< PreviousBahasa Indonesia 233233Kisah Hidup Chairul Tanjung Si Anak SingkongSumber: www.allchussna.wordpress.com Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.Saat usia SMP, Bapaknya (Abdul Gafar Tanjung) yang saat itu telah mempunyai percetakan, koran dan transportasi gulung tikar, dinyatakan pailit oleh Pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan Pemerintah yang berkuasa saat itu (Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun. Mungkin demi gengsi, di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri. Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.234 Kelas XII Bahasa Indonesia43Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, ibunya baru berucap, ”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.Setamat kuliah, Chairul berekan dengan orang lain dalam membangun sebuah pabrik sepatu. Setelah 3 bulan awal dimulainya pabrik tersebut dilalui dengan terlunta-lunta dengan tanpa pesanan. Disaat pabrik terancam bangkrut, datanglah pesanan sendal dari luar negeri sejumlah 12.000 pasang dengan estimasi 6.000 pasang dikirim awal. Dan berubahlah pabrik tersebut dari pabrik sepatu menjadi pabrik sendal. Saat melihat hasil kerja pabrik tersebut, pihak pemesan merasa tertarik dan langsung melakukan pesanan kembali bahkan mencapai angka 240.000 pasang padahal yang awalnya 12.000 pasang tadi masih 6.000 pasang yang dikirim. Mulailah pabrik tersebut berkembang. Setelah beberapa lama akhirnya Chairul memutuskan berhenti berekan dan mulai membangun bisnis dengan modal pribadi dan menjelma menjadi pengusaha yang mandiri.Pada tahun 1994, Chairul resmi meminang gadis pujaannya yaitu Anita yang juga merupakan adik kelasnya sewaktu kuliah. Dan pada tahun 1996, Chairul memperoleh berkah yang berlimpah karena pada tahun tersebut lahirlah anak pertama dan bersamaan dengan diputuskannya Chairul sebagai pemilik dari Bank Mega.Chairul Tanjung dikenal sebagai pengusaha yang agresif. Ekspansi usahanya merambah segala bidang, mulai perbankan dengan bendera Bank Mega Group, pertelivisian Trans TV dan Trans 7, hotel dengan bendera Th e Trans, di bidang supermarket, CT (panggilan akrab Chairul Tanjung) mengakuisisi Carrefour, pesawat terbang, hingga bisnis hiburan TRANS STUDIO, dan bisnis lainnya.Riwayat kehidupan CT kecil bisa dikatakan terlahir dari keluarga cukup berada kala itu. Dia mempunyai enam saudara kandung. A.G. Tanjung, ayahnya, adalah mantan wartawan pada era Orde Lama dan pernah menerbitkan surat kabar dengan oplah kecil. Namun, ketika terjadi pergantian era pemerintahan, usaha ayahnya itu tutup karena ayahnya mempunyai pemikiran yang berseberangan dengan penguasa politik saat itu. Keadaan tersebut memaksa kedua orang tuanya menjual rumah dan harus rela menjalani hidup seadanya. Mereka pun kemudian menyewa sebuah losmen dengan kamar-kamar yang sempit.Bahasa Indonesia 235233Kondisi ekonomi keluarganya yang sulit membuat orang tuanya tidak sanggup membayar uang kuliah Chairul yang waktu itu hanya sebesar Rp75.000,00. ”Tahun 1981 saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI). Uang masuk ini dan itu total Rp75.000,00. Tanpa saya ketahui, secara diam-diam ibu menggadaikan kain halusnya ke pegadaian untuk membayar uang kuliah,” katanya lirih.Melihat pengorbanan sang ibu, ia lalu berjanji tidak ingin terus-menerus menjadi beban orang tua. Sejak saat itu, ia tidak akan meminta uang lagi kepada orang tuanya. Ia