hal-hal yang mistik (mantra). Ajaran tantra yoga bertujuan untuk dapat menghargai pelajaran dan pengalaman hidup umatnya.Sumber: Dok. https://www.facebook.com.Gambar 4.3 Jnana Yoga.Uji Kompetensi:1. Setelah membaca teks tersebut di atas, apakah yang anda ketahui tentang yoga? Jelaskanlah!2. Dengan memahami tentang yoga, apakah sebaiknya yang mesti dilakukan?3. Mengapa orang melakukan yoga?, bagaimana kalau orang yang bersangkutan tidak melakukannya? Jelaskanlah!4. Sejarah membuktikan bahwa ajaran yoga telah berlangsung ribuan tahun lamanya dalam kehidupan masyarakat Hindu. Buatlah peta konsep tentang keberadaan ajaran yoga dalam sastra Hindu!202 Kelas XII SMA/SMK B. Bagian-Bagian Ashtangga YogaPerenungan;Pratena dikṡām āpnoti dikṣāya āpnoti dakṣiṇām, dakṣinā ṡraddhām āpnoti ṡraddhāya satyam āpyate.Terjemahannya:’Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapat kemuliaan. Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran’ (Yajurveda XIX.30).Memahami Teks:Ashtangga yoga atau delapan tangga yoga yang di rumuskan oleh seorang yogi mumpuni bernama Patanjali di dalam kitabnya yoga sutra, merupakan warisan yang sangat berharga bagi para praktisi yoga masa kini. Dijelaskan bahwa dalam menjalankan yoga ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh yang disebut dengan Ashtangga Yoga. Yang dimaksud dengan Ashtangga Yoga adalah delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Ashtangga Yoga yaitu Yama (pengendalian diri unsur jasmani), Nyama (pengendalian diri unsur-unsur rohani), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan Sang Hyang Widhi Wasa), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merealisasikan diri). Berikut dapat dijelaskan bagian-bagian dari Ashtangga Yoga yang dimaksud antara lain:1. Yama bratha Yama bratha adalah pengendalian diri yang terdiri dari 5 (Lima) aspek, disebut dengan istilah Panca Yama Bratha. Panca Yama Bratha adalah lima pengendalian diri tingkat jasmani yang harus dilakukan tanpa kecuali. 5. Amatilah praktik ajaran yoga yang ada di sekitar lingkungan anda, buatlah laporan berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua anda di rumah.6. Sejak kapan praktik ajaran yoga berkembang di sekitar wilayah anda, bagaimana respon masyarakat sekitarnya? Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 203Gagal melakukan pantangan dasar ini maka seseorang tidak akan pernah bisa mencapai tingkatan berikutnya. Penjabaran kelima Yama Bratha ini diuraikan dengan jelas dalam Patanjali Yoga Sūtra II.35 – 39.a. Ahimsa atau tanpa kekerasan. Ahimsa mengajarkan anti kekerasan, seseorang hendaknya menghindari setiap bentuk tindak kekerasan, baik terhadap sesama manusia, binatang maupun lingkungan sekitar. Jangan melukai mahluk lain manapun dalam pikiran, perbuatan atau perkataan. (Patanjali Yoga Sūtra II.35)b. Satya adalah kebenaran yang sejati, mengikuti nurani dan menguatkan mental untuk selalu berkata, berpikir, dan berlaku secara benar. Satya adalah kejujuran/kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, atau pantangan akan kecurangan, penipuan dan kepalsuan. (Patanjali Yoga Sūtra II.36)c. Astya adalah tidak mencuri, tidak menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Astya adalah pantang menginginkan segala sesuatu yang bukan miliknya sendiri. Astya adalah pantang melakukan pencurian baik hanya dalam pikiran, perkataan apalagi dalam perbuatan. (Patanjali Yoga Sūtra II.37)d. Brahmacarya adalah menjaga kesucian, hidup secara seimbang dalam segala hal dan menjaga kemurnian tubuh, pikiran dan emosi. Brahmacarya adalah berpantang dengan kenikmatan seksual. (Patanjali Yoga Sūtra II.38)e. Aparigraha adalah nonposesif, menjauhkan diri dari membangga-banggakan diri dan harta, tetap hidup dengan sederhana dan tidak berlebihan. Aparigraha adalah pantang akan kemewahan; seorang praktisi Yoga (Yogi) harus hidup sederhana. (Patanjali Yoga Sūtra II.38).2. Nyama bratha Nyama bratha adalah disiplin diri, terdiri dari 5 aspek yang dinamakan Panca Nyama Bratha. Panca Niyama Bratha adalah lima pengendalian diri tingkat rohani dan sebagai penyokong dari pantangan dasar sebelumnya, sebagaimana diuraikan dalam Patanjali Yoga Sūtra II.40-45.a. Saucha adalah kemurnian. Saucha berarti meningkatkan kesucian tubuh dan pikiran atau kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran 204 Kelas XII SMA/SMK dari kontak fisik tersebut (Patanjali Yoga Sūtra II.40). Saucha juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk dapat membedakan:1). Saumanasya atau keriangan hati, 2). Ekagrata atau pemusatan pikiran, 3). Indriajaya atau pengawasan nafsu-nafsu, 4). Atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Sūtra II.41).b. Santosha atau kepuasan. Santosha adalah penuh kedamaian. Menjaga rasa damai dan rasa puas dalam diri. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Sūtra II.42).c. Tapa atau mengekang. Tapa adalah ketekunan dan usaha keras. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga Sūtra II.43).d. Svadhyaya adalah menuntut ilmu. Selalu haus akan ilmu dan memilki hasrat untuk terus memperdalam ilmu. Svadhyaya adalah tekun mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya (Patanjali Yoga Sūtra II.44).e. Isvarapranidhana adalah menghormati Tuhan dan ajaran agama yang ada. Isvarapranidhana berarti penyerahan dan pengabdian kepada Sang Hyang Widhi yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi (Patanjali Yoga Sūtra II.45).Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan keramah-tamahan.3. AsanaAsana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relax, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 205itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relaks antara lain : silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (bersimpuh, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas.Asana adalah sikap atau postur yoga, merupakan gerakan yang lembut dan sistematis. Asana bermanfaat untuk meningkatkan kelenturan serta kekuatan otot dan sendi tubuh, memijat susunan saraf pusat di punggung, melancarkan aliran darah, menyeimbangkan produksi hormon, serta membuang racun dari dalam tubuh. 4. PranayamaPranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) ke seluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sanskerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri dari : Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu: muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun.Pranayama adalah teknik pernapasan, meningkatkan asupan oksigen serta prana ke dalam tubuh, menggiatkan fungsi kerja sel tubuh, serta meningkatkan konsentrasi dan ketenangan pikiran.Sumber: Dok. https://en.Wikipedia.org.Gambar 4.4 Yoga - Pranayama.206 Kelas XII SMA/SMK 5. PratyaharaPratyahara adalah penguasaan panca indra oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indra melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indra adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indra menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indra. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyataan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut.“Swa Viyasa Asamprayoga, Cittayasa Svarupa Anukara, Iva Indrayanam Pratyaharah, tatah Parana Vasyata Indriyanam”. Terjemahannya:Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indra dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indra dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut: Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Sang Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus. Pratyhara adalah menguasai rasa, yaitu menarik perhatian dari semua rangsangan yang terdapat di luar dan dapat mengganggu konsentrasi, dan mengarahkannya ke dalam diri. Pratyahara bertujuan mendiamkan pikiran dan merupakan pelatihan yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran (mindfullness)6. DharanaDharana adalah konsentrasi, yakni tahap awal menuju Dhayana atau meditasi. Dharana merupakan kelanjutan Pratyahara karena pikiran menjadi lebih tajam. Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 207atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogi menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian batin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan pengikut yoga melaksanakan Dharana dengan baik akan dapat memudahkan yang bersangkutan mencapai Dhyana dan Samadhi.7. DhyanaDhyana berarti meditasi, adalah perjalanan untuk lebih jauh masuk dalam pikiran dan diri (the self) dan mulai meniadakan eksistensi tubuh. Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indra baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Sang Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan: “Tantra Pradyaya Ekatana Dhyanam” Terjemahannya; Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Sang Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajnawalkya sebagai berikut:”Pranayamair Dahed Dosan, Dharanbhisca Kilbisan, Pratyaharasca Sansargan, Dhyanena Asnan Gunan”: 208 Kelas XII SMA/SMK Terjemahannya: Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Sang Hyang Widhi.Meditasi adalah usaha pengalihan pikiran kepada kesadaran yang lebih tinggi dengan tujuan untuk memperluhur jiwa. Tentang meditasi, kitab svetasvantara Upanisad, menyatakan:Dhyana-nirmathanabhyasatDevedam pasyen nigudhavasatTerjemahannya:Dengan bermeditasi yang teguh seseorang bisa melihat Tuhan Yang Maha Esa, walaupun Ia tersembunyi, (Svetasvantara Upanisad. I.14).Saat melakukan meditasi dengan mata tertutup, kita mampu menyerap lebih dan lebih banyak intisari dari Tuhan yang kita cita-citakan dan menaikkan diri kita perlahan-lahan sampai saatnya tiba, dengan keagunganNya dan berkatNya kita hampir serupa dengan Dia (Tuhan). Cahaya di dalam hati adalah konsep yang paling abstrak yang dapat kamu terima. Tidak mempunyai bentuk, tidak mempunyai bahan-bahan, tidak mempunyai berat. Jadi itulah sebagai titik permulaan, setelah meditasi kita berlangsung khusyuk dan lebih khusyuk, akan mengungkapkan kepada kita dari dalam diri kita sendiri, dengan keagungan Tuhan dan dengan usaha kita, bahwa ini adalah kesatuan dari 2 hal, siapa itu Tuhan atau apa kekayaan Tuhan yang sebenarnya. Dan pasti ada saatnya, ketika suatu hari kita dapat berkata : “Saya mempunyai suatu persangkaan tentang apakah semua itu, bukan karena saya pernah melihatnya atau merabanya tetapi karena saya sudah merasakannya.Jadi Tuhan tidak dapat menjadi obyek dari pengetahuan, tidak dapat menjadi obyek dari penglihatan, tidak dapat diungkapkan dengan penglihatan. Tetapi ketika kita meditasi dan meditasi tersebut benar dan sukses seperti yang seharusnya, kita lambat laun mengambil apapun yang dapat kita ambil dari sumber ketuhanan, dengan lambat laun menyucikan diri kita sendiri, malahan belum sampai taraf apa-apa orang itu dapat berkata, “Saya adalah Tuhan”. Kamu mungkin seperti Tuhan dalam setiap hal, dalam setiap kualitas, dalam setiap apapun yang dapat kamu khayalkan. Namun Tuhan adalah Tuhan dan kamu tetap menjadi pengikut yang sederhana. Tetapi tidak ragu-ragu akan disucikan ke tingkat tertinggi yang memungkinkan.Next >