< PreviousPrakarya dan Kewirausahaan 27310. Karton Double Corrugated Cartoon 11. Sedotan Plastik food grade 12.Lakban Plastik Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi yoghurt 500 cup perhari dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha. Jumlah Tenaga Kerja Produksi Pemasaran dan Administrasi Pria Wanita Pria Wanita 1 2 2 1 6. Aspek Keuangan Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 cup yoghurt, masing-masing berisi 120 ml yoghurt. Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap (variabel) untuk yoghurt disajikan berikut ini, hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausahaan jenis produk lainnya. a. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi yoghurt, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel 5. 274 Kelas XII SMA/SMK/MA/MAK Tabel 5. Investasi alat dan mesin yoghurt No.Jenis Alat Jumlah @(dalam ribu Rp) ∑ (dalam ribu Rp) 1. Cup sealer manual 1 1.200 1.200 2. Lemari Pendingin 1 3.000 3.000 3. Cool Box 5 350 1.750 4. Mixer 1 500 500 5. Panci Stainless Steel 4 300 1.200 6. Kompor 2 600 1.200 7. Literan 5 20 100 8.Timbangan 1 200 200 9. pH Meter 1 400 400 10. Refraktometer 1 1.500 1.500 11. Alat lainnya 1 pkt 1.000 1.000 Jumlah (Rp) 12.050 Biaya Penyusutan/bulan = total investasi/ umur alat =(5.040/60 bulan) 200,833 b. Biaya Tidak tetap (Variabel) Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi, jadi sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi yoghurt, kebutuhan bahan baku pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Tidak Tetap Yoghurt No.Bahan baku Jumlah @ (ribu Rp) per Kg/lt Harga (ribu Rp) 1. Susu cair 30 liter 4,5 150 2. Gula pasir 3 kg 11 33 3. Susu bubuk 2 kg 30 60 4. Yoghurt plain 300 ml 100 30 5. fl avour 50 ml 200 50 6. Air 30 liter - - 7.Penstabil 100 gram 80 8 Prakarya dan Kewirausahaan 2758. Cup 525 0,15 78,75 9. Tutup Cup 525 0,03 15,75 10. Karton 22 2 44 11. Sedotan 525 0,01 5,25 12. Lakban 2 12 24 Jumlah per satu kali produksi (Rp) 498,75 Jumlah per bulan (Rp) 9.975 c. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produksi yoghurt biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya Tetap Yoghurt Items Jumlah (dalam ribu Rp) Tenaga kerja tetap (6 orang x Rp 750.000) 4.500 Listrik/air 2.000 Gas 1.200 Penyusutan alat 200,83 Biaya lainnya 100 Total biaya per bulan 8.000,83 Total biaya per hari 400,04 d. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi yoghurt, total biaya yang dibutuhkan adalah : Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp 498.750 + Rp 400.040 = Rp 898.790 276 Kelas XII SMA/SMK/MA/MAK e. Harga Pokok Produksi (HPP) Harga Pokok Produksi (HPP) adalah harga pokok dari suatu produk, dimana jika dijual dengan harga tersebut, maka produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual, dimana harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk yoghurt ini HPP nya adalah : Total Biaya / Jumlah produksi. Rp 898.790,- / 500 = Rp. 1.797,58,- f. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah, karena saluran distribusi (agen, toko, counter, dll) tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk yoghurt dalam kemasan cup ini, melihat HPP nya yaitu Rp 1.797,58 dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp 3.000,- sampai Rp 4.000,-, maka ditetapkan harga jual dari pabrik adalah Rp 2.500,- (pada Tabel 8), dengan harapan di tingkat konsumen harganya adalah Rp 3.000,- sampai Rp 3.500,-. Tabel 8. Harga jual yoghurt No.Satuan Harga satuan (dalam ribu Rp) 1. Cup 120 ml 2,5 2. Karton isi 24 cup 60 g. