< PreviousPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti119prasangka buruk terhadap orang dari latar belakang suku atau agama tertentu. Bahkan masih ada orang tua yang tidak mau mengawinkan anaknya dengan orang yang berasal dari daerah tertentu dan budaya tertentu karena prasangka yang ada.Menyikapi berbagai kenyataan tersebut, para pemimpin bangsa dari ber-bagai kalangan baik pemerintah, tokoh adat, akademisi maupun tokoh agama berupaya untuk membangun pluralisme dan multikulturalisme. Upaya tersebut terwujud dalam berbagai kegiatan nyata yang dilakukan di tengah masyarakat. Upaya tersebut penting namun harus dilakukan secara menyeluruh, antara lain keadilan dan kepastian hukum. Seringkali terjadi konfl ik di kalangan masyarakat yang seolah-olah dipicu oleh perbedaan suku dan agama padahal akar sesung-guhnya adalah ketidakadilan sosial ataupun ketidak merataan kesempatan (akses) dan pendapatan hidup. Hal itu dapat menimbulkan kecemburuan dari pihak yang merasa termarginalkan jika kebetulan dua belah pihak berbeda latar belakang suku dan agama maka ketika terjadi konfl ik, isu mengenai ketidakadilan menjadi tenggelam. Akibatnya yang tampak adalah konfl ik karena perbedaan suku dan agama. Oleh karena itu, memperjuangkan terwujudnya pluralisme dan multikul-turalisme hendaknya tidak terpisahkan dari prinsip keadilan dan pemerataan so-sial dan tindakan hukum bagi semua orang tanpa kecuali.Berbagai kasus yang terjadi menunjukkan bahwa penegakan hukum bagi mereka yang bersalah dalam kasus-kasus menyangkut pertentangan dan konfl ik yang bernuansa suku dan agama belum dilakukan secara benar.E. Apa Kata Alkitab Mengenai Multikulturalisme?Alkitab tidak berbicara secara khusus mengenai multikulturalisme namun dalam kaitannya dengan kasih, kebaikan, kesetaraan dan keselamatan itu diberikan bagi semua manusia tanpa kecuali. Dalam Kitab Perjanjian Baru Galatia 3:28 tertulis semua manusia yang berasal dari berbagai suku, bangsa dan kelas sosial dipersatukan dalam Kristus. Artinya kasih Kristus diberikan bagi semua orang tanpa memandang asal-usul mereka. Kolose 3:11 lebih mempertegas lagi bahwa Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Menjadi manusia baru dalam Kristus berarti manusia yang tidak lagi melihat sesamanya dari perbedaan latar belakang suku, bangsa, budaya, kelas sosial (kaya-miskin), pandangan hidup, kebiasaan dan lain-lain. Menjadi manusia baru artinya orang beriman yang telah menerima keselamatan dalam Yesus Kristus wajib menerima, menghargai, dan mengasihi sesamanya tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada.Ketika membaca Kitab Perjanjian Lama terutama lima kitab pertama ada kesan seolah-olah Allah membentuk Israel sebagai bangsa yang eksklusif dan Buku Guru Kelas XII SMA/SMK120menjauhkannya dari bangsa-bangsa lain. Hal ini melahirkan pemikiran seolah-olah Allah “mengabaikan” bangsa lain, seolah-olah Allah menolak mereka. Akan tetapi, dalam tulisan Kitab Perjanjian Lama, ketika Israel masuk ke tanah Kanaan ada seorang perempuan beserta keluarga besarnya diselamatkan karena ia telah menolong para pengintai. Nampaknya yang menjadi fokus utama dalam Kitab Perjanjian Lama adalah bagaimana Allah mempersiapkan Israel sebagai bangsa yang akan mewujudkan “ibadah dan ketaatannya” pada Allah. Jadi, yang ditolak dari bangsa-bangsa lain adalah ibadah mereka yang tidak ditujukan pada Allah. Jika orang-orang Israel bergaul dengan bangsa-bangsa itu dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memfi lter atau menyaring berbagai pengaruh dari budaya dan ibadah mereka, maka akibatnya bangsa itu akan melupakan Allah dan tidak lagi beribadah kepada-Nya. Dalam kaitannya dengan multikultur di Indonesia, kita dapat mengangkat pertanyaan sebagai berikut: Apakah mewujudkan multikulturalisme berarti kita kehilangan