< PreviousPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti139perlawanan dari Paulus karena ia adalah orang yang menghargai berbagai perbedaan latar belakang. Baginya, keberagaman bukanlah halangan untuk membangun kebersamaan. Orang Yudais mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus.Paulus memang tidak diteguhkan oleh rasul terdahulu secara formal menjadi rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan, Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut untuk mempertanyakan dan meragukan kerasulan Paulus. Membaca isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil. Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, ia marah tetapi kemudian mengemukakan argumen yang kuat mengenai kerasulannya dan apa artinya menjadi pengikut Kristus tidak hanya berdasarkan keturunan tapi berdasarkan iman.Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat. Paulus dalam Surat Galatia dan Roma mengatakan bahwa Allah menganggap orang yang percaya kepada Kristus sebagai orang benar hanya karena imannya, sekalipun ia adalah orang berdosa. Kebenaran diberikan kepadanya, ia dinyatakan sebagai orang benar oleh karena anugerah Allah, sekalipun ia tetap berdosa.Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci. Adapun Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman. Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus. Kemudian apa kaitannya teks ini dengan multikulturalisme yang sedang dibahas dalam pelajaran ini? Sikap Paulus menyiratkan bahwa Allah tidak menolak keberagaman dan bahwa anak-anak Abraham (yang artinya orang beriman) bukan hanya mereka yang lahir dari keturunan Abraham secara biologis namun semua orang beriman. Artinya, semua orang beriman dari berbagai latar belakang dan multikultur berbeda adalah keturunan Abraham. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK140Sikap Paulus merupakan dukungan terhadap adanya keberagaman dalam jemaat Kristen mula-mula.I. Kegiatan PembelajaranPengantarMengarahkan peserta didik pada proses pembelajaran serta memberikan penekanan pentingnya belajar topik ini. Pada bagian pengantar dijelaskan mengenai kaitan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran ini. Kegiatan 1Berbagi PengalamanPeserta didik berbagi pengalaman dengan teman sebangku mengenai pengalaman hidup dalam keluarga maupun teman yang multikultur, yaitu berbeda suku, budaya, daerah asal maupun agama. Apa saja pengalaman mereka dalam pergaulan itu? Apakah mereka menyukai bergaul dengan saudara atau teman yang berbeda latar belakang dengannya? Setelah peserta didik selesai diskusi dengan teman sebangku, guru memberi waktu bagi peserta didik yang ingin menyampaikan pengalamannya di depan kelas.Guru memperhatikan dan mencatat pengalaman yang disampaikan oleh peserta didik di depan kelas. Mungkin ada yang mengatakan merasa tidak terlalu nyaman bertemu, bergaul dengan saudara, teman dan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda. Guru tidak boleh menyalahkan peserta didik yang masih memiliki pandangan seperti itu. Kemungkinan peserta didik diasuh dalam lingkungan keluarga yang eksklusif dan itu mempengaruhi sikap mereka. Tugas guru membimbing peserta didik untuk mengubah cara berpikir yang eksklusif sehingga mereka mau berubah.Kegiatan 2Mendalami Multikulturalisme dalam AlkitabPeserta didik mendalami kenyataan keberagaman dalam dunia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pendalaman ini penting supaya peserta didik mengetahui bahwa kenyataan multikultur bukan hanya baru terjadi di zaman kini namun sudah dialami oleh bangsa Israel dan umat Kristen di zaman dahulu. Dalam pendalaman ini mereka juga dibimbing untuk mempelajari bagaimana Yesus menghadapi keberagaman.