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi yoghurt ini, jumlah penerimaan kotor pada Tabel 9. Tabel 9. Penerimaan kotor yoghurt Jenis Kemasan Jumlah (cup) Satuan (dalam ribu Rp) Total (dalam ribu Rp) Cup 120 ml 500 2,5 1.250 Total (Rp) 1.250 Prakarya dan Kewirausahaan 277h. Pendapatan Bersih (Laba) Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi yoghurt ini, jumlah penerimaan bersih adalah : Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor–Total biaya = Rp 2.500.000 – Rp 898.790 = Rp 1.601.210 Jadi, perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok yoghurt, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp 1.601.210,- (satu juta enam ratus ribu seribu dua ratus sepuluh rupiah). D. Penentuan Media Promosi Makanan Fungsional Kegiatan promosi produk makanan fungsional terutama bertujuan untuk memperkenalkan fungsi dan keunggulan dari produk tersebut. Pengenalan produk dapat dilakukan dengan melakukan presentasi produk kepada pasar sasaran. Produk makanan fungsional dipromosikan sesuai dengan target pasarnya, baik yang bertujuan pada perorangan maupun industri makanan fungsional. Faktor sanitasi hygiene merupakan hal yang sangat penting bagi produk makanan fungsional, maka promosi dapat dilakukan dengan Tugas 4Proposal Usaha• Buatlah kelompok kecil, satu kelompok sekitar 3-5 orang.• Buatlah proposal bisnis lengkap dengan perhitungan harga pokok dan harga jual, untuk Usaha Produk Makanan Fungsional Khas Daerah yang kamu pilih.• Susun proposal dengan baik, buat desain sampul muka proposal yang informatif dan menarik.• Presentasikan proposal kelompok kalian di depan kelas, dan mintalah kelompok lain untuk memberikan komentar, masukan dan kritik yang sifatnya untuk perbaikan proposal tersebut.278 Kelas XII SMA/SMK/MA/MAK menginformasikan proses produksi yang baik melalui gambar maupun paparan. Produk makanan fungsional yang mempunyai target pasar untuk para ibu dapat dipresentasikan dalam kegiatan-kegiatan yang dihadiri para ibu. Selain presentasi, produk juga dapat dipromosikan melalui pameran, poster, brosur, media sosial, iklan media cetak atau elektronik, dan lainnya (selengkapnya pada Tabel 9). Tabel 9. Media promosi produk makanan fungsional MediaTujuanIklanMedia CetakMemberi informasi utama dan daya tarik melalui teks, gambar diam, gambar bergerak dan suaraRadioTVBrosurMemberi informasi detail melalui teks dan gambarPosterKegiatanPameranMemperlihatkan contoh produkPresentasiMenjelaskan lebih detail tentang produkTugas 5Perancangan Pameran dan Demo Produk • Rencanakan pameran dan demonstrasi produk makanan fungsional yang kalian buat. • Rancang sebuah stand pameran untuk produk makanan fungsional yang akan dibuat. Stand akan terdiri dari: -Tempat meletakkan produk atau display -Poster yang berisi informasi tentang produk -Dekorasi lain sesuai tema produk -dan lain-lain (sesuai kreatifi tas kelompok) Buatlah semenarik dan seinformatif mungkin.• Rancang sebuah presentasi dan demonstrasi produk yang menarik. Presentasi dapat berupa demonstrasi tunggal atau drama singkat. • Buatlah penghitungan biaya untuk seluruh kegiatan promosi yang akan direncanakan.Prakarya dan Kewirausahaan 279E. Pemasaran Produk Sistem Konsinyasi untuk Makanan Fungsional Khas Daerah Startegi pemasaran yang akan dijalankan dalam usaha produk makanan fungsional nantinya adalah dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting diantaranya adalah : a. Area Pemasaran b. Segmen Pemasaran c. Metode