identitas suku, bangsa dan agama kita? Tentu tidak, dan inilah yang ditolak oleh Allah dalam Perjanjian Lama, yaitu ketika persentuhan atau pertemuan umat-Nya dengan bangsa-bangsa lain menyebabkan mereka kehilangan identitasnya sebagai umat Allah. Multikulturalisme dibangun di atas dasar solidaritas, persamaan hak, keadilan dan HAM dimana perbedaan diterima dan diakui serta tidak menghalangi kerja sama dalam menanggulangi berbagai permasalahan kemanusiaan.Yesus sendiri mengemukakan sebuah cerita mengenai orang Samaria yang murah hati untuk menjelaskan pada para pendengarnya mengenai siapakah sesama manusia dan bagaimana kita harus mengasihi. Cerita mengenai orang Samaria yang murah hati mewakili pandangan Yesus mengenai kasih pada sesama. Bahwa semua orang tanpa kecuali terpanggil untuk mewujudkan solidaritas dan kasih bagi sesama tanpa memandang perbedaan latar belakang. Solidaritas dan kasih itu tidak meniadakan perbedaan namun menerima perbedaan itu sebagai anugerah dan dalam perbedaan itulah manusia diberi kesempatan untuk mewujudkan kasih dan solidaritasnya bagi sesama. Di zaman Perjanjian Lama, ketika bangsa Israel akan memasuki tanah Kanaan, ada seorang perempuan Kanaan beserta keluarganya yang diselamatkan karena perempuan itu membantu para pengintai ketika mereka sedang dikejar oleh tentara Kanaan. F. Menerapkan Kesadaran dan Praktik Hidup MultikulturTuhan menciptakan manusia dalam kepelbagaian supaya dapat saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lain. Dalam diri manusia juga dianugerahi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti121kebaikan dan kemampuan untuk beradaptasi dalam kaitannya dengan alam dan lingkungan hidup terutama dengan sesamanya. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk mulia yang memiliki harkat dan martabat. Di era modern sekarang ini, masyarakat dunia memiliki kesadaran multikultur yang jauh lebih baik, bahkan pemenuhan hak setiap orang untuk diterima dan dihargai. Hak untuk memperoleh keadilan, demokrasi, dan HAM telah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh negara terhadap warganya maupun oleh sesama warga negara termasuk warga gereja. Meskipun demikian, masih banyak terjadi pelanggaran terhadap pemenuhan hak pribadi maupun kelompok masyarakat minoritas. Ambil contoh di Indonesia yang pada zaman Orde Baru tidak ada pengakuan terhadap agama Khonghucu, bahkan masyarakat keturunan Tionghoa amat dibatasi hak-hak politiknya. Sejak zaman Reformasi, kaum minoritas mulai menikmati pemenuhan hak-haknya. Di bawah pemerintahan Presiden Abdulrahman Wahid, negara mengakui agama Khonghucu dan hak-hak masyarakat keturunan Tionghoa dipulihkan. Dalam komunitas Kristiani, gereja-gereja di Indonesia dibangun di atas bangunan suku karena anggota gereja terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai suku, budaya, adat dan kebiasaan serta geografi s yang berbeda-beda. Bahkan tiap sinode gereja berada di geografi s tertentu dengan budaya dan suku tertentu. Meskipun gereja-gereja nampak memiliki afi liasi dengan suku dan daerah tertentu namun tetap terbuka bagi orang-orang yang berasal dari daerah, suku, dan budaya lainnya. Misalnya GKI yang dahulunya merupakan gereja untuk orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa, pada masa kini yang menjadi anggota GKI berasal dari berbagai suku, budaya, dan daerah. Demikian juga GPIB yang didirikan untuk orang-orang dari Indonesia Timur pada masa kini terbuka bagi orang-orang dari berbagai daerah, suku, dan budaya. Gereja Bethel Indonesia (GBI) adalah gereja yang sangat terbuka terhadap multikultur, dan jemaatnya amat beragam dari segi suku, kebangsaan, budaya, geografi bahkan kelas sosial. Ada beberapa sinode gereja yang anggotanya terbatas pada suku tertentu, misalnya pada orang-orang Batak. Dalam gereja yang multikultur, setiap orang dapat belajar membangun persekutuan di atas berbagai perbedaan. Jemaat dapat belajar dari saudara seiman yang berasal dari daerah, suku, dan budaya yang berbeda. Nilai-nilai budaya dan suku yang positif dapat memperkaya liturgi dalam ibadah. Pola-pola hubungan antarjemaat yang positif juga dapat diperkaya dari nilai-nilai budaya yang beragam. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK122G. Sumbangan Multikulturalisme dalam Memperkuat Persatuan Umat Kristen dan Bangsa Indonesia.Ada beberapa nilai yang dapat diwujudkan dalam tindakan untuk memperkuat persatuan sebagai bangsa Indonesia yang multikultur.1. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat.2. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang mayoritas maupun minoritas. 3. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik secara individu ataupun kelompok serta budaya.4. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling menghormati dalam perbedaan.5. Unsur kebersamaan, solidaritas, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan. Beberapa poin tersebut di atas merupakan nilai-nilai yang dapat dibangun dalam membina kehidupan bersama sebagai bangsa yang multikultur. Peran pendidikan dan pola asuh dalam keluarga amat penting untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Pada masa kini sudah banyak tokoh nasional dan pemerhati pendidikan yang menganjurkan untuk memberlakukan pendidikan multkultural di sekolah dan perguruan tinggi. Hal ini penting mengingat pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat menjadi kekuatan perubah dalam masyarakat. Pendidikan menjadi pendorong perubahan yang efektif bagi individu dan masyarakat.Berikut ada tawaran bagi umat Kristen dalam kaitannya dengan multikulturalisme. Beberapa sikap yang harus dihindari dalam membangun masyarakat multikultural yang rukun dan bersatu adalah sebagai berikut.1. PrimordialismePrimordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Menganggap suku bangsanya sendiri yang paling unggul, maju, dan baik. Sikap ini tidak baik untuk dikembangkan di masyarakat yang multikultural seperti Indonesia. Apabila sikap ini ada dalam diri warga suatu bangsa, maka kecil kemungkinan mereka untuk dapat menerima keberadaan suku bangsa yang lain.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti1232. EtnosentrismeEtnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan yang lain. Indonesia dapat maju dengan bekal kebersamaan, sebab tanpa itu yang muncul adalah disintegrasi sosial. Apabila sikap dan pandangan ini dibiarkan maka akan memunculkan provinsialisme, yaitu paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan eksklusivisme atau paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.3. DiskriminatifDiskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan lain-lain. Sikap ini sangat berbahaya untuk dikembangkan karena dapat memicu munculnya antipati terhadap sesama warga negara.4. Stereotip Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki keragaman suku bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki ciri khas. Tidak tepat apabila perbedaan itu kita besar-besarkan sehingga membentuk sebuah kebencian.Setelah mempelajari berbagai fakta mengenai multikuluturalisme dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya maka kita dapat merangkum beberapa poin penting dalam rangka memperkuat persatuan sebagai umat. Berikut ada beberapa poin penting menyangkut multikulturalisme yang dapat memperkuat persatuan umat kristiani:1. Menerima dan menghargai semua orang tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada.2. Menolong sesama serta menunjukkan solidaritas tanpa memandang latar belakang perbedaan.3. Menghilangkan prasangka buruk terhadap suku, bangsa, budaya maupun kelas sosial tertentu termasuk berbagai julukan.4. Berpikir positif terhadap semua orang namun tetap kritis. Artinya harus memiliki kemampuan menyaring berbagai perbedaan yang ada sehingga tidak kehilangan identitas.5. Menjadikan hukum kasih sebagai landasan dalam bergaul dengan sesama. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK124H. Penjelasan Bahan Alkitab Galatia 3:28 Perbedaan yang ditekankan kaum Yudais mengenai perbedaan latar belakang, sekarang setelah kedatangan Yesus dihapus. Di dalam Kristus kita menjadi satu. Tidak ada hambatan bagi siapa saja untuk menjadi seorang Kristen. Arogansi Yahudi terhadap bangsa-bangsa lain, budak, dan wanita telah benar-benar dihapus. Perbedaan ini tidak berlaku untuk keselamatan (Roma 3:22; 1 Korintus 12:13; dan Kolose 3:11), namun ini tidak berarti bahwa kita tidak lagi merupakan laki-laki atau perempuan, budak atau orang merdeka, Yahudi atau Yunani. Perbedaan-perbedaan itu tetap ada dan ada bagian yang berbicara tentang perbedaan-perbedaan ini, namun dalam hal menjadi seorang Kristen tidak ada hambatan. Setiap penghalang yang didirikan oleh manusia yang membenarkan diri sendiri, legalistik atau bias, telah dirobohkan oleh Kristus sekali dan untuk selamanya. Sikap eksklusif kaum Yahudi telah dikoreksi oleh Paulus bahwa di dalam Kristus semua orang sama. Tidak ada yang superior dan inferior, hanya Kristus yang dimuliakan. Kolose 3: 11Pada ayat sebelumnya Rasul Paulus mengucap syukur kepada Allah sehubungan dengan kehidupan jemaat Kolose yang semakin mengalami kemajuan dalam iman dan kasih. Paulus meyakinkan orang-orang percaya di Kolose dalam Kitab Kolose 2:6-7, bahwa karena mereka telah menerima Kristus maka mereka harus tetap hidup di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia dan tetap bertambah teguh dalam iman kepada Dia.Jikalau kita memperhatikan dengan saksama keseluruhan surat Kolose dari pasal 1 sampai dengan pasal 4, maka salah satu hal yang ditegaskan oleh rasul Paulus ialah berkenaan dengan tuntutan Allah kepada setiap orang percaya untuk senantiasa hidup baru dan menjadi manusia baru. Untuk itu setiap orang percaya yang telah diselamatkan oleh Allah seharusnya hidup dalam kebaruan sejati. Kehidupan dalam kebaruan sejati ini ditandai dengan adanya tindakan untuk menanggalkan kehidupan lama/cara hidup lama yang dikuasai oleh dosa. Tindakan menanggalkan manusia lama ini beranjak dari sebuah kenyataan bahwa Yesus Kristus telah mematahkan kuasa dosa serta membebaskan kita dari kekuatan dosa yang membelenggu kita sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menanggalkan manusia lama tersebut.Dalam Roma 8:13, Rasul Paulus mengungkapkan sebuah kebenaran penting tentang upaya setiap orang percaya untuk menanggalkan manusia lamanya, yaitu dengan cara hidup senantiasa dalam Roh. Hal ini sangat beralasan karena Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti125tidak mungkin “daging dapat meyelesaikan masalah daging” tetapi sebaliknya hanya “Rohlah yang dapat menyelesaikan masalah daging” sehingga oleh karenanya Paulus berkata “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup” (Roma 8:13). Setiap orang percaya yang hidup dalam kebaruan sejati tidak hanya menanggalkan manusia lama tetapi juga harus siap untuk mengenakan manusia baru. Manusia baru yang dimaksud menunjuk pada cara berpikir serta cara bertindak yang berbeda dengan kehidupan lama yang pernah dihidupi. Paulus mengungkapkan model manusia baru yang harus dikenakan, yaitu manusia baru yang penuh dengan belas kasihan, penuh dengan kemurahan, penuh dengan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.Mengenakan manusia baru merupakan sebuah kewajiban dari setiap orang yang hidupnya telah diselamatkan dan diperbaharui oleh Allah sehingga bukan sebuah pilihan mau atau tidak mau (suka tidak suka). Penegasan Rasul Paulus tentang