bertekad akan mencari akal bagaimana caranya bisa membiayai hidup dan kuliah. CT pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1962 pada awalnya memulai bisnis kecil-kecilan. Dia bekerja sama dengan pemilik mesin fotokopi, dan meletakkannya di tempat strategis yaitu di bawah tangga kampus. Mulai dari berjualan buku kuliah stensilan, kaos, sepatu, dan aneka barang lain di kampus dan kepada teman-temannya. Dari modal usaha itu, ia berhasil membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah Senen Raya, Jakarta. Sayang, karena sifat sosialnya – yang sering memberi fasilitas kepada rekan kuliah, serta sering menraktir teman – usaha itu bangkrut.Memang terbilang terjal jalan yang harus ditempuh Chairul Tanjung sebelum menjadi orang sukses seperti sekarang ini. Kepiawaiannya membangun jaringan bisnis telah memuluskan perjalanan bisnisnya. Salah satu kunci sukses dia adalah tidak tanggung-tanggung dalam melangkah.Menurut penuturan Chairul, gedung tua Fakultas Kedokteran UI dulu belum menggunakan lift . Dari lantai satu hingga lantai empat masih menggunakan tangga. Lewat ruang kosong di bawah tangga ini, Chairul muda melihat peluang yang bisa dimanfaatkannya untuk menghasilkan uang. ”Nah, kebetulan ada ruang kosong di bawah tangga. Saya lalu berpikir untuk bisa memanfaatkannya sebagai tempat fotokopi. Akan tetapi, masalahnya, saya tidak mempunyai mesin fotokopi. Uang untuk membeli mesin fotokopi pun tidak ada,” tuturnya.Dia pun lantas mencari akal dengan mengundang penyandang dana untuk menyediakan mesin fotokopi dan membayar sewa tempat. Waktu itu ia hanya mendapat upah dari usaha foto kopi sebesar Rp2,5,00 per lembar. ”Sedikit, ya. Tapi, karena itu daerah kampus, dalam hal ini mahasiswa banyak yang fotokopi, maka jadilah keuntungan saya lumayan besar,” katanya sambil melempar senyum.236 Kelas XII Bahasa Indonesia63Tidak hanya sampai di situ, ia pun terus berusaha mengasah kemampuan-nya dalam berbisnis. Usaha lain, seperti usaha stiker, pembuatan kaos, buku kuliah stensilan, hingga penjualan buku bekas dicobanya. Usai menyelesaikan kuliah, Chairul memberanikan diri menyewa kios di daerah Senen, Jakarta Pusat, dengan harga sewa Rp1 juta per tahun.Kios kecil itu dimanfaatkannya untuk membuka CV yang bergerak di bidang penjualan alat-alat kedokteran gigi. Sayang, usaha tersebut tidak berlangsung lama karena kios tempat usahanya lebih sering dijadikan tempat berkumpul teman-temannya sesama aktivis. ”Yang nongkrong lebih banyak ketimbang yang beli,” kata mahasiswa teladan tingkat nasional 1984-1985 ini.Selang berapa tahun, ia mencoba bangkit dan melangkah lagi dengan menggandeng dua temannya mendirikan PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu. Ia mendapatkan kredit ringan dari Bank Exim sebesar Rp150 juta. Kepiawaiannya membangun jaringan bisnis membuat sepatu produksinya mendapat pesanan sebanyak 160.000 pasang dari pengusaha Italia.Bisnisnya terus berkembang. Ia mulai mencoba merambah ke industri genting, sandal, dan properti. Namun, di tengah usahanya yang sedang merambat naik, tiba-tiba dia terbentur perbedaan visi dengan kedua rekannya. Ia pun memutuskan memilih mundur dan menjalankan sendiri usahanya.Memang tidak jaminan, seseorang yang berkarier sesuai dengan latar belakang pendidikannya akan sukses. Kenyataannya tidak sedikit yang berhasil justru setelah mereka keluar dari jalur. ”Modal dalam usaha memang