< PreviousSeni Budaya 2596. Memperbaiki rancangan sesuai dengan evaluasi guru pembimbing dan teman-temannya.C. Proses PembelajaranSetelah menjelaskan alur pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai, maka langkah selanjutnya adalah membimbing peserta didik untuk bisa menguasai materi pembelajaran. Guru dapat membimbing peserta didik untuk melakukan aktifi tas pembelajaran I. Pada proses pembelajaran ini, guru dapat mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifi k, yaitu;1. Peserta didik dapat melakukan pengamatan tentang penulisan lakon melalui membaca buku atau literatur penulisan lakon. Pada kegiatan ini, guru dapat memberi motivasi sehingga timbul rasa keingintahuan tentang penulisan lakon.2. Peserta didik setelah melakukan pengamatan, dapat bereksplorasi dengan melakukan penulisan lakon, baik seperti hasil pengamatan maupun dapat mengikuti langkah-langkah yang ada dalam buku siswa.3. Peserta didik dapat mengomunikasi penulisan lakonnya dengan cara mempresentasikan hasil tulisannya.1. Carilah informasi tentang cerita dan bagaimana cara menulis cerita.2. Diskusikan dengan teman-temanmu tentang struktur dan unsur-unsur lakon.3. Cobalah menyusun cerita sesuai dengan struktur lakon.4. Komunikasikan cerita yang kamu tuliskan kepada guru pembimbing dan teman-temanmu.D. Materi dan Aktivitas Pembelajaran260 Kelas IX SMP/MTs Buku GuruNaskah lakon atau cerita atau biasa disebut skenario adalah instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan sutradara dan para pemeran. Naskah lakon bisa berdiri sendiri sebagai bacaan berupa buku cerita atau karya sastra. Naskah lakon merupakan penuangan dari ide cerita ke dalam alur cerita dan susunan lakon. Seorang penulis lakon dalam proses berkarya biasanya bertolak dari tema cerita. Tema disusun jadi sebuah cerita yang terdiri atas peristiwa-peristiwa yang memiliki alur yang jelas, dengan ukuran dan panjang yang diperhitungkan menurut kebutuhan sebuah pertunjukan. Meskipun sebuah naskah lakon bisa ditulis sekehendak penulis lakon atau cerita, tetapi harus memperhitungkan atau berpegang pada asas kesatuan (unity).Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema (dasar pemikiran atau gagasan, ide penulis untuk disampaikan kepada penonton), plot (kejadian atau peristiwa yang saling mengait), setting (latar tempat, waktu, dan suasana cerita), dan tokoh (peran yang terlibat dalam kejadian-kejadian dalam lakon). Akan tetapi, naskah lakon yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai struktur lain yang spesifi k. Struktur ini pertama kali dirumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi lebih bersifat fungsionalistik. Struktur lakon yang lebih sederhana terdiri atas pemaparan, konfl ik, dan penyelesaian.Gagasan cerita atau ide cerita merupakan dasar atau inti cerita yang hendak dituliskan oleh seorang penulis cerita. Banyak yang menyebutkan bahwa ide atau gagasan itu sebagai tema. Ide cerita bisa darimana saja dan kapanpun bisa muncul dalam pikiran penulis cerita. Ide cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari kemana-mana, ide cerita banyak tersebar di lingkungan, asal kita bisa menangkap dan mengolahnya. Metode atau cara yang dilakukan untuk mendapatkan ide atau gagasan cerita adalah dengan mengamati semua hal yang ada di sekitar kita. Proses pengamatan ini akan memunculkan kesadaran dalam diri dan pikiran kita. TemaLakonSeni Budaya 261Tema bisa juga disebut muatan intelektual dalam sebuah permainan, ini mungkin bisa diuraikan sebagai keseluruhan pernyataan dalam sebuah permainan: topik, ide utama, atau pesan, mungkin juga sebuah keadaan (Robert Cohen, 1983. hlm.54). Adhy Asmara (1979, hlm. 65) menyebut tema sebagai premis, yaitu rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah tujuan cerita. