< PreviousPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti21913PENJELASAN BABMenjadi Pelaku Kasih dan Perdamaian Bahan Alkitab: Yeremia 6:1-21; Matius 5:9; Roma 12:18Kompetensi IntiKompetensi DasarKI-1Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 1.4 Menghayati dan menjalankan perannya sebagai pembawa damai sejahtera dalam kehidupan sehari-hari.KI-2Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, res ponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.2.4 Bersikap proaktif sebagai pembawa kabar baik dan damai sejahtera dalam kehidupan sehari-hari. Buku Guru Kelas XII SMA/SMK220Kompetensi IntiKompetensi DasarKI-3Memahami, menerapkan, meng-analisis dan mengevaluasi penge-tahuan faktual, konseptual, pro-sedural, dan metakognitif berdasar-kan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wa-wasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifi k sesuai dengan bakat dan mi-natnya untuk memecahkan masalah.3.4 Menganalisis peran rema-ja sebagai pembawa da-mai sejahtera dalam ke-hidupan sehari-hari selaku murid Kristus.KI-4Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelaja-rinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.4.4 Membuat proyek yang berkaitan dengan peran remaja sebagai pembawa damai sejahtera.Indikator:• Menjelaskan mengapa Alkitab menekankan pada pentingnya menyampaikan kebenaran terkait dengan kabar baik dan damai sejahtera. • Menyebutkan contoh-contoh tentang bagaimana ketidakadilan merajalela dan kasih telah hilang dalam kehidupan modern. • Menyatakan kesiapan untuk menjadi pembawa kabar baik dan damai sejahtera. • Menyusun program sebagai pembawa kabar baik dan damai sejahtera. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti221A. Pengantar Bab ini adalah yang terakhir dari seluruh rangkaian Pendidikan Agama Kristen yang diawali sejak peserta didik duduk di kelas I Sekolah Dasar. Tentu harapan kita selaku pendidik adalah peserta didik sudah menyatakan komitmennya menjadi murid Kristus. Salah satu indikator dari komitmen ini adalah, bersedia menjadi pembawa kabar baik dan damai. Walaupun pembahasan tentang damai sudah dimulai pada bab 12. Pada bab penutup inilah peserta didik ditantang untuk mewujudkan komitmennya dalam bentuk pelayanan yang dapat dilakukannya sebagai pembawa kabar baik dan damai. B. Penjelasan Alkitab tentang Damai SejahteraKitab Nabi Yeremia berisi peringatan-peringatan Allah yang disampaikan lewat nabi Yeremia yang bekerja di Yehuda pada masa pemerintahan 5 (lima) raja Yehuda, yaitu Yosia, Yoahas (Salum), Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia. Masa pelayanannya sekitar tahun 626-586 sebelum Masehi. (www.sabda.org, 2014)Kehidupan masyarakat Yehuda pada masanya yang paling dikecam oleh Yeremia adalah pada masa pemerintahan Yosia-yaitu pada masa Yeremia memulai pelayanannya – terjadi gerakan pembaruan yang mencoba mengoreksi praktik-praktik keagamaan dan kehidupan sosial yang menyimpang dari kehendak Allah. Dalam Yeremia 7:3-7, menyampaikan peringatan Allah: 3)Beginilah Firman TUHAN semesta alam, Allah israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. 4)Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, 5)melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, 6)tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, 7)maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya.”Berdasarkan teguran Allah ini kita dapat menyimpulkan bagaimana cara hidup bangsa Yehuda pada waktu itu: orang-orang yang lemah dan tak berdaya ditindas orang asing, anak yatim dan para janda-keadilan diputarbalikkan, orang yang tak bersalah dibunuh, dan seterusnya. Siapa yang melakukan semua ini? Menurut Yeremia, “Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu.” (Yeremia 6:13) Ini berarti tua dan muda, besar dan kecil tidak terkecuali, semua orang berdosa. Semuanya terlibat dalam tipu-muslihat dan kejahatan! Buku Guru Kelas XII SMA/SMK222Dalam keadaan seperti itu, apakah ada kasih dan perdamaian di negeri itu? Sudah tentu tidak! Namun hal ini ternyata tidak diakui oleh para pemimpin Yehuda, baik pemimpin-pemimpin agama maupun masyarakat. Sebaliknya, mereka mencoba meyakinkan rakyat bahwa segala sesuatunya beres. Mereka mencoba membuat rakyat seolah-olah terbius dan lupa akan masalah mereka. Yeremia 6:14 mengatakan, “Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.”Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan! Semua penderitaan rakyat kecil dan orang-orang yang teraniaya dan tidak berdaya dianggap ringan! Dan mereka memberitakan “damai sejahtera”, sementara pada kenyataannya damai itu tidak dialami dan dirasakan oleh mereka yang menderita. Karena itulah Allah menjatuhkan hukuman-Nya kepada Yehuda. Tetapi aku penuh dengan kehangatan murka Tuhan, aku telah payah menahannya, harus menumpahkannya kepada bayi di jalan, dan kepada kumpulan teruna bersama-sama. Sesungguhnya, baik laki-laki maupun perempuan akan ditangkap, baik orang yang tua maupun orang yang sudah lanjut usianya. Rumah-rumah mereka akan beralih kepada orang lain, bersama ladang-ladang dan isteri-isteri mereka. -- “Sesungguhnya, Aku mengacungkan tangan-Ku melawan penduduk negeri ini, demikianlah firman Tuhan.(Yeremia 6: 11-12)Allah menjatuhkan hukuman-Nya atas bangsa Yehuda. Negara mereka diserang oleh Babel dan runtuh. Rakyatnya dibuang ke negeri pembuangan di Babel. Semua ini terjadi karena para pemimpin tidak memberikan teladan tentang hidup berdasarkan fi rman Allah dalam membawakan damai dan keadilan bagi rakyatnya. C. Mengupayakan Kondisi Damai Sejahtera Kasih dan perdamaian tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Semuanya itu membutuhkan usaha dan kerja keras. Kasih dan perdamaian tidak akan tercipta dengan hanya mengucapkan “damai sejahtera! damai sejahtera!” Abigail Disney, fi lantropis, perempuan pengusaha, aktivis masyarakat, yang membuat fi lm pendek, “Pray the Devil Back to Hell,” pernah menulis demikian: “Perdamaian adalah sebuah proses. Ini bahkan bukanlah sebuah peristiwa, kejadian. Perdamaian adalah sesuatu yang kita buat, yang kita kerjakan. Perdamaian adalah kata kerja. Perdamaian adalah serangkaian pilihan dan keputusan. Ia harus dipertahankan, diperjuangkan... Perdamaian tidak diam-diam. Perdamaian itu bergemuruh!” Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti223Perdamaian dan juga kasih adalah tindakan, bukan kata benda. Artinya, untuk mewujudkan perdamaian dan kasih, kita perlu melakukan langkah-langkah konkret dalam kehidupan kita. Seluruh perbuatan dan gaya hidup kita mestilah mencerminkan perdamaian dan kasih, sehingga keduanya dapat terwujud dalam masyarakat kita, di bumi kita. Agama-Agama dan Kerinduan Akan DamaiYudaisme, atau agama Yahudi, misalnya, mempunyai konsep syalom yang berarti damai sejahtera yang didasarkan kepada anugerah Allah kepada manusia dan upaya manusia untuk membangun kehidupan yang baik bersama orang-orang di sekitarnya dan seluruh alam semesta. Agama Kristen banyak mengikuti konsep yang terdapat dalam agama Yahudi. Nama “Islam” yang kita kenal sebagai sebuah agama, didasarkan pada kata “salam”, sebuah kata dari bahasa Arab yang memiliki akar kata yang sama dengan kata “syalom” dalam bahasa Ibrani. Dengan kata lain, kata “Islam” juga berasal dari harapan yang sama akan kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Dalam agama Hindu para pemeluknya saling mengucapkan salam “shanti, shanti, shanti” yang artinya “damai, damai, damai”. Kehadiran agama-agama dan umatnya tidak secara otomatis menghasilkan kasih dan perdamaian. Manusia perlu berusaha dengan sungguh-sungguh. Pengalaman hidup manusia menunjukkan betapa sering manusia lebih mudah berperang daripada menciptakan perdamaian. Sebagai contoh, dunia pernah mengalami dua perang yang sangat hebat, yaitu Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Setelah dunia diluluh-lantakkan oleh kedua perang tersebut, negara-negara di dunia membentuk Liga Bangsa-Bangsa, yang kemudian digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dibentuk pada 26 Juni 1945 dan piagamnya ditandatangani di San Francisco, Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang dan setiap kelompok masyarakat merindukan perdamaian. Mengapa demikian? Karena manusia sadar bahwa perang hanya menghasilkan kehancuran dan malapetaka. Oleh karena itu pulalah bila kita kembali kepada agama, kita akan menemukan bahwa setiap agama mengajarkan bagaimana manusia mestinya hidup damai dengan sesamanya. Bahkan