< Previous51Ilmu Pengetahuan AlamKeterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah dikemukakan Treffinger (Alexander, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah, khususnya masalah kompleks. Hal demikian dapat dipahami karena menurut Wheeler dkk. (Alexander, 2007) tanpa kemampuan berpikir kreatif, individu sulit mengembangkan kemampuan imajinatifnya sehingga kurang mampu melihat berbagai alternatif solusi masalah. Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir kreatif memungkinkan seorang individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang akan diselesaikan. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang dkk. (2004). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci yang menstimulasi peserta didik untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif sangat berperan dalam mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai metode, dan mengeksplorasi alternatif solusi. Berbagai alternatif metode atau solusi tersebut harus dianalisis dan dievaluasi untuk selanjutnya diimplementasikan. Solusi yang diperoleh juga perlu diverifikasi kesesuaiannya dengan masalah yang diketahui. Proses demikian merupakan karakteristik proses berpikir kritis. Dengan demikian, selain kemampuan berpikir kreatif, aktivitas keberhasilan pemecahan masalah juga mempersyaratkan kemampuan berpikir kritis. Contoh keterkaitan berpikir kreatif dan berpikir kritis dalam pembelajaran misalnya pada bab teknologi ramah lingkungan. Pada pembelajaran ini peserta didik dihadapkan pada persoalan terbatasnya ketersediaan air bersih di perkotaan. Peserta didik diminta memberi solusi dengan teknologi ramah lingkungan. Pada pembelajaran ini peserta didik melakukan proses kognitif sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi penyebab terbatasnya air bersih, 2) Mengeksplorasi ide untuk mengatasi keterbatasan air bersih dengan menawarkan berbagai solusi teknik penjernihan air (teknik penjernihan air dengan penyaringan sederhana, teknik penjernihan air dengan tumbuhan, teknik penjernihan air dengan biji kelor), 3) Menganalisis teknik yang paling relevan untuk diimplementasikan, 4) Menentukan teknik yang penjernihan air yang akan diimplementasikan. Proses kognitif 1) dan 2) adalah berpikir kreatif dan proses kognitif 3) dan 4) adalah berpikir kritis. 52Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumMenurut Harris (1998), kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan kemampuan esensial dalam aktivitas pemecahan masalah. Bahkan lebih jauh ia menyatakan bahwa kedua kemampuan ini juga merupakan kemampuan esensial untuk sukses dalam dunia atau kehidupan kerja. Menurut Harris (1998), berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen logis, mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan memfokuskan pada jawaban yang paling tepat. Sementara berpikir kreatif memfokuskan pada eksplorasi berbagai ide, memperhatikan kemungkinan-kemungkinan, menghasilkan berbagai alternatif jawaban daripada hanya memfokuskan pada satu jawaban. Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan saling bergantian perannya dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentifikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah, dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan, dan memilih di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan untuk selanjutnya diimplementasikan dan akhirnya mengevaluasi efektivitas solusi tersebut. Kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang dalam ruang hampa, tetapi memerlukan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan tersebut menurut Isaksen (Alexander, 2007) dapat berupa konteks, tempat, situasi, iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat McIntosh (2000) bahwa pemecahan masalah dapat dipandang atau berperan sebagai konteks. Pentingnya pemecahan masalah dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif juga dikemukakan Robinson (McGregor, 2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif memerlukan aktivitas (doing something). Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas pemecahan masalah. Menurut Alexander (2007), aktivitas pemecahan masalah yang dirancang dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaskan oleh Pehnoken (1997) bahwa aktivitas pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan kognitif umum yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Meskipun aktivitas pemecahan masalah berfungsi sebagai konteks dan wahana bagi tumbuhnya kemampuan berpikir 53Ilmu Pengetahuan Alamkreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah belum tentu mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock (Mann, 2005), dengan menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui, individu dapat secara sistematis menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu kreatif karena tidak mengeksplorasi dan mengelaborasi pemahamannya. Meskipun aktivitas pemecahan masalah berperan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi tidak semua jenis masalah mempunyai potensi demikian. Menurut Hashimoto (1997), jenis masalah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik adalah masalah atau soal terbuka (open ended). Masalah terbuka memicu peserta didik untuk secara kreatif mengeksplorasi berbagai cara atau solusi dari masalah tersebut.b. Prosedur Pembelajaran dengan Creative Problem Solving (CPS)Tiga komponen proses dalam CPS dapat dijabarkan kembali ke dalam enam tahap yang menekankan adanya keseimbangan dalam menggunakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kreatif merupakan proses divergen yang dimulai dari satu hal atau pertanyaan, kemudian diperluas menjadi beberapa tujuan sehingga menghasilkan banyak kemungkinan baru. Sedangkan berpikir kritis merupakan proses konvergen, yaitu suatu usaha mengambil beberapa ide yang berbeda, kemudian merumuskannya dalam satu tujuan atau hasil (Trefingger, 2005b). Agar dapat mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah, maka peserta didik harus menggunakan kedua aspek tersebut yakni memunculkan banyak ide dan pemfokusan. Tahapan pembelajaran sesuai dengan CPS disajikan pada Tabel 2.7.Tabel 2.7 Tahap Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)Proses Langkah CPSDeskripsiMemahami tantangan (Understanding the Challenge)1. Membangun kesempatan (Constructing Opportunities)Memahami dan menganalisis konteks permasalahan yang dibimbing oleh guru.2. Mengeksplorasi data (Exploring Data)Penjelasan konteks masalah oleh guru, serta pengolahan informasi/data dan fakta untuk membentuk konsep yang diperlukan dalam memecahkan masalah.3.Menentukan permasalahan (Framing Problems)Merumuskan pernyataan-pernyataan masalah yang selanjutnya dipilih untuk dipecahkan melalui diskusi kelompok.54Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumProses Langkah CPSDeskripsiMenghasilkan gagasan (Generating Idea)4. Menghasilkan gagasan (Generating Idea)Menghasilkan banyak ide (kelancaran berpikir) yang bervariasi, memiliki perspektif baru (fleksibilitas), ide baru, dan ide yang tidak biasa (originalitas), kemudian berfokus pada identifikasi ide-ide yang menarik atau potensial yang dapat digunakan melalui kegiatan diskusi.Memeper-siapkan Aksi (Preparing for Action)5.Mengembangkan solusi (Developing Solutions)Memperkuat solusi serta mengevaluasi dan memilih solusi yang tepat atas masalah yang ingin dipecahkan.6. Membangun penerimaan (Building Acceptance)Mengomunikasikan solusi atas masalah yang dipecahkan melalui presentasi dan memberi tanggapan atas solusi yang disampaikan kelompok lain. Selanjutnya, dikoreksi bersama melalui diskusi kelas sehingga membuat solusi yang diberikan lebih bernilai dan dapat diterima.(Sumber: diadaptasi dari Treffiinger dan Isaksen, 2005)Pepkin (2000:64) menuliskan langkah-langkah Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran IPA sebagai hasil gabungan prosedur Von Oech dan Osborn, di antaranya sebagai berikut.1) Klarifikasi masalah, meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang diajukan agar peserta didik dapat memahami tentang penyelesaiannya yang diharapkan. 2) Pengungkapan masalah, peserta didik dibebaskan untuk mengungkap-kan gagasan tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. 3) Evaluasi dan seleksi, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah.4) Implementasi, peserta didik menentukan strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya hingga menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. CPS dalam pembelajaran IPA dapat diukur melalui beberapa indikator. Indikator merupakan sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Pepkin (2000:63) indikatornya sebagai berikut.55Ilmu Pengetahuan Alam1) Peserta didik mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah, maksudnya adalah peserta didik dapat membuat langkah-langkah proses pemecahan masalah dengan memperkirakan keadaan konteks soal.2) Peserta didik mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah. Maksudnya adalah peserta didik dapat menentukan langkah-langkah pengerjaan melalui beberapa strategi pemecahan masalah. 3) Peserta didik mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. Artinya, setelah membuat beberapa kemungkinan-kemungkinan solusi, maka peserta didik dapat menyeleksi strategi-strategi yang dianggap mudah dan efektif. 