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tema adalah ide dasar, gagasan, atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita.Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui perumitan (penggawatan atau komplikasi) ke arah klimaks dan selesai. Rikrik El Saptaria (2006. hlm.47) mengemukakan plot atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Plot disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk mengungkapkan buah pikirannya yang secara khas. Pengungkapan ini lewat jalinan peristiwa yang baik, sehingga menciptakan dan mampu menggerakkan alur cerita itu sendiri.Ada sebagian orang menyebut plot sebagai kerangka cerita, karena terdiri atas peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dalam cerita. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita akan membuat suatu rangkaian peristiwa dan menjalankan gerak cerita sampai akhir cerita. Peristiwa-peristiwa itu terjadi karena sebab akibat. Peristiwa yang satu adalah akibat atau sebab dari pertistiwa yang lain. Kerangka cerita yang paling sederhana hanya terdiri atas pemaparan, konfl ik, dan penyelesaian atau awal, tengah, dan akhir. Pemaparan atau awal, biasanya hanya berisi penjelasan atau perkenalan peran-peran yang ada dalam cerita tersebut, lokasi atau tempat kejadian peristiwa cerita, waktu peristiwa itu berlangsung. Bagian awal atau pemaparan ini terkadang sudah memunculkan masalah yang dihadapi oleh peran-peran yang ada, dan bagaimana mencari cara menyelesaikan masalah tersebut. Bagian tengah atau konfl ik berisi kejadian-kejadian yang saling terkait dan menjadi masalah pokok yang disampaikan pada penonton. Masalah-masalah ini membutuhkan penyelesaian atau jawaban untuk menyelesaikannya. Peristiwa-peristiwa pada bagian tengah ini seharusnya dibuat semenarik mungkin sehingga membentuk jalinan peristiwa yang indah. Pada bagian ini juga terjadi rintangan-rintangan Plot262 Kelas IX SMP/MTs Buku Guruyang harus dihadapi dan diselesaikan oleh peran protagonis serta perlawanan yang dilakukan oleh peran antagonis. Keinginan-keinginan peran protagonis dihalang-halangi bahkan digagalkan oleh peran antagonis. Saling menyerang dan menghalangi antar peran inilah yang menarik pada bagian tengah atau konfl ik ini.Bagian akhir cerita berisi penyelesaian cerita, di mana semua pertanyaan-pertanyaan dan masalah menemukan jawaban dan penyelesaian. Pertanyaan-pertanyaan penonton terhadap jalannya cerita juga terjawab dan penonton diharapkan mendapat pelajaran dan pencerahan dari cerita yang disajikan tersebut. Pada bagian akhir, tidak perlu disimpulkan atau diinformasikan penyelesaian cerita tersebut kepada penonton. Biarkan saja penonton mendapatkan jawabannya sendiri dan merenungkan apa yang sudah dilihat dan didengar.Menuliskan latar cerita adalah menuliskan gambaran situasi tempat kejadian, gambaran tempat kejadian dan waktu terjadinya peristiwa yang hendak ditulis menjadi latar cerita. Situasi, tempat, dan waktu yang menjadi latar cerita itu bisa hasil dari imajinasi, tetapi bisa juga hasil observasi dan eksplorasi dalam kehidupan keseharian. Observasi bisa dilakuan dengan mengamati sebuah lingkungan keseharian yang bisa mendukung hasil rancangan. Hasil pengamatan itu kemudian ditulis secara detail sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dibaui. Proses observasi ini sekaligus mengeksplorasi tempatnya. Tempat itu bisa tempat sepi, ramai, bising, situasi yang sibuk, mencekam, kotor dan bau. Semua hasil observasi dan eksplorasi dicatat dan dapat menjadi bahan latar cerita yang sedang dituliskan.Penggambaran latar cerita ini akan berbeda-beda setiap orang, karena sudut pandang yang digunakan juga berbeda. Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh kepekaan atau sensitifi tas jiwa penulis. Misalnya, ketika mengamati sebuah taman sudut kota, orang bisa menuliskan segala yang dilihatnya, apa yang didengar, dan apa yang dibaui. Akan tetapi, bagi sebagian orang lain, mungkin bisa juga menuliskan apa yang dirasakan, dan itu akan mempengaruhi hasil pengamatannya. Untuk mempersiapkan latar cerita, maka tuliskan dan deskripsikan sebanyak mungkin hasil pengamatan dan eksplorasi dari beberapa tempat. Jangan hanya menuliskan suasana dan tempat itu dalam satu kata, karena akan memunculkan tafsir yang berbeda. Latar Cerita SettingSeni Budaya 263Peran adalah makhluk hidup yang memiliki hidup dan kehidupan dalam dunia lakon hasil dari imajinasi seorang penulis. Peran itu harus hidup, dalam arti memiliki dimensi kehidupan atau memiliki karakter. Karakter itu bisa jahat, baik, bodoh, jenius, kaya, miskin, dan lain-lain. Tugas seorang penulis lakon adalah mendeskripsi secara ringkas peran-peran tersebut. Oleh karena peran itu hidup, maka perlu dijelaskan identitas dari peran tersebut, misalnya nama, umur, jenis kelamin, bentuk fi siknya, jabatannya, dan sisi kejiwaannya. Hal ini penting sebagai gambaran awal bagi seorang calon pemeran ketika hendak memainkan peran tersebut.Untuk mencari gambaran peran yang hendak ditulis, seorang penulis lakon bisa melakukan observasi, baik dari kehidupan keseharian atau yang ada di lingkungan sekitarnya, maupun dari kenangan yang pernah dialaminya. Lakukan observasi dan tulis secara detail peran tersebut. Susun semua peran tersebut dalam satu susunan peran yang akan mengisi kehidupan dunia lakon. Detail yang harus dideskripsikan ialah ada dan bagaimana tokoh mengenakan pakaian, bersamaan dengan itu juga bagaimana profi l kepribadian tokoh dengan mengacu kepada sejarah singkat kehidupannya.Langkah selanjutnya adalah meletakan peran yang telah ditulis dan dideskripsikan tersebut ke dalam latar cerita yang telah dibuat. Peran dituliskan secara sederhana dengan kegiatan yang spesifi k, misalnya seorang bapak sebagai guru yang dibenci siswanya. Penjelasan yang lebih detail bisa dimasukkan dalam dialog yang akan diucapkan oleh peran-peran yang ada dalam lakon tersebut. Buatlah peran tersebut menjadi hidup, dengan membuatnya bicara atau beraksi. Membuat peran bicara bisa dilakukan dengan mempertemukan dua peran atau lebih dalam suatu suasana dan masalah yang telah dirancang. Buatlah konfl ik antar peran dan konfl ik itu dapat sangat sederhana, dapat juga konfl ik yang rumit. Konfl ik sederhana dapat terjadi karena adanya kesalahpahaman yang berakhir dengan kerumitan dan penyelesaian. Peran bisa hidup karena penulis menciptakan rintangan-rintangan terhadap keinginan peran tersebut. Dengan adanya rintangan, peran tersebut akan menciptakan dan mencari taktik yang dirasakan kongkret atau bisa dilakukan, juga akan menciptakan dialog yang wajar. Tokoh Cerita264 Kelas IX SMP/MTs Buku Guru1. Latihan Menulis Struktur Ceritaa. Menentukan Tema1). Baca cerita yang ada, kemudian tentukan temanya.2). Diskusikan tema tersebut dengan teman-temanmu.3). Coba temanmu membaca cerita yang berbeda dan tentukan tema dari masing-masing cerita tersebut.4). Pilihlah salah satu tema dari berbagai macam tema yang telah kamu tentukan dengan kelompok tersebut.5). Beri alasan mengapa kamu dan teman-teman diskusimu memilih tema tersebut.b. Menentukan Plot atau Kerangka1). Buatlah plot cerita atau peristiwa dalam sebuah cerita sesuai dengan waktu, tempat, dan tokoh-tokohnya (misalnya; plot 1. sekelompok siswa pada sela waktu jam pelajaran sekolah berunding hendak bertamasya ke gunung. Plot 2. Sekelompok siswa sedang dalam perjalanan tamasya ke gunung dan sedang istirahat, karena kelelahan. Plot 3. Sekelompok siswa diganggu oleh sekelompok monyet yang nakal, sehingga siswa-siswa tersebut marah tapi ketakutan. Salah satu siswa mempunyai ide, bagaimana caranya mengerjai monyet-monyet yang nakal tersebut. Plot 4. Monyet-monyet yang