penting, tetapi mendapatkan mitra kerja yang andal adalah segalanya. Membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas dalam menjalankan bisnis,” ujar Chairul Tanjung yang lebih memilih menjadi seorang pengusaha ketimbang seorang dokter gigi biasa. Dan pilihannya untuk menjadi pengusaha menempatkan CT sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai 450 juta dolar AS. Sebuah prestasi yang mungkin tak pernah dibayangkannya saat memulai usaha kecil-kecilan, demi mendapat biaya kuliah, ketika masih kuliah di UI dulu.Hal itulah yang barangkali membuat Chairul Tanjung selalu tampil apa adanya, tanpa kesan ingin memamerkan kesuksesannya. Selain itu, rupanya ia pun tak lupa pada masa lalunya. Karenanya, ia pun kini getol menjalankan berbagai kegiatan sosial. Mulai dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. ”Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya.Bahasa Indonesia 237233Kini Grup Para mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan pada tiga bisnis inti. Pertama jasa keuangan seperti Bank Mega, Asuransi Umum Mega, Aanya yaitu bisnis televisi, TransTV. Pada bisnis pertelevisian ini, ia juga dikenal berhasil mengakuisisi televisi yang nyaris bangkrut TV7, dan kini berhasil mengubahnya jadi Trans7 yang juga cukup sukses.Langkah ekspansi selanjutnya adalah mendirikan perusahaan patungan dengan mantan wapres Jusuf Kalla membentuk taman wisata terbesar TRANS STUDIO di Makassar, untuk menyaingi keberadaan Universal Studio yang ada di Singapura. Taman hiburan dalam ruangan terbesar di Indonesia inipun sekarang telah merambah kota Bandung, dan sebentar lagi kota-kota besar di Indonesia lainnya.Chairul merupakan salah satu dari tujuh orang kaya dunia asal Indonesia. Dia juga satu-satunya pengusaha pribumi yang masuk jajaran orang tajir sedunia. Enam wakil Indonesia lainnya adalah Michael Hartono, Budi Hartono, Martua Sitorus, Peter Sondakh, Sukanto Tanoto, dan Low Tuck Kwong.Berkat kesuksesannya itu majalah Warta Ekonomi menganugerahi pria berdarah Minang/Padang sebagai salah seorang tokoh bisnis paling berpengaruh di tahun 2005 dan dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia tahun 2010 versi majalah Forbes dengan total kekayaan $1 Miliar.Sumber: www.horidesign.wordpress.comMenulis Refl eksi tentang Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Buku DramaBacalah naskah drama Putu wijaya yang berjudul ”Dag Dig Dug”. Bentuklah kelompok bersama teman-temanmu. Kemudian refl eksikan nilai-nilai yang terkandung dalam naskah drama tersebut secara singkat dan jelas. Setelah itu, presentasikan di depan kelas. Selamat mengerjakan!DAG DIG DUGKarya Putu WijayaWaktu Lewat.Dalam percakapan dengan Tamu.Tamu tersebut dua orang lelaki. Keempatnya duduk di sekeliling meja.Kegiatan2238 Kelas XII Bahasa Indonesia83Mereka minum dan makan kue berbungkus daun yang agak merepotkan untuk memakannya. Tapi semuanya mencoba makan kue yang enak tersebut sambil tetap berusaha dalam keadaan suasana bersedih.Mereka juga disuguh makan malam yang harum dan enak.TAMU I : Kami gembira dapat datang ke mari mengabarkan.SUAMI : O, kami juga gembira penguburannya sudah dengan sebaik-baiknya.TAMU II : Hari itu Minggu, Chairul adalah orang yang sangat kami butuhkan. SUAMI : Ya, ya!TAMU I : Kami baru beberapa bulan bekerja sama, tapi rasanya sudah lama sekali, karena ada kecocokan. SUAMI : Ya, ya. TAMU II : Tidak ada orang yang benci kepadanya karena ia polos.SUAMI : Memang.TAMU II : Ia selalu menutupi kehidupan pribadinya. Bahkan sampai pondoknya tidak kami ketahui. Setelah semalam suntuk mencari, baru ketemu.TAMU I : Anehnya lagi, beberapa hari setelah dia meninggal, seorang perempuan yang tinggal di rumah sebelahnya mati menggantung diri.TAMU II : Saya kira baiknya dijelaskan kepada Bapak ini bagaimana keadaannya pada saat terakhir, soal perempuan itu. TAMU I : Ya, tapi kau ingat, maaf …SUAMI : Silakan!