mengenakan manusia baru menunjuk pada tindakan untuk mengenakan ”pakaian” manusia baru secara utuh dan bukan sepenggal-sepenggal (sebagian). Termasuk di dalamnya pakaian lama yang harus ditanggalkan adalah budaya superioritas yang menempatkan yang lain sebagai inferior. Misalnya, memandang orang lain yang berbeda latar belakang dengan kita sebagai orang “rendah”. Semua manusia tanpa kecuali memiliki harkat dan martabat.I. Kegiatan PembelajaranPengantarBagian pengantar mengarahkan peserta didik dalam mempelajari topik pembahasan dan tujuan pembahasan. Pada bagian pengantar peserta didik dibimbing untuk menyadari bahwa dunia masa kini adalah dunia multikultur dan semua orang dari berbagai latar belakang yang berbeda saling terhubung satu dengan yang lain. Keterhubungan itu dijalin dalam rangka menanggulangi berbagai tugas menyangkut kemanusiaan, keadilan dan bagi terwujudnya dunia yang lebih baik.Kegiatan 1Diskusi dan presentasi mengenai pengertian multikulturalisme dan sikap peserta didik terhadap multikultur. Setelah diskusi peserta didik menulis kesimpulan yang dirumuskan oleh masing-masing orang berdasarkan diskusi. Bahan diskusi merupakan hasil kajian peserta didik dari berbagai sumber. Kegiatan ini memungkinkan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai multikulturalisme. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK126Kegiatan 2Peserta didik mengadakan pendalaman materi mengenai multikultur dan multikulturalisme. Kegiatan ini dilakukan sebagai cross check terhadap hasil temuan dan hasil diskusi yang telah dilakukan sekaligus lebih memperdalam beberapa hal menyangkut multikulturalisme misalnya, latar belakang munculnya pemikiran ini. Kegiatan ini juga merupakan klarifi kasi mengenai pengertian multikultur dan multikulturalisme. Kegiatan 3 Menganalisis cerita dan mengemukakan sikapnya berkaitan dengan multikulturalisme. Melalui kegiatan ini guru dapat mengukur sejauh mana sikap peserta didik terhadap multikultur. Apakah peserta didik memiliki kesadaran multikultur dan bersikap positif terhadap multikultur? Jika belum, maka guru dapat memberikan pencerahan pada peserta didik mengenai multikulturalisme. Penyadaran ini penting karena kita tidak dapat hidup di dalam tembok ekslusivisme yang kita bangun; sebaliknya kita harus membuka diri terhadap kepelbagaian, pada kenyataan multikultur apalagi Indonesia adalah negara yang multikultur. Bahkan sebagai orang Kristen kita terpanggil untuk mensyukuri serta merayakan keberagaman sebagai anugerah Allah. Dunia tempat kita hidup di masa kini dikepung oleh berbagai persoalan sosial kemasyarakatan yang mengancam keutuhan serta kesejahteraan hidup umat manusia. Untuk itu, kita akan mampu menghadapinya jika kita bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat dari berbagai latar belakang sosial, budaya, suku, maupun agama.Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kelompok tertentu atau keluarga-keluarga yang masih hidup dalam ekslusivisme suku, budaya, agama, dan status sosial. Mereka mendidik anak-anaknya dalam ekslusivisme, dan untuk mengubahnya tentu membutuhkan waktu. Oleh karena itu, guru harus memiliki kesabaran dalam memotivasi dan mengubah cara pandang peserta didik yang seperti itu. Akan lebih sulit jika guru PAK sendiri masih bersikap eksklusif. Oleh karena itu, pembelajaran ini merupakan pencerahan bagi peserta didik dan guru PAK.Kita tidak boleh lupa bahwa pembelajaran PAK bukan hanya sekedar aktivitas akademik semata-mata tetapi merupakan proses komunikasi iman. Dalam proses seperti ini, guru dapat membelajarkan materi pelajaran pada peserta didik setelah guru memahami dan meyakini apa yang diajarkannya.