telah dikerjai itu datang pada raja monyet dan melaporkan bahwa mereka telah diganggu oleh manusia. Monyet-monyet ini membuat laporan palsu pada raja monyet. Plot 5. Semua siswa merasa senang karena telah bisa mengerjai monyet-monyet tersebut, tetapi hari sudah sangat sore sehingga harus membuat tenda untuk menginap. Plot 6. Sekelompok siswa yang sedang berkumpul dan bercerita, kemudian didatangi raja monyet yang telah dikerjai tadi. Raja monyet tersebut tidak terima karena anak buahnya dikerjai, maka berdebatlah sekelompok siswa tersebut dengan raja monyet, sampai raja monyet tersebut tahu bahwa anak buahnya yang nakal. Plot 7. Sekelompok siswa pulang lagi dengan membawa pengalaman tamasya yang berharga bagaimana manusia seharusnya hidup berdampingan dan saling menghormati, meski dengan hewan).2). Buatlah plot-plot cerita yang banyak sesuai dengan tema cerita yang telah ditentukan.Seni Budaya 2653). Tuliskan plot-plot cerita tersebut, kemudian diskusikan dengan teman-temanmu untuk mendapatkan masukan.4). Tulis kembali plot-plot cerita yang telah mendapat masukan tersebut untuk dijadikan cerita yang akan dipentaskan.c. Menentukan Latar atau Setting1. Tentukan setting atau latar cerita yang telah kamu buat (misalnya; ruang kelas, siang hari, hutan siang hari, hutan sore hari, atau hutan malam hari)2. Sebutkan secara detail setting atau latar cerita tersebut (misalnya; ruang kelas dengan bangku panjang seperti ruang kelas tahun 1980 dengan dinding putih dan banyak gambar pahlawannya).3. Tuliskan setting atau latar cerita sebanyak mungkin sesuai dengan cerita yang kamu tuliskan.d. Menentukan Tokoh-Tokoh1. Tentukan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut dan beri nama tokoh-tokoh tersebut. Jangan beri nama tokoh-tokoh yang ada dalam ceritamu dengan nama sesuai ciri fi sik tokoh (misalnya; si pincang, si bisu, si bodoh, atau si buta)2. Deskripsikan tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan ciri-ciri fi sik, kedudukan dalam masyarakat dan bagaimana ciri psikologisnya (misalnya; Rahma, seorang pelajar kelas 9, anak tukang sampah, periang dan pandai, suka meneliti, kakinya mengalami cacat sejak bayi, dan lain-lain).3. Tokoh-tokoh dalam cerita tidak harus manusia, tetapi bisa juga hewan atau tumbuhan.4. Tokoh-tokoh yang bukan manusia, tetapi berperilaku seperti manusia sangat dibolehkan dalam cerita.2. Latihan Menulis Ceritaa. PemaparanPemaparan berisi tentang keterangan-keterangan tokoh, masalah, tempat, waktu atau pengantar situasi awal lakon. Pada bagian pemaparan ini juga mulai ditampilkan bagian-bagian yang mengarah pada terwujudnya tema. Bagian-bagian itu dibungkus sedemikian rupa sehingga tidak nampak dengan jelas, tetapi penonton atau pembaca sudah dapat memperkirakan arah dan keseluruhan kejadian dalam lakon. 266 Kelas IX SMP/MTs Buku GuruDalam penyusunan pemaparan sebaiknya sudah mengandung konfl ik atau yang mengarah pada konfl ik yang terjadi, tetapi masih dalam keseimbangan lakon.b. PenggawatanPada bagian penggawatan ini, dituliskan masalah dalam pemaparan sudah mulai terganggu oleh adanya bibit-bibit masalah dan kepentingan. Bibit masalah ini akibat dari pemikiran-pemikiran peran atau aksi peran terhadap keinginannya. Untuk pertama kalinya, peran antagonis bertemu dengan peran protagonis membangun konfl ik, akibat dari pertentangan antarperan tersebut. Konfl ik ini dibangun dan dijalin dalam peristiwa yang semakin gawat sampai mencapai klimaks. Jadi, bagian penggawatan inilah sebenarnya tubuh atau bagian yang paling penting dari lakon, karena kalau bagian penggawatan ini lemah, maka lakon secara keseluruhan akan terasa lemah.c. KlimaksSelama ini ada pemikiran yang sedikit keliru, bahwa klimaks adalah puncak dari ketegangan lakon. Padahal klimaks adalah titik paling ujung dari perselisihan atau konfl ik