Pemasaran Metode pemasaran yang bisa dijalankan dalam rangka mengenalkan produk makanan fungsional pada konsumennya adalah : • Melakukan kerja sama dengan toko-toko kecil dan mini market. • Pemasangan banner yang menarik di depan toko. • Pasang iklan di media radio dan media internet. • Menjaga standar mutu produk serta menjaga kepercayaan dan pelayanan yang ramah pada konsumen. • Memberikan kartu pelanggan bagi yang sering membeli memberikan harga khusus. • Menyebarkan brosur dan stiker usaha. Pemasaran produk UMKM memang penuh tantangan. Semua pemasar sangat berharap jika produknya bisa dijual tunai, yaitu langsung dibayarkan. Tetapi tentu sangat sulit, karena saluran distribusi (agen, warung, toko, dll) belum meyakini produknya akan laku. Sehingga untuk produk UMKM sistem pemasaran yang disarankan adalah sistem konsinyasi. Sistem konsinyasi adalah sistem kerja sama pemasaran, dimana pemilik barang (produsen) menitipkan produknya pada pemilik warung/toko/outlet (pemasar), dengan tidak langsung dibayar, tetapi akan dibayar pada periode waktu tertentu sesuai dengan produk yang laku terjual. Sistem konsinyasi ini tidak rumit, produsen hanya perlu mencari warung/toko/outlet yang bersedia menerima produknya, dengan membuat kesepakatan kerja sama dengan maksud menitipkan barang dagangan kita di warung atau toko tersebut, jika sudah sepakat, kita hanya perlu memasok barang dagangannya, menunggu beberapa hari, dan kembali untuk mengambil bayaran dan mengganti barang dagangan yang sudah lama, periode penitipan ini disepakati kedua belah pihak, biasanya rata-rata seminggu. Sistem bisnis ini adalah sistem bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak, bagi produsen yang menitipkan barang dagangannya, maka dia hanya perlu menitipkannya saja dan pihak warung/toko/outlet yang akan memasarkan produknya, sedangkan bagi pemilik warung/toko/outlet, mereka untung 280 Kelas XII SMA/SMK/MA/MAK karena bisa menjual barang dagangan tanpa modal dan mendapatkan hasil keuntungan dari hasil penjualannya tersebut, kalaupun barang rusak atau tidak laku, tidak menjadi tanggung jawab pemiliki warung/toko/outlet. Walaupun sistem ini terlihat mudah dan menguntungkan, tetapi tetap harus berhati-hati saat menjalankannya, jangan lupa membuat catatan barang yang dititipkan, karena banyak pemilik warung/toko/outlet yang kadang lupa atau nakal dalam menghitung barang dagangan titipan, jadi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terlebih dahulu. Selain itu, terkadang juga ada pemiliki toko yang pelit, menunda-nunda pembayaran barang titipan, padahal barang tersebut sudah laku terjual. Jika kita menemukan pemilik toko seperti ini, alangkah baiknya segera kita tinggalkan kerja samanya karena akan merugikan kita. Pemilihan warung/toko/outlet juga sebaiknya lihat kondisi fi siknya, jika tidak permanen sebaiknya tidak dititipkan, khawatir warung/toko/outlet tersebut menghilang atau kabur. Pengaturan target pasar juga harus dibuat, bisa dengan membagi per- daerah dan per hari, misalnya kalau melakukan penitipan barang dagangan setiap satu minggu sekali, dilakukan pemilihan tujuh wilayah untuk tujuh hari dalam seminggu. Begitupun dalam penentuan jumlah warung/toko/wilayah, ditetapkan berdasarkan kapasitas produksi dan target penjualan setiap warung/toko/outlet. Misalnya, dalam satu hari kita ingin mengunjungi 10 toko, maka paling tidak kita memiliki 70 toko langganan agar usaha kita berjalan terus setiap hari. Sistem ini hanya sedikit berat pada tahap awal saja, karena jika sistem sudah terbentuk, maka hanya tinggal membina saja. Penambahan jangkauan dilakukan lagi jika ada peningkatan kapasitas produksi. Tugas 6Distribusi Produk• Buatlah kuesioner yang berisi minimal lima pertanyaan, terkait distribusi produk.