juga dengan seluruh alam ciptaan milik Allah. Agama dan Perang Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa sejarah setiap agama, khususnya agama-agama besar di dunia seperti Yahudi, Kristen, Islam, Hindu, dan Buddha, juga berisi lembaran-lembaran kelam ketika para pemeluknya Buku Guru Kelas XII SMA/SMK224terlibat dalam tindak kekerasan dan peperangan yang dilakukan atas nama agama, atas nama Tuhan. Dalam agama Kristen, misalnya, pernah terjadi Perang Salib sampai sembilan kali antara tahun 1095-1291 di Timur Tengah untuk merebut (dan kadang-kadang mempertahankan) Yerusalem. Perang ini ditujukan terutama terhadap orang-orang Islam, tetapi kadang-kadang juga terhadap bangsa Slavia yang bukan Kristen pada waktu itu, orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen Ortodoks Rusia, dan Yunani, bangsa Mongol, Katar, orang-orang Hus, dan Waldensis (orang-orang Kristen yang menentang Paus dan merupakan prototipe orang-orang Protestan), dan berbagai musuh politik Paus. Antara orang-orang Tamil umumnya beragama Hindu dan orang-orang Sinhala umumnya beragama Buddha di Sri Lanka terjadi pertikaian dan peperangan yang telah memakan beribu-ribu korban. Belakangan ini kita juga sering mendengar atau membaca berita-berita tentang berbagai teror dan kekerasan yang dilakukan atas nama Tuhan dan agama. Penyerangan atas gedung World Trade Center di New York City pada 11 September 2001 dilakukan atas nama Tuhan. Demikian pula serangan yang dilakukan oleh sebuah gerakan agama baru, Aum Shinrikyo, di lima stasiun kereta api di bawah tanah di Tokyo pada 20 Maret 1995. Anggota kelompok ini berhasil menyebarkan gas sarin yang mematikan. Akibatnya, sebelas orang tewas, dan 5000-an orang luka-luka. Dalam perang Bosnia, tentara Serbia membunuh dan memperkosa ribuan orang Kroasia, Slovenia, dan Bosnia, dengan alasan-alasan keagamaan.Jadi, di satu pihak agama-agama mengajarkan perdamaian, tetapi di pihak lain para pemeluk agama seringkali melakukan tindakan-tindakan kekerasan atas nama agama, atas nama Tuhan. Mengapa demikian? Bukankah itu semua bertentangan dengan ajaran-ajaran damai setiap agama? Rasa Takut Peperangan dan konfl ik yang berlangsung dalam sejarah manusia biasanya disebabkan karena keinginan untuk mempertahankan atau merebut sumber-sumber yang langka. Perang Teluk I (1990–1991) dan Perang Teluk II (2003) terjadi karena pihak-pihak yang terlibat memperebutkan sumber-sumber minyak bumi yang sangat penting bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Perang dan konfl ik juga dapat terjadi karena kebanggaan semu akan keunggulan bangsa sendiri. Adolf Hitler menyerang negara-negara lain di Eropa karena keyakinannya bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang paling unggul dan diberkati Tuhan di muka bumi ini. Mereka ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dunia. Begitu pula pembantaian atas 800.000 warga suku Tutsi oleh suku Hutu selama 100 hari di Rwanda (1994) terjadi karena suku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti225Hutu yakin bahwa suku Tutsi hanyalah “kecoa” yang layak dihancurkan. Perang juga terjadi karena rasa takut yang berlebihan, meskipun tidak jelas sejauh mana rasa takut itu dapat dibenarkan. Perang Vietnam (1959-1975), aneksasi Timor Timur (1975), terjadi karena rasa takut akan bahaya komunis. Saat itu muncul “teori domino” yang meramalkan akan jatuhnya negara-negara Asia Tenggara ke tangan kekuatan komunis apabila tidak dihalangi dengan menghancurkan kekuatan komunis di Vietnam, Laos, Kamboja, dan Indonesia. Penghancuran terhadap PKI di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru juga terjadi karena alasan ini. Konfl ik di Indonesia Berbagai konfl ik pernah dan masih berlangsung di Indonesia hingga saat ini. Kita dapat mencatat konfl ik pada awal pembentukan Republik Indonesia dalam bentuk PRRI, Permesta, Darul Islam, dan lain-lain. Di Aceh dan Papua terjadi konfl ik karena masyarakat setempat merasa bahwa kekayaan alam mereka dikuras sementara rakyat sendiri tidak mencicipi hasilnya. Di Kalimantan pernah terjadi konfl ik antara suku Dayak dan Melayu melawan suku Madura yang dianggap terlalu menguasai sumber-sumber ekonomi masyarakat dan tidak menghargai