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti141Kegiatan 3Mendalami Teks AlkitabPeserta didik mendalami bagian Alkitab yang menjadi acuan pembelajaran. Kegiatan ini merupakan pencerahan bagi peserta didik dalam hal menggali, memahami serta mengaitkan teks dengan topik yang sedang dibahas. Minta peserta didik mengumpulkan hasil pendalaman mereka untuk dinilai oleh guru. Guru membimbing peserta didik, contoh catatan teks Alkitab ada dalam penjelasan bahan Alkitab.Kegiatan 4 Pendalaman MateriPeserta didik mempelajari gereja Kristen di Indonesia yang multikultur. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur, demikian pula gereja-gereja di Indonesia umumnya dibangun berdasarkan latar belakang suku, budaya, dan geografi s yang berbeda-beda. Kemudian dikemukakan mengenai beberapa fakta yang menjadi indikator gereja-gereja Kristen mewujudkan multikulturalisme meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi.Kegiatan 5Peserta didik diminta untuk merancang sebuah kegiatan yang menjangkau masyarakat multikultur. Mereka dapat merancang berbagai kegiatan dalam bentuk ibadah yang mengakomodir berbagai budaya, pelayanan bagi masyarakat umum tanpa memandang suku, budaya agama, dan lain-lain. Guru membimbing peserta didik sesuai dengan bentuk proyek yang ingin dikerjakannya. Ada contoh kerangka proyek dalam buku teks untuk peserta didik. Guru dapat mempelajarinya atau membuat kerangka baru yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah. Jika peserta didik memilih pentas seni maka mereka harus memilih beberapa unsur budaya, seni tari, lagu ataupun alat musik dari beragam suku untuk ditampilkan. Jika mereka memilih bentuk ibadah dalam format budaya tertentu maka bahasa liturgi dapat memakai bahasa-bahasa dari suku-suku tertentu, demikian pula lagu dan pakaian adat masing-masing. Jika mereka memilih proyek pelayanan masyarakat, maka kegiatan itu harus menjangkau orang dari latar belakang suku, budaya, agama yang berbeda. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK142Kegiatan 6Belajar dari Sikap Yesus Peserta didik mendalami materi bagaimana sikap Yesus terhadap multikultur. Yesus menjadikan multikultur sebagai wacana perjumpaan antarmanusia yang dapat bergaul dan bekerja sama dalam kasih. Guru menjelaskan beberapa pokok pikiran dari Hope S. Antone yang tercantum dalam buku guru. Dilanjutkan dengan tantangan yang dihadapi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme. Kegiatan 7Membuat Slogan Peserta didik diminta membuat slogan berupa ajakan pada sesama remaja untuk mewujudkan multikulturalisme dalam kehidupan. Slogan dapat dibuat dalam bentuk spanduk, ditulis di kertas karton, atau di lembar buku gambar, sesuaikan dengan kemampuan peserta didik, situasi, dan kondisi sekolah. J. PenilaianBentuk penilaian: tes lisan ketika peserta didik berbagi pengalaman mengenai pengalaman hidup dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda dengannya. Penilaian proyek, penilaian hasil karya, rancangan proyek multikulturalisme, dan penilaian kinerja bagaimana peserta didik melaksanakan kegiatan tersebut apakah mencapai sasaran ataukah tidak. Penilaian hasil karya dilakukan untuk menilai produk-produk teknologi dan karya seni hasil karya berupa slogan, isi slogan apakah sesuai dengan topik pelajaran, dan apakah tampilan slogan dan kata-kata ajakannya mampu menarik perhatian sesama remaja. Penilaian tertulis dilakukan setelah peserta didik melakukan pendalaman Alkitab.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti143 7PENJELASAN BABHidup Bersama dengan Orang yang Berbeda ImanBahan Alkitab: Mazmur 133Kompetensi IntiKompetensi DasarKI-1Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.1.2 Mensyukuri pemberian Allah dalam kehidupan multikultur.KI-2Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, res ponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.2.2 Mengembangkan sikap dan perilaku yang menghargai dan mene rima multikultur. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK144Kompetensi IntiKompetensi DasarKI-3Memahami, menerapkan, meng analisis dan mengevaluasi pengetahu an faktual, konseptual, prosedural, dan metakog-nitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait pe-nyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifi k se-suai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.3.2. Menganalisis nilai-nilai multikultur. KI-4Mengolah, menalar, menyaji, dan men-cipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.4.2. Membuat proyek yang berkaitan dengan kehidupan multikultur.Indikator• Menjelaskan kaitan antara hidup bersama dengan orang yang berbeda iman dengan multikulturalisme.• Membuat karya yang dapat menunjukkan pemahaman mengenai pen-tingnya membangun kebersamaan dengan orang yang berbeda iman.• Merancang proyek kegiatan bersama remaja yang berbeda iman.• Menyusun doa permohonan agar setiap remaja terpanggil untuk mem-praktikkan solidaritas dan kebersamaan dengan sesama remaja yang ber-beda iman.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti145A. PengantarBab ini merupakan rangkaian pembahasan dari dua bab sebelum ini. Bab se-belumnya membahas mengenai sikap gereja terhadap multikulturalisme sedang-kan bab ini membahas mengenai hidup bersama dengan orang beriman lain. Pembahasan ini ditempatkan dalam rangkaian pembahasan dua bab sebelumnya karena saling berkaitan. Multikulturalisme membahas mengenai keberagaman termasuk di dalamnya keberagaman agama. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memberikan penajaman terhadap materi yang sudah dibahas pada kelas IX. Diharapkan setelah mempelajari topik ini peserta didik akan bersikap lebih ter-buka dan memahami orang yang beragama lain. Keterbukaan penting karena di masa kini manusia tidak dapat hidup sendiri. Di sekitar kita ada teman, sahabat dan saudara-saudara yang berbeda bukan hanya suku dan budaya saja tapi juga agama. Perbedaan itu tidak boleh menyebabkan perpecahan ataupun melahir-kan prasangka buruk dalam diri peserta didik. Sebaliknya, perbedaan itu meru-pakan kesempatan bagi kita untuk mempelajari keyakinan agama lain sehingga kita dapat menghargainya. Guru diharapkan dapat mempertegas bahwa sebagai remaja Kristen peserta didik wajib mengasihi sesama dan menunjukkan solidari-tas serta kebaikan kepada semua orang tanpa memandang latar belakang agama.Perlu pula ditegaskan bahwa solidaritas tidak berarti melebur tanpa batas. Solidaritas terhadap orang yang berbeda agama merupakan wujud cinta kasih pada sesama yang menjadi hukum utama dalam ajaran iman Kristen.B. Potret Pertikaian dan Konfl ik yang Berlatar Belakang AgamaMembangun hubungan dengan sesama kita yang berbeda keyakinan memang tidak mudah. Sebab setiap agama cenderung mengajarkan bahwa agama itulah yang terbaik dan paling benar, sementara semua agama lainnya salah atau keliru. Akibatnya, para pengikut agama yang “saya” peluk itulah yang akan masuk ke surga, sementara para pengikut agama “yang lain” pasti akan ditolak masuk ke surga dan akibatnya mereka akan masuk ke neraka. Hampir semua agama mengajarkan dan mengklaim bahwa hanya agamanya yang benar. Dalam agama Kristen, tertulis dalam Injil Yohanes 14:6 Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Dalam Kisah Para Rasul 4:12, Petrus menyatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Buku Guru Kelas XII SMA/SMK146Klaim-klaim kebenaran yang mutlak ini telah membuat orang sulit menjalin hubungan yang baik dan akrab dengan sesamanya yang berbeda keyakinan. Dapat saja dua orang sahabat yang berbeda keyakinannya, katakanlah yang seorang beragama Islam dan yang lainnya beragama Kristen, hubungannya bisa sangat baik dan akrab. Namun, begitu menyentuh masalah-masalah yang berhubungan dengan agama maka yang muncul adalah saling menganggap diri yang paling hebat, benar, selamat. Lalu hubungan keduanya pun menjadi