• Berikan kuesioner tersebut minimal tiga pelaku usaha mikro atau kecil.• Buatlah analisis menurut pemikiran kamu terhadap hasil kuesioner tersebut.• Apakah sistem konsinyasi banyak digunakan atau tidak untuk produk makanan fungsional khas daerah.• Buat analisis tersebut dalam bentuk laporan, menggunakan kertas A4, huruf times new roman, ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.Prakarya dan Kewirausahaan 281Daftar PustakaArdiansyah. 2006. Bekatul untuk Menurunkan Hipertensi dan Hiperlipidemia. Artikel Iptek. Assauri. 1990. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers. Azima, Fauzan., Hasbullah, dan Is Yulaini. 1999. Penentuan Batas Kadaluwarsa Dadih Susu Kedelai. Jurnal Andalas No. 29 Tahun XI 1999 (135, 136). Budijanto, S. 2010. Stabilisasi Bekatul dengan Teknologi No dye Extrusion. Laporan hasil Penelitian KKP3T. Kementrian pertanian-LPPM IPB. Budijanto, S. dan Muaris, H. 2012. 40 Resep Kreatif Olahan Beras Analog. Jakarta: Penerbit Gramedia. Burhanuddi, R. 1999. Kajian Tentang Daya Saing Pedagang Eceran Kecil. Jakarta : Badan Litbang Koperasi dan PKM RI. Champagne ET, Hron RJ, Abraham G. 1992. Utilizing Ethanol to Produce Stabilized Brown Rice Product. JAOCS. 69 (3) : 205 -208. Damardjati DS, Santosa BA, Munarso J. 1990. Laporan Akhir. Studi Kelayakan dan Rekomendasi Teknologi Pabrik Pengolahan Bekatul. Subang: Balai penelitian tanaman pangan Sukamandi. Hardiman, Intarina. 2014. Sehat Alami dengan Herbal. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB & Gagas Ulung.Haryadi, P. (ed). 2000. Dasar-dasar Teori dan Praktek Proses Termal. Bogor Pusat Studi Pangan dan Gizi, IPB. Kasmudjo. 2014. Produk Ekstraktif Tumbuhan : Potensi dan Prospek. Yogyakarta: Cakrawala Media.Mulyadi Nitisusastro, Dr., H. 2010 Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Alvabeta,CV.Pasaribu, H Ali Musa. 2011. Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis. Yogyakarta: Andi.282 Kelas XII SMA/SMK/MA/MAK Prasetyo Hadi dan Widodo Sapto, 2009, Programable Logic Control (PLC). Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri.Setyaningrum, Hesti Dwi dan Cahyo Saparinto. 2013. Jahe. Jakarta: Penebar Swadaya. Silab, 2002. Nutriskin Hydrolyzed Rice Protein Analysis Data. Unpublished data submitted to CTFA, June 20 p. 11. Soedirman, Suma’mur. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja. Jakarta: Penerbit Erlangga.Sunarlim, Roswita. 2009. Potensi Lactobacillus, spAsal dari Dadih Sebagai Starter Pada Pembuatan Susu Fermentasi Khas Indonesia. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian, Vol. 5 2009 (72). Tambunan, T. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta : Penerbit LP3ES. Widyani, R. dan Suciaty, T. 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. Cirebon: Penerbit Swagati Press. Wijaya, C.H. dan Mulyono, N. 2013. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. Bogor: IPB Press. Yuyun dan Gunarsa, D. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman. Bogor: Agro Media Pustaka. http://www.artikelkebidanan.com/otonomi-bidan-dalam-pelayanannkebidanan-250.html (diunduh tanggal 27 Desember 2015)http://keuanganlsm.com/jasa-yang-diberikan-oleh-profesi-auditor-lndependen/ (diunduh tanggal 27 Desember 2015)Next >