< Previous Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 2098. SamadhiSamadhi berarti tercapainya kesadaran tertinggi atau pencerahan. Dalam tahap dhyana (meditasi) terkadang masih terasa dualisme antara kesadaran tubuh. Samadhi merupakan titik kulminasi union atau peleburan antara atma (diri) dan Sang Brahman (Sang Pencipta). Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Ashtangga Yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu:a. Samprajnatta Samadhi atau Sabija Samadhi, adalah keadaan dimana yogi masih mempunyai kesadaran.b. Asamprajnata-samadhi atau Nirbija-samadhi, adalah keadaan dimana yogi sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Sang Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang yogi merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari “Catur Kalpana” (yaitu : tahu, diketahui, mengetahui, Pengetahuan), tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbang menuju Moksa, karena unsur-unsur Moksa sudah dirasakan oleh seorang yogi. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksa. ”Yada Pancavatisthante, Jnanani Manasa Saha, Buddhis Ca Na Vicestati, tam Ahuh Paramam Gatim” Terjemahannya; Bilamana Panca Indra dan pikiran berhenti dari kegiatannya dan buddhi sendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi (Katha Upanisad II.3.1). Renungkanlah bait sloka di atas!210 Kelas XII SMA/SMK Berikut ini adalah Sistematika Ashtangga Yoga dalam bentuk diagram:Demikian ashtangga yoga sudah dan semestinya dilaksanakan oleh umat sedharma dengan demikian Moksa dan jagadhita yang dicita-citakan dapat terwujud sebagaimana mestinya.NoAshtangga YogaJenis TahapannyaEtika Yoga1.Yama brathaAhimsaHantha YogaSatyaAsteyaBrahmacharyaAparigraha2.Niyama brathaSaucaSentosaTapaKriya YogaSvadhayayaIsvara- pranidhana3.Asana4.PranayamaPranaApanaSamanaUdanaVyana5.Pratyahara6.DharanaSamyana7.Dhyana8.SamadhiUji Kompetensi:1. Dalam ajaran Ashtangga Yoga tahapan-tahapan apa sajakah yang harus dilaksanakan oleh pesertanya?2. Coba praktekkan sikap tubuh (Dhyana) dalam Yoga! Apa yang anda ketahui dari aktivitas tersebut? Tuliskan atau paparkanlah!3. Bagaimana cara untuk mengendalikan diri baik itu dari unsur jasmani maupun rohani? Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 211C. Hambatan dan Tantangan dalam Penerapan Ashtangga YogaMenurut Asmarani, Devi. (2011) Yoga yang dipraktikkan sekarang sebenarnya sangat berbeda dengan yoga yang diparaktikkan beberapa ribu tahun yang lalu, meskipun tradisi meditasi yang diwariskan tetap bertahan. Kata “yoga” pertama kali beredar di kitab Weda sekitar tahun 1.500 SM di dalam Rg Veda, sebuah koleksi himne atau mantra yang merupakan teks suci tertua dari Weda. Yoga berasal dari kata “yuj” atau dalam bahasa Inggris to yoke (menyatukan). Yoga sebagai disiplin mental mulai lebih terlihat dalam buku Upanishad yang berisi risalah agama purbakala Hindu yang ditulis sejak tahun 800 SM. Dijelaskan yoga sebagai jalan untuk mencapai pencerahan, untuk terbebas dari penderitaan, terutama lewat disiplin karma yoga (yoga yang dilakukan lewat tindakan atau ritual ) dan jnana yoga (yoga yang dilakukan lewat menggali ilmu pengetahuan atau mempelajari kitab-kitab suci). Ketika seorang filsafat dan penulis enigmatis yang dikenal sebagai Pantanjali, menulis Yoga Sutra. Baru saat itulah yoga dijelaskan dan dipaparkan sebagai sebuah disiplin yang sistematis. Patanjali yang sekarang dikenal sebagai bapak disiplin yoga modern menuliskan 195 sutra (aphorisme atau petuah) pada sekitar abad ke – 2 SM. Kumpulan yang diberi nama Yoga Sutra ini adalah bahan tekstual pertama yang mengulas tentang seni kehidupan, dari mulai bagaimana bersikap dan menjaga kesucian diri, bagaimana perilaku dalam kehidupan sosial, sampai bagaimana mencapai pencerahan. Patanjali percaya bahwa penderitaan akibat dari keterikatan manusia terhadap pengalaman eksternal, ketika kita terlalu terfokus pada apa yang kita inginkan atau apa yang akan kita hasilkan, bukan apa yang sedang kita lakukan. Keterikatan akan pengalaman eksternal ini menjauhkan hubungan kita dari kesadaran penuh akan diri sendiri, kesadaran akan kehadiran semesta yang lebih tinggi dan mulia. Hambatan dan tantangan yang perlu diantisipasi dalam penerapan Ashtangga Yoga, antara lain:4. Bila seseorang melaksanakan yoga tanpa mengikuti tahapan-tahapannya, apakah yang akan terjadi? Buatlah narasinya 1–3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman –12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto; 4-3-3-4! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua anda di rumah.212 Kelas XII SMA/SMK 1. Vitarka yang berhubungan dengan Yama brathaYama bratha adalah pengendalian diri tingkat jasmani, yang dipandang sebagai tahap awal bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritualnya. Ada lima jenis pengendalian diri tahap awal yang wajib diikuti oleh seseorang untuk melaksanakan yoga yang disebut Panca Yama bratha. Untuk dapat melaksanakan yoga dengan baik yang bersangkutan wajib mengindari perilaku yang bertentangan dengan Panca Yama bratha. Perilaku seseorang yang berlawanan dengan yama disebut vitarka. Vitarka tahap awal terdiri dari lima jenis tindakan keliru, kesalahan-kesalahan yang harus dengan teliti dijauhkan dan dihilangkan oleh seseorang dalam melaksanakan yoga. Penghambat dan tantangan bagi seseorang yang berhubungan dengan ajaran yama bratha, antara lain:a. Himsa atau kekerasan dan tidak sabar sebagai lawan ahimsab. Asatya atau kepalsuan sebagai lawan dari satyac. Steya atau keserakahan sebagai lawan dari asteyad. Vyabhicara atau kenikmatan seksual sebagai lawan dari brahmacaryae. Parigraha adalah membangga-banggakan diri dan harta, hidup mewah dan berlebihan sebagai lawan dari Aparigraha.2. Vitarka yang berhubungan dengan Nyama brathaNyama bratha adalah pengendalian diri tingkat rohaniah, yang dipandang sebagai tahap selanjutnya (tahap ke dua setelah yama) bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritualnya. Ada lima jenis pengendalian diri tahap lanjutan yang wajib diikuti oleh seseorang untuk melaksanakan yoga disebut Panca Nyama bratha. Untuk dapat melaksanakan yoga dengan baik yang bersangkutan wajib menghindari perilaku yang bertentangan dengan Panca Nyama bratha.Vitarka tahap ke dua (tingkat rohaniah) terdiri dari lima jenis tindakan keliru, kesalahan-kesalahan yang harus dengan teliti dijauhkan dan dihilangkan oleh seseorang dalam melaksanakan yoga. Penghambat dan tantangan bagi seseorang yang berhubungan dengan ajaran nyama bratha, antara lain:a. Asauca atau kekotoran sebagai lawan dari saucab. Asantosa atau ketidakpuasan sebagai lawan dari santosac. Vilasa atau kemewahan sebagai lawan tapad. Pramada atau kealpaan sebagai lawan svadhyaya Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 213e. Prakrti-pranidhana atau keterikatan pada prakrti sebagai lawan dari isvarapranidhanaDengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dapat terlindungi dari kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti memperlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus bersifat serta bersikap ramah tamah dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.3. Sikap duduk (Asana)Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Kitab Yogasutra tidak mengharuskan seseorang dalam berlatih yoga dengan sikap duduk tertentu, namun menyerahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan berlatih dengan sikap duduk yang paling disenangi dan rileks. Duduk yang baik adalah duduk yang dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Duduk yang baik adalah sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistiem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Duduk yang baik adalah sikap duduk yang rileks, antara lain: silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (bersimpuh) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas. Duduk yang baik adalah sikap duduk yang sopan dan santun, serta tidak mengganggu konsentrasi peserta yoga yang sedang berlatih. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sikap duduk yang tidak sopan dan santun menjadi penghambat dan tantangan bagi seseorang yang sedang berlatih yoga, karena akan dapat mengganggu konsentrasi yang bersangkutan. Berikut ini dapat disajikan macam-macam gerakan asana (sikap duduk yang baik) dan manfaatnya menurut Gheranda Samhita.NoNama sikap dudukSikap dudukManfaat1SiddhasanaDengan ke dua kaki lurus ke depanUntuk mendapatkan keberhasilan2PadmasanaSeperti bunga TerataiMenghilangkan segala macam penyakit3BhajrasanaDengan diatas Tumit yang terbalikMenghilangkan segala macam penyakit214 Kelas XII SMA/SMK 4MuktasanaDengan kaki yang kiri dibawah kemudian kaki kanan taruh diatasUntuk keberhasilan5VajrasanaDiatas kedua telapak kakiUntuk pencernaan6SvastikasanaDengan kaki dilipat dibawah dan yang lainnya di atasUntuk keberhasilan7SinghasanaSeperti sikap SingaUntuk menghilangkan penyakit8GomukhasanaSeperti wajah SapiMengatasi penyakit Jantung9VirasanaSeperti seorang pemberaniMenumbuhkan sikap pemberani10DhanurasanaTubuh seperti BusurMelenturkan tulang belakang11MritasanaBadan seperti MayatUntuk tensi darah rendah12GuptasanaKedua kaki sembunyi dibawah pahaUntuk melenturkan kedua kaki13MatsyasanaSeperti IkanUntuk menghilangkan penyakit14PascimottanasanaDengan kedua kaki lurusUntuk penyakit pencernaan15MatsyendrasanaSikap Ikan terbalikUntuk penyakit pencernaan16GoraksasanaDiatas kedua kakiUntuk keberhasilan17UtkatasanaDiatas tumit kakiUntuk kesehatan seluruh tubuh18SankatasanaDengan melipat kedua kakiMelenturkan kedua kaki19MayurasanaSeperti sikap MerakMenguatkan pencernaan20KukutasanaSeperti sikap AyamUntuk kedua tangan dan penyakit Wasir Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 2154. Pengaturan napas (Pranayama)Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sanskerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri dari: Puraka; memasukkan nafas, Kumbhaka; menahan nafas, dan Recaka; mengeluarkan nafas. Puraka, Kumbhaka dan Recaka dilaksanakan secara 21KurmasanaSeperti sikap Kura-kuraUntuk memanjangkan Nafas22Uttan KurmasanaSeperti sikap Kura-kura IIUntuk nafas, kesehatan dan penyakit Perut23Uttan MandukasanaSeperti sikap KodokUntuk kekuatan badan24VriksasanaSeperti sikap PohonUntuk kesetabilan dua25MandukasanaSeperti sikap Kodok IIUntuk Pernafasan26GarudasanaSeperti sikap GarudaUntuk Prostat27VrisasanaSeperti sikap Sapi JantanUntuk Hernia28SalabhasanaSeperti sikap KalajengkingSegala Jenis Penyakit Perut29MakarasanaSeperti sikap BuayaUntuk menghilangkan stress dan sangat bagus untuk leher30UstrasanaSeperti sikap UntaUntuk leher yang kaku31BhujangasanaSeperti sikap UlarMengeluarkan racun dari badan32YogasanaSeperti sikap duduk nyaman dan stabilUntuk memberikan rasa nyaman dan stabil pada saat meditasi216 Kelas XII SMA/SMK pelan-pelan dan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu: Muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, Svadishthana yang terletak diatas kemaluan, Manipura yang terletak di pusar, Anahata yang terletak di jantung, Vishuddha yang terletak di leher, Ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan Sahasrara yang terletak diubun-ubun.Fungsi pernapasan sangat pital dalam berlatih yoga, tanpa pranayama yang baik tidak ada sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang. Oleh karenanya setiap orang wajib hukumnya untuk menjaga pernafasan selalu dalam keadaan sehat. Nafas adalah hidup semua mahkluk. Pernafasan yang tidak sehimbang dapat menghambat, megganggu dan sekaligus adalah tantangan bagi seseorag yang berlatih yoga.5. Prathyahara, Dharana, Dhyana dan SemadhiPrathyahara adalah penguasaan panca indra oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indra melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indra terdiri dari: pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indra menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indra. Untuk jelasnya ada baiknya mengutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut: Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Terjemahannya:Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indra dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indra dengan bentuk citta (budi) yang murni. Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus. Tidak terpusatnya konsentrasi pikiran adalah sebagai penghambat dan sekaligus tantangan bagi setiap orang yang berlatih yoga. Dengan demikian setiap orang hendaknya melatih pikiran agar menjadi sehimbang. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 217Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaisme disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogi menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian batin, matahari untuk kekuatan fisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi. Sebaliknya keterikatan pikiran akan obyek yang dipergunakan untuk mencapai dharana merupakan hambatan bagi pengikut yoga untuk mencapai dhyana dan samadi.Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indra baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah mengalirkan pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana. Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan: “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya: Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Hubungan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan.218 Kelas XII SMA/SMK Terjemahannya:Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dengan Hyang Widhi.Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga-yoga. Samadhi merupakan pintu gerbang menuju Moksha, karena unsur-unsur Moksa sudah dirasakan oleh seorang yogi. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksa. Dalam kondisi semedi Panca Indra dan pikiran seseorang berhenti dari kegiatan dan buddhinya sendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi. Untuk dapat melaksanakan semedi secara terus menerus, seseorang harus dapat mewujudkan kesucian pikiran dan buddhinya.Uji Kompetensi:1. Setelah membaca teks di atas, bagaimana tanggapan anda dengan adanya berbagai macam tantangan dan hambatan yang ada dalam mendalami dan mempraktikkan ajaran Yoga? Narasikanlah!2. Apakah yang terbaik dapat dilakukan oleh seseorang agar terlepas dari hambatan dan tantangan untuk melaksanakan yoga? Jelaskanlah!3. Bagaimana cara seseorang mengendalikan diri sehingga terbebas hambatan yang berhubungan dengan unsur jasmani maupun rohani? Jelaskanlah!4. Bila seseorang menemukan hambatan dalam melaksanakan yoga, apakah yang akan terjadi? Buatlah narasinya 1–3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman –12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto; 4-3-3-4! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua anda di rumah.Next >