(kedua tamu berbicara satu sama lain, agak rahasia, suami berbicara dengan istrinya agak keras)SUAMI : Betul, kan?ISTRI : Yah apa boleh buat, sudah takdir.SUAMI : Pantas pikiran tak enak terus, ingat pagi-pagi waktu hendak ke alun-alun, dua kali ban sepeda pecah.Bahasa Indonesia 239233ISTRI : Hmm ya!SUAMI : Tapi.TAMU II : Maaf, begini, pak.SUAMI : Ya, ya?TAMU II : Chairul Umam, tidak jelas keluarganya dan asalnya. Satu-satunya alamat yang kami dapatkan dalam kamarnya adalah alamat Bapak. Surat Bapak, maaf kami baca demikian akrab sehingga kami memutuskan untuk menghubungi Bapak. Sekian lama telah lalu, kami ingin segera urusan ini selesai.SUAMI : O, ya sudah kebiasaan saya menganggap semua orang anak.ISTRI : Maklum ada anak sendiri. Bapak kadang-kadang lupa mereka hanya mondok di sini.TAMU : Berapa lama Chairul mondok di sini, Bu?SUAMI : Lama tidaknya bukan soal saudara. Saya semua orang muda, baik mempunyai semangat, saya akui anak saya.TAMU II : O ya!SUAMI : Ya.ISTRI : Kami tidak seperti indekosan lain. Kami tidak untuk mencari uang, iseng saja, ingin nolong yang ingin sekolah.SUAMI : Ya. Dan kebanyakan dari mereka yang sudah mondok di sini, berhasil.ISTRI : Tentu ada juga, misalnya karena kesulitan keuangan dari keluarga.TAMU I : Chairul tentunya termasuk yang belakangan ini.SUAMI : Hm!TAMU I : Menurut dugaan kami dia seorang pemberontak dalam keluarganya sehingga tidak disukai. Lalu ia memutuskan hubungannya sama sekali.SUAMI : Ya. TAMU II : Apakah ia sudah giat sejak di sini dulu? Saya kira pandangan hidup dan aktivitasnya sudah dimulainya sejak lama sekali.SUAMI : O ya.240 Kelas XII Bahasa Indonesia404TAMU : Dalam lingkungan kami ia termasuk paling aneh, tapi ia orang yang dalam dan berbakat besar. SUAMI : Memang.ISTRI : Dimakan lagi kuenya.TAMU : Terima kasih, Bu, sudah penuh. ISTRI : Ibu senang bikin kue, anak-anak semuanya doyan kue. Sekarang semua sedang pulang kampungnya masing-masing. Bulan depan pasti ramai lagi.TAMU : O, ya?ISTRI : Barangkali bulan depan ada yang lulus dokter.TAMU : O, ya?ISTRI : Yang sekolah insinyur mungkin akan ke luar negeri.TAMU : O, ya?SUAMI : Lalu yang menabrak bagaimana?TAMU II : O, itu begini, Pak. Kere-kere itu sudah mencatat nomor motor yang menabrak. Sekarang sedang dalam pengusutan. Kami akan urus itu!SUAMI : Apa ini dianggap kecelakaan?TAMU I : Dalam dua hal tidak. Pertama, mereka ngebut. Kedua, mereka lari setelah nabrak. Ini sudah perkara kriminal.SUAMI : Saya harap dihukum.TAMU : O, ya! Pasti!TAMU : Kami semua merasa kehilangan.SUAMI : O,ya, memang. TAMU : Bakatnya besar sekali. Semua orang kagum karena dia tetap diam-diam dan rendah hati.SUAMI : Ya, saya maklum.TAMU II : Kami sedang merencanakan memberi sesuatu yang khusus buatnya, karena ia kelihatannya serius.SUAMI : Ya. Saya kira itu tepat untuk dia.TAMU I : Kami akan mencoba.Bahasa Indonesia 241244SUAMI : O, itu baik sekali.TAMU II : Banyak pikiran-pikirannya yang