4) Peserta didik mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal. Artinya, peserta didik dapat memilih dari kemungkinan pengerjaan solusi yang paling mudah dan efektif dalam pemecahan masalah.5) Peserta didik mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. Dari strategi yang didapatkan, peserta didik mampu mengembangkannya menjadi suatu jawaban 6) Peserta didik mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan dalam berbagai bidang dan situasi. Maksudnya adalah peserta didik dapat menggunakan metode CPS pada pokok bahasan lain dalam IPA, bahkan mata pelajaran lain. Peserta didik dalam setiap proses pembelajaran menggunakan prosedur dari CPS. Selain itu, dalam proses pembelajaran yang berlangsung menggunakan CPS, dapat dilakukan penilaian proses yang menurut HOSA (2011) sebagai berikut.1) Mengerti masalah.2) Efektivitas menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam pemecahan masalah.3) Penyelesaian yang logis.4) Penyelesaian adalah hal penting dan bekerja sama. 56Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk Umum5) Memberikan solusi yang baik dengan menyertakan data atau fakta-fakta.6) Menunjukkan imajinatif dan inovatif digunakan untuk memberikan solusi masalah. 7) Fakta dari kerja kelompok dalam mencari jawaban. 8) Organisasi, pengiriman, dan kualitas presentasi lisan. 9) Kualitas jawaban dari pertanyaan penilai.10) Keseriusan kelompok dalam memaparkan hasil atau solusi yang diperoleh.c. Contoh Implementasi Pembelajaran dengan Creative Problem Solving (CPS)Contoh pembelajaran dengan menggunakan Creative Problem Solving (CPS) ini diambil dari materi yang akan dipelajari peserta didik pada bab Teknologi Ramah Lingkungan. Pada kegiatan pembelajaran ini, peserta didik dihadapkan pada masalah kurangnya ketersediaan air bersih. Selanjutnya, peserta didik diarahkan untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara menerapkan teknologi ramah lingkungan, seperti membuat penyaringan air sederhana. Berikut ini akan dipaparkan secara rinci kegiatan pembelajaran dengan menggunakan CPS.Tabel 2.8 Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Creative Problem Solving (CPS)ProsesTahap CPSKegiatan Peserta didikMemahami tantangan (Understanding the Challenge)1. Membangun kesempatan (Constructing Opportunities) Peserta didik ditunjuki beberapa masalah tentang berkurangnya kebutuhan air bersih, terutama di daerah perkotaan. Peserta didik juga ditunjuki fakta-fakta tentang berkurangnya air bersih. Peserta didik selanjutnya diarahkan untuk menganalisis atau mengidentifikasi masalah akibat berkurangnya ketersediaan air bersih.57Ilmu Pengetahuan AlamProsesTahap CPSKegiatan Peserta didik2. Mengeksplorasi data (Exploring Data) Peserta didik diberi kesempatan untuk membuat daftar konsep yang harus diterapkan atau dipelajari dalam mengatasi masalah ketersediaan air bersih. Guru dapat membantu peserta didik untuk mengarahkan penerapan konsep teknologi ramah lingkungan dalam mengatasi masalah kekurangan air bersih.3.Menentukan permasalahan (Framing Problems) Peserta didik diarahkan untuk mengatasi masalah kekurangan air bersih dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, seperti membuat penyaringan air sederhana. Guru juga mengarahkan peserta didik pada fokus masalah yakni tentang cara menyusun bahan yang efektif pada alat penyaring sehingga dapat menghasilkan air yang bersih. Peserta didik dapat menuliskan rumusan masalahnya sesuai dengan kesepakatan kelompok untuk mempertegas masalah yang sesuai dengan arahan guru.Menghasilkan gagasan(Generating Ideas)4. Menghasilkan gagasan (Generating Idea) Peserta didik diberi kesempatan berdiskusi serta mengeksplorasi ide-ide untuk menyusun alat penyaring air yang efektif. Peserta didik dapat memodifikasi letak susunan bahan, komposisi bahan, dan banyaknya lapisan sesuai dengan pemikiran kreatif peserta didik. Peserta didik juga harus dapat menuliskan alasan pemilihan penyusunan alat yang telah ditentukan kelompok tersebut. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan percobaan sesuai dengan rancangannya. Peserta didik mencatat hasil-hasil percobaannya.58Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumProsesTahap CPSKegiatan Peserta didikMempersiapkan tindakan (Preparing for the Action)5. Mengembang-kan solusi (Developing Solutions) Peserta didik menganalisis hasil-hasil percobaannya yakni dengan mengaitkan hasil dengan konsep-konsep atau alasan yang mendasari penyusunan alat. Peserta didik melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil percobaannya. Peserta didik dapat menuliskan kelebihan dan kekurangan alat penyaring yang telah disusun berdasarkan hasil percobaannya.6. Membangun penerimaan (Building Acceptance) Peserta didik mengomunikasikan hasil percobaannya dengan presentasi. Setiap kelompok menerima kritik dan saran dari kelompok lain. Setiap kelompok melakukan