renggang. Pada tingkat hubungan yang semakin meruncing dan menajam, orang dapat saja saling melukai bahkan membunuh. C. Beberapa Sikap dalam Kaitannya dengan Hubungan AntaragamaKonfl ik-konfl ik dan bentuk-bentuk kekerasan dilakukan atas nama agama. Orang yang beragama lain dianggap sebagai lawan. Karena mereka berbeda, maka mereka tidak memiliki hak untuk hidup. Konfl ik antar penganut agama di India terjadi dengan latar belakang yang panjang. Di tahun 1528, Jenderal Mir Baqi dari ketentaraan Kaisar Babur, membongkar sebuah kuil Hindu di Ayodhya dari abad ke-11, yang diyakini orang Hindu sebagai tempat kelahiran Dewa Rama. Baqi lalu mendirikan Masjid Babri di lokasi itu. Pada 6 Desember 1992, massa yang terdiri dari ribuan orang Hindu meng hancurkan Masjid Babri. Dalam waktu 9 jam, masjid yang berumur 464 tahun itu pun rata dengan tanah. Kerusuhan pun menyebar di seluruh India, Pakistan, dan Bangladesh. (“The Problem at Ayodhya”, http://www.kamat.com/indica/confl ict/ayodhya.htm, 1 Mei 2005)Di Bosnia, pembantaian terhadap etnis Bosnia-Herzegovina dilakukan oleh orang-orang Serbia dengan alasan balas dendam atas apa yang dilakukan orang-orang Turki, nenek moyang etnis Bosnia-Herzegovina, pada tahun 1300-an. Sudah tentu ini sebuah klaim yang sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sebuah dendam yang terjadi 600 atau 700 tahun yang lalu dibalaskan kepada cucu-buyut si pelakunya sekarang? Berdasarkan hal tersebut jelas terlihat bahwa motif-motif agama digunakan untuk membakar emosi orang dan membangkitkan kebencian terhadap kelompok-kelompok yang berbeda. Konfl ik-konfl ik yang terjadi semuanya bermotifkan agama, namun penyebabnya diduga keras sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama. Sebab-sebab yang ada di balik semuanya itu seringkali bersifat politis karena melibatkan kepentingan elit-elit politik tertentu. Kalau demikian halnya, apakah yang harus kita lakukan sebagai sebuah bangsa dan sebagai orang yang mengaku sebagai murid-murid Yesus Kristus? Ada sejumlah sikap yang umumnya diambil orang ketika ia berhadapan dengan orang yang berkeyakinan lain: Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti1471. Semua agama sama saja: Sikap ini melihat semua agama itu relatif. Tak satu agama pun yang dapat dianggap baik. Semua sama baiknya atau sama jeleknya. Sikap seperti ini tidak menolong kita karena akibatnya kita akan kurang menghargai agama atau keyakinan kita sendiri. Kalau semua agama itu sama saja, mengapa saya memilih untuk menganut agama yang satu ini? Mengapa saya tetap menjadi seorang Kristen? Jangan-jangan menjadi Kristen pun sebetulnya bukan sesuatu yang penting dan berarti. 2. Hanya agama saya yang paling baik dan benar: Semua agama lainnya adalah ciptaan Iblis, penyesat, penipu, dan lain-lain. Sikap seperti ini hanya akan melahirkan fanatisme belaka, dan fanatisme tidak akan menolong kita dalam menjalin hubungan dengan orang yang berkeyakinan lain. Orang yang beragama lain semata-mata dipandang sebagai objek, sasaran, target, untuk diinjili. Orang yang bersikap seperti ini mungkin pula akan menjelek-jelekkan agama lain. Akan tetapi, apakah keuntungannya bila kita menjelek-jelekkan agama lain? Apakah hal itu akan membuat agama kita baik, bagus, dan indah? Sungguh kasihan sekali orang yang baru menemukan keindahan dan kebaikan agamanya dengan menjelek-jelekkan agama lain, karena itu berarti bahwa sesungguhnya orang itu tidak mampu menemukan kebaikan dari agamanya sendiri. 3. Toleransi: Saya bersedia hidup berdampingan dengan orang yang beragama lain, tetapi hanya itu saja. Lebih dari itu saya tidak mau. Seruan “toleransi antarumat beragama” seringkali disampaikan oleh pemerintah. Orang-orang yang berbeda agama diajak untuk bersikap toleran. Namun, sikap ini pun tampaknya tidak cukup. Kata “toleransi” sendiri mengandung arti “bertahan, siap menanggung sesuatu yang dianggap bersifat mengganggu atau menyakiti” (http://www.merriam-webster.com/dictionary/tolerance). Dengan demikian, agama lain masih dianggap sebagai gangguan, dan ancaman. Saya masih bersedia menolerir keberadaan mereka, sampai batas tertentu. Lewat dari batas itu, saya tidak bersedia lagi. Saya akan bertindak. 