cemerlang.SUAMI : O, ya?TAMU : Apakah kawan-kawannya ada di sini?SUAMI : Begini saudara. Kami sudah menganggapnya anak sendiri. Dia memang cerdas dan berbakat. Bapak sampai heran dalam umurnya yang sekian dahulu waktu masih di sini, ia sudah terlalu serius. Kadang-kadang bapak khawatir melihat anak-anak yang terlalu serius kurang menghiraukan dia sendiri.TAMU I : Memang ia tidak begitu mengacuhkan.SUAMI : Ya, itulah keistimewaannya. Tapi kalau diajak berpikir misalnya, soal, soal-soal segala sesuatu, pikirannya tajam sekali.TAMU I : Caranya mengupas, gemilang saya kira dia mempunyai harapan besar di kemudian hari.SUAMI : Memang. Tapi walaupun, sebagai seorang manusia dalam pergaulan, walaupun tak menghiraukan kepentingan diri sendiri, sangat memperhatikan kawan-kawannya. Suka menolong dan selalu rendah hati. TAMU II : Ya. Tak ada orang di kantor kami yang benci kepadanya. SUAMI : Memang. Budinya luhur, tidak memilih kawan, tidak pernah merugikan orang lain, malah selalu berusaha mengekang diri sendiri kalau merasa akan merugikan orang lain. Sungguh sedih kehilangan ini. Bagi Bapak semua anak-anak adalah anak bapak. Bapak sering ingat justru ia lain. Ia selalu memperhatikan, selalu berusaha mengajak bercakap-cakap menanyakan pendapat. Tampangnya begitu, tapi pikirannya maju, tetapi bapak tidak takut menghadapi pendapat-pendapatnya itu, berbeda kalau Bapak menghadapi anak-anak muda lain. Banyak pikiran yang tidak terlalu maju atau luar-biasa, tapi cara menyampaikan terlalu menyerang, jadi takut. Dia tidak. Dia mengerti bagaimana semuanya dengan mudah dan sederhana, sehingga saya tidak takut atau, atau iri. Atau merasa diremehkan. Pendeknya, sopan dalam segala sepak terjangnya, Yah. Kehilangan. Ini bukan 242 Kelas XII Bahasa Indonesia424pertama kalinya. Dan mereka kebanyakan yang baik-baik semua. Bapak tidak ada anak justru merasa betul kehilangan. Di sini selalu dan mendorong anak-anak, segala sepak terjangnya, kemudian selalu kami ikuti, bangga kalau mereka dapat berbuat baik walaupun tak mendapat apa-apa. Sedih kalau macet, jatuh, disingkirkan, dibenci, difi tnah, bahkan masuk penjara dan mati. Bagaimana mereka semua mulai bersungguh-sungguh, mereka semuanya, baik-baik. tetapi tentu saja ada yang bertindak keliru, salah ambil langkah atau malang seperti ini. Kami ikut sedih. Tak rela, mereka masih muda itu dikeroyok tanggung jawab tidak semestinya atau belum waktunya mereka terima! (menahan tangisnya). Saya tahu, banyak orang tua-tua, banyak, saya menyesal terhadap tindakan mereka, meskipun saya adalah saya, yang telah memaksa, bersedih, lalu menjadi musuh yang tidak pada tempatnya. Dan saya tidak dapat berbuat apa-apa mereka yang tidak kuat menahan semua ini, lalu jatuh atau mengalami kecelakaan dalam pembuangannya. (berhenti dan menyembunyikan tangisnya). Maaf, maaf. Saya selalu tak bisa menahan kalua sedang bicara … (semua diam). (tamu-tamu tersebut makan kue, suami berhasil mengekang tangisnya)SUAMI : Tak apa-apa.TAMU : Kami juga minta maaf, tidak bisa lama.SUAMI : Lho buru-buru.TAMU : Kami sudah puas bertemu Bapak.TAMU : Kami repot sekali. Banyak tugas. Besok pagi kami harus kembali ke Jakarta.ISTRI : Lho buru-buru. Nginap di sini.TAMU : Terima kasih bu. Kami repot, maklum wartawan.TAMU : Lain kali kami akan datang lagi.SUAMI : Wah, kok buru-buru.TAMU : Kami ingin sekali, tapi tugas memanggil.ISTRI : Sayang.TAMU : Apa boleh buat.Next >