antara peran protagonis dan peran antagonis. Ketika pada titik ini, konfl ik sudah tidak dapat lagi dibuat lebih rumit dan konfl ik itu harus diakhiri. Dengan berakhirnya konfl ik, maka akan ada pihak yang dikalahkan atau dihancurkan, dan pihak mana yang harus dikalahkan, tergantung dari konsep dan visi seorang penulis lakon. d. PeleraianBagian peleraian ini berisi tentang alternatif-alternatif jawaban dari permasalahan sampai terjadinya konfl ik antara peran antagonis dan peran protagonis. Bentuk alternatif jawaban ini tidak boleh diwujudkan secara nyata atau terbaca dengan mudah. Kalau alternatif jawaban ini dibuat secara nyata dan tiba-tiba, maka akan melemahkan klimaks yang telah dibuat. Bagian peleraian ini juga tidak boleh dibuat bertele-tele atau kesannya dipanjang-panjangkan, karena akan membuat penonton menjadi jemu. Peleraian juga tidak boleh dibuat tergesa-gesa, karena akan membuat klimaks yang telah dibuat tidak berarti. Peleraian ini seharusnya disusun dengan cermat dan tidak mengurangi ketercekaman yang terjadi pada klimaks, tetapi lama kelamaan semakin menurun.Seni Budaya 267e. PenyelesaianPenyelesaian ini berisi tentang jawaban-jawaban yang menjadi permasalahan antara peran protagonis dan antagonis. Fungsi dari peleraian adalah untuk mengembalikan keadaan seperti awal cerita lakon, karena segala persoalan sudah terjawab. Penyelesaian juga merupakan bagian akhir dari cerita lakon.Guru dapat melakukan interaksi dengan orang tua. Interaksi dapat dilakukan melalui komunikasi melalui telepon, kunjungan ke rumah, atau media sosial lainnya.Guru juga dapat melakukan interaksi melalui lembar kerja peserta didik yang harus ditandatangani oleh orang tua murid baik untuk aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Melalui interaksi ini orang tua dapat mengetahui perkembangan, baik mental, sosial, dan intelektual putra putrinya.E. Interaksi dengan Orang Tua NoPERNYATAANYATIDAK1.Saya berusaha belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh untuk dapat menguasai penulisan lakon teater.2.Saya mengikuti pembelajaran dan pelatihan dengan penuh perhatian, sehingga dapat menguasai penulisan lakon teater.3.Saya melakukan latihan dengan tepat waktu sesuai dengan materi pelatihan.4.Saya berperan aktif dalam kelompok pelatihan penulisan lakon teater.5.Saya dapat bekerja sama dalam kelompok pelatihan penulisan lakon teater.6.Saya menciptakan suasana menyenangkan dalam pelatihan penulisan lakon teater.7.Saya menghargai teman-teman dalam melaksana-kan latihan penulisan lakon teater.Nama Orang tuaNama Siswa268 Kelas IX SMP/MTs Buku GuruGuru dapat mengembangkan evaluasi pembelajaran sesuai dengan topik dan pokok bahasan. Evaluasi pembelajaran yang dikembangkan dapat berupa tes dan nontes. Tes dapat berupa uraian, isian, atau pilihan ganda. Nontes dapat berupa lembar kerja, kuesioner, proyek, dan sejenisnya. Guru juga harus mengembangkan rubrik penilaian sesuai dengan materi yang diajarkan.Contoh Evaluasi dan Pembelajaran• Apa yang kamu ketahui tentang lakon cerita?• Bagaimana tahapan atau langkah-langkah menuliskan lakon cerita?• Buatlah kerangka cerita dari cerita yang kamu pilih.• Tuliskan sebuah lakon pendek dengan mengacu pada tema, plot, setting, dan penokohan yang telah kamu tentukan.Guru dapat mengembangkan indikator penilaian untuk setiap aspek yang diujikan. Indikator ini merupakan skoring terhadap apa yang ingin dinilai dan dicapai oleh peserta didik. Berdasarkan uji kompetensi yang dikembangkan pada Bab XV guru dapat membuat rubrik seperti tertera berikut ini.A. Sikap 1. ProaktifPengetahuanKeterampilanF. Evaluasi dan Penilaian PembelajaranG. Rubrik GuruNo.Indikator Penilaian Tanggung Jawab1.Berinisiatif dalam bertindakSkor 1 jika terpenuhi satu indika tor2.Mampu menggunakan kesempatanSkor 2 jika terpenuhi dua indika torNext >