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti127Kegiatan 4Pendalaman AlkitabPeserta didik mendalami Alkitab, yaitu pandangan Alkitab mengenai multikultur. Alkitab tidak berbicara secara khusus mengenai multikultur, namun dalam kaitannya dengan kasih, kebaikan, kesetaraan, dan keselamatan itu diberikan bagi semua manusia tanpa kecuali. Dalam Kitab Perjanjian Baru Galatia 3:28 tertulis bahwa semua manusia yang berasal dari berbagai suku dan bangsa serta kelas sosial dipersatukan dalam Kristus. Artinya, kasih Kristus diberikan bagi semua orang tanpa memandang asal-usul mereka. Kolose 3:11 lebih mempertegas lagi bahwa Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Menjadi manusia baru dalam Kristus berarti manusia yang tidak lagi melihat sesamanya dari perbedaan latar belakang suku, bangsa, budaya, kelas sosial (kaya-miskin), pandangan hidup, kebiasaan, dan lain-lain. Menjadi manusia baru artinya orang beriman yang telah menerima keselamatan dalam Yesus Kristus wajib menerima, menghargai dan mengasihi sesamanya tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada.Bukan hanya pendalaman dari Perjanjian Baru namun pendalaman Perjanjian Lama meskipun dilakukan secara umum namun penting untuk dipelajari oleh peserta didik. Mereka perlu memahami bahwa baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama memberi ruang kepada multikultur.Kegiatan 5Pendalaman mengenai kenyataan multikulturalisme di Indonesia. Dalam pendalaman ini, peserta didik belajar dari sejumlah fakta berupa peluang maupun tantangan multikulturalisme di Indonesia. Berbagai kasus yang dihadapi oleh kaum minoritas di Indonesia dipaparkan sebagai contoh bahwa meskipun UUD 1945 dan Pancasila mengakui kepelbagaian dan multikultur namun dalam kenyataannya masih banyak ketimpangan yang terjadi. Kenyataan ini penting untuk dipelajari oleh peserta didik sehingga mereka tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu di sekitar multikultur.Peserta didik juga mempelajari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam multikulturalisme yang dapat memperkuat ikatan sebagai bangsa dan umat Kristiani. Di samping itu, mereka juga mempelajari mengenai beberapa sikap yang menjadi tantangan terwujudnya multikulturalisme. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK128Kegiatan 6Nilai-nilai MultikuluralismeBerdasarkan pendalaman terhadap materi pelajaran pada poin E, minta peserta didik menulis nilai-nilai multikulturalisme yang dapat memperkuat persatuan umat kristiani dan bangsa Indonesia. Ada kotak yang telah tersedia dalam buku siswa, dan guru dapat meminta peserta didik menulis di lembar kertas terpisah agar buku dapat dipakai oleh adik kelasnya nanti.Kegiatan 7 Penilaian diriPeserta didik melakukan penilaian terhadap diri sendiri apakah mereka memiliki kesadaran multikultur dan mewujudkan multikulturalisme. Dalam rangka menilai perubahan sikap memang sebaiknya peserta didik menilai diri sendiri. Guru tidak bebas dari tanggung jawab, guru dapat menilai apakah penilaian peserta didik sesuai dengan sikapnya sehari-hari.J. PenilaianBentuk penilaian adalah tes lisan untuk kegiatan 1 mengenai arti multikulturalisme. Guru menilai pemaparan peserta didik berdasarkan hasil temuannya dari berbagai sumber kemudian mereka menyimpulkan arti multikulturalisme. Penilaian tertulis dilakukan pada kegiatan mengkaji cerita mengenai gadis Jawa dengan pria Perancis. Guru dapat menilai sikap peserta didik berdasarkan pendapatnya mengenai studi kasus tersebut. Penilaian tertulis juga dilakukan ketika peserta didik menulis tentang nilai-nilai multikulturalisme yang dapat memperkuat persatuan bangsa dan umat Kristen. Bentuk penilaian diri dilakukan ketika peserta didik menilai sikapnya sendiri apakah yang bersangkutan memiliki kesadaran multikulturalisme dan mewujudkannya dalam tindakan hidup? Dalam contoh lembar penilaian hanya ada kolom jawaban “ya” dan “tidak” namun guru dapat mengubah form tersebut.Next >