4. Menghargai agama lain: sikap ini hanya dapat timbul pada diri orang yang dewasa imannya. Orang yang dapat menemukan kebaikan di dalam agama lain dan menghargainya, tanpa merasa terancam oleh kehadiran orang lain. Menghargai agama lain tidak berarti lalu kita merendahkan dan meremehkan keyakinan kita sendiri, melainkan menunjukkan kesediaan kita untuk terbuka dan belajar dari siapapun juga. Orang yang bersedia menghargai agama lain tidak akan merasa terancam bila orang lain menjalankan ibadahnya sesuai dengan perintah agama itu sendiri. Orang ini akan membuka diri dengan lapang untuk mendengarkan pengalaman keagamaan dan rohani orang-orang yang beragama lain. Orang-orang ini tidak segan-segan terlibat dalam forum-forum dialog antarumat beragama. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK148Paham Pluralisme Agama, Apakah Mungkin?Di samping empat sikap yang telah dikemukakan di atas, ada banyak tokoh hubungan antaragama yang mempromosikan apa yang disebut sebagai pluralisme agama. Pluralisme adalah suatu cara pandang dimana orang berupaya mencari titik temu bagi agama-agama. Pemikiran ini tidak terlepas dari berbagai upaya dan reaksi atas tuntutan kerukunan antarumat beragama. Di zaman terakhir ini, ketika umat manusia menghadapi berbagai permasalahan yang menyangkut kemanusiaan, keadilan serta perdamaian, maka tuntutan akan dialog dan kerja sama antar umat yang berbeda agama untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan secara bersama-sama semakin menjadi kebutuhan yang tak dapat dihindari. Para pakar ilmu sosial dan teologi agama-agama mengemukakan tiga sikap yang tampak dalam hubungan antarumat beragama:1. Eksklusivisme adalah sikap yang memandang agamanya sendirilah yang paling benar dan baik. Sementara itu, agama lain adalah agama yang tidak benar. Para penganut paham eksklusif sulit untuk berinteraksi dengan penganut agama lain. Mereka cepat merasa curiga terhadap umat beragama lain. Mereka cenderung hanya bergaul dengan orang yang menganut agama, bahkan juga teologi dan jalan berpikir, yang sama. Apabila semua agama menonjolkan klaim-klaim eksklusifnya, masih adakah kemungkinan bagi umatnya untuk bekerja sama dengan orang lain dengan sepenuh hati? 2. Inklusivisme mengakui kepelbagaian agama-agama. Setiap orang mengakui eksistensi agama dan penganut agama lain. Masing-masing saling menghormati kedaulatan serta ajarannya. Namun, sikap inklusif menyiratkan bahwa pada akhirnya keselamatan hanya terdapat dalam satu agama saja. Orang Kristen yang inklusif menyatakan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Semua agama lainnya hanyalah embel-embel belaka atau menjadi tahap persiapan bagi seseorang sebelum ia pada akhirnya mengenal “agama yang benar”. Tokoh yang paling terkenal untuk pendekatan ini adalah Karl Rahner, seorang teolog Jerman yang mengatakan, “Kekristenan memahami dirinya sebagai agama yang mutlak, yang dimaksudkan untuk semua orang. Ia tidak dapat mengakui agama lain manapun sebagai agama yang setara dengan dirinya.” Rahner (baca: Raner) menyebut orang-orang bukan Kristen yang hidupnya baik, tulus, saleh, sebagai “orang Kristen yang anonim”. Artinya, mereka layak disebut “Kristen” karena perilakunya yang baik, tetapi karena mereka tidak memeluk agama Kristen, mereka menjadi “Kristen anonim”. Pendekatan ini menimbulkan masalah. Apakah orang-orang yang bukan Kristen itu rela disebut sebagai “Kristen anonim”? Apakah orang Kristen mau disebut sebagai “Muslim anonim” oleh orang-orang Muslim karena Next >