masyarakat setempat. Di Maluku, Halmahera, Poso, terjadi konfl ik-konfl ik yang diduga terutama didasarkan oleh perebutan kekuasaan sosial-politik dan ekonomi namun kemudian ditutupi dengan alasan-alasan agama (Trijono, Dewi, & Qodir, 2004; Manuputy & Watimanela, 2004). Konfl ik juga pernah terjadi karena masalah rasial, seperti yang pernah dialami oleh etnik Tionghoa di Indonesia sepanjang sejarah bangsa ini hingga penganiayaan, pemerkosaan, dan pembunuhan yang dialami oleh ratusan perempuan Tionghoa pada Tragedi Mei 1998 yang mengawali keruntuhan pemerintahan Orde Baru (Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta, 2010).Ada pula konfl ik-konfl ik yang terjadi karena alasan-alasan agama: perusakan dan penghancuran rumah-rumah ibadah dan berbagai fasilitas yang terkait, penangkapan dan pembunuhan terhadap umat dan tokoh agama lain, halangan-halangan dan larangan bagi umat beragama tertentu untuk menjalankan ibadah dan kehidupan keagamaannya, dan lain-lain. Kejadian-kejadian seperti yang digambarkan di atas sering kita temukan dilaporkan di surat kabar maupun media massa lainnya. Sekelompok orang menganggap dirinya, ajarannya, agama yang dipeluknya sebagai yang paling benar dan satu-satunya yang memiliki hak hidup, sementara yang lainnya harus ditutup, dilarang, bahkan kalau perlu dihancurkan. Kehadiran orang lain yang berbeda ras, suku, bahasa, kelas sosial, agama, pemikiran, pendapat, Buku Guru Kelas XII SMA/SMK226dan lain-lain seringkali menimbulkan rasa gelisah, rasa terganggu, bahkan terancam. Coba simak berita berikut.Masjid Ahmadiyah Kembali Ditutup Desember 14, 2007 Penutupan Masjid Annur, tempat jemaah warga Ahmadiyah di desa Manislor, Kecamatan Jalaksana, sudah dua kali. Hal itu terjadi berdasarkan rentetan kejadian-kejadian sebelumnya. Tahun 2000 berdasarkan pengaduan dari masyarakat Desa Maniskidul mengharapkan adanya pembubaran Jemaat Ahmadiyah yang dianggap sesaat karena mengakui adanya nabi baru.Pemkab Kuningan akhirnya menerima respon pengaduan masyarakat dengan membuat SK (surat keputusan) bersama yakni Depag, Kejaksaan, Pemkab Kuningan, dan Kepolisian. Isi dari SK tersebut, intinya membubarkan Ahmadiyah dan ditetapkan secara hukum Tahun 2002. Namun jemaat Ahmadiyah tidak mengindahkan SK dan tetap melangsungkan kegiatannya. (Diambil dari Warta Desa, 2007). Walaupun ini terjadi pada tahun 2007, namun hingga tahun 2014, kejadian-kejadian serupa tetap muncul. Isu terkini adalah mengenai serangan dari IS (Islamic State). Menurutmu, bagaimana cara kita mengatasi semua ini? Konfl ik Antara Manusia dan Kerusakan Alam Perebutan sumber-sumber alam yang terbatas telah menyebabkan konfl ik antar manusia. Sebaliknya, konfl ik antar manusia juga telah menyebabkan rusaknya alam semesta. Di masa Perang Vietnam, AS menjatuhkan apa yang disebut “agen oranye”, yaitu zat-zat kimia yang dimaksudkan untuk menghancurkan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah sehingga tentara dan gerilyawan Vietkong tidak dapat bersembunyi di hutan-hutan. “ Agen oranye” ternyata tidak hanya mematikan pohon-pohon dan semak, tetapi juga mengakibatkan kerusakan pada manusia. Banyak orang yang dilahirkan dengan cacat tubuh dan wajah karena pengaruh “agen oranye” yang masuk lewat ibu yang mengandung mereka. Ancaman yang paling hebat yang dihadapi umat manusia sudah tentu adalah bom nuklir yang kini semakin luas penyebarannya di seluruh dunia. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti227Bom nuklir yang kekuatannya ribuan kali bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki berpotensi menghancurkan manusia, hewan-hewan, tumbuhan, dan seluruh alam kita. Kini bom nuklir pun ditemukan di negara-negara Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Inggris, China, India, Korea Utara, Pakistan, dan Israel. Bagi bangsa Indonesia, ancaman lain dari konfl ik yang terjadi dan tidak diselesaikan dengan baik, adil dan tidak memihak adalah kehancuran negara dan bangsa yang pluralistik ini. Keberadaan bangsa kita yang sejak awal pemben tukan nya disadari harus mengakomodasi semua perbedaan, sangat ditentukan oleh kesediaan kita semua untuk mengakui semboyan bangsa kita, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Tanpa kesediaan ini, akan sulit bagi bangsa kita untuk terus melangkah sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dialog Antariman Sebuah cara yang sangat baik untuk membangun saling pengertian dan saling menerima di antara masyarakat kita yang pluralistik ini adalah dengan ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan dialog antariman. Dalam kegiatan ini orang-orang tua maupun muda terlibat dalam pertemuan-pertemuan dialogis maupun kerja sama dengan saudara-saudara mereka yang datang dari latar belakang etnik, suku, kelas sosial, dan keyakinan yang berbeda-beda. Di Jakarta ada sebuah organisasi yang dinamai “Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Beragama” yang didirikan dengan tujuan seperti di atas. Dalam situs internetnya, dikatakan bahwa “Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Beragama (WKPUB) bertujuan untuk membangun persaudaraan yang sejati melalui kerja sama lintas agama dengan berbagai komunitas umat beragama, utamanya di wilayah Jakarta Timur dan sekitarnya. Wadah ini bergerak di tingkat akar rumput dengan berbagai kegiatan yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.”Kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh organisasi ini, antara lain adalah malam kebersamaan antarumat beragama, ceramah tentang ancaman dan bahaya narkoba untuk para pemuda lintas iman, malam peduli anak jalanan, dukungan dan advokasi kepada anak jalanan melalui Rumah Sahabat Anak Puspita (kegiatan rutin setiap bulan), kegiatan live-in pemuda lintas iman (dalam kerja sama dengan Yayasan Panca Dian Kasih), pasar murah untuk warga masyarakat di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, penyaluran bantuan untuk para pengungsi asal Aceh dan Maluku di Pesantren Modern Darul Ichsan, Cariu Bogor, penyaluran bantuan untuk korban kebakaran di RW Buku Guru Kelas XII SMA/SMK22805 di Kelurahan Rawa Bunga, Jakarta Timur, diskusi antarpemuda lintas iman mantan peserta live in, tatap muka dengan tokoh-tokoh agama di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Peristiwa yang cukup mengharukan adalah ketika umat yang mewakili berbagai agama dan kepercayaan berkumpul dan berdoa untuk calon Presiden dan Wakil Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla sebelum dilantik (www.tempo.co, Oktober 2014). Isi doa adalah sama, yaitu agar Bapak Joko Widodo diberikan kekuatan dan hikmat untuk memimpin negara dan bangsa Indonesia yang mengalami begitu banyak masalah.Kegiatan-kegiatan seperti di atas tentu akan sangat membantu setiap kelompok untuk lebih saling mengerti kelompok yang lain, menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi rasa curiga. Sebaliknya, mendorong semua pihak untuk bekerja sama dalam menciptakan rasa damai dan pelayanan bagi pihak-pihak yang sangat membutuhkan. Dalam Amsal 16:7 dikatakan, “Jikalau Tuhan berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa untuk hidup damai dengan sesama kita, bahkan dengan musuh, kita harus hidup dalam jalan yang diperkenan Tuhan. Itu berarti kita didorong, diharapkan, bahkan diwajibkan hidup dalam damai sejahtera Allah dengan sesama kita, bahkan juga dengan orang-orang yang membenci kita. Surat Roma 12:18 mengingatkan kita: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Surat ini ditulis kepada jemaat Kristen di kota Roma. Mereka hidup sebagai kelompok minoritas di tengah-tengah mayoritas yang tidak mengenal Kristus dan bahkan memusuhinya. Kepada jemaat ini, Rasul Paulus menasihati agar mereka berusaha sedapat mungkin untuk hidup dalam perdamaian dengan orang lain. Mereka tidak perlu takut dan khawatir akan status mereka sebagai kelompok minoritas, melainkan berusaha secara aktif membangun jembatan penghubung antara mereka dengan orang lain, sehingga terciptalah saling pengertian dan keharmonisan di dalam masyarakat. Roma 12:20 lebih jauh berkata demikian: “Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.” Dari ayat ini kita belajar bahwa usaha menghadirkan damai sejahtera harus dimulai dari diri kita sendiri. Dengan mengusahakan perdamaian, dengan memberikan makan dan minum bagi mereka yang membutuhkan, bahkan bagi orang-orang yang membenci kita sekalipun, kita akan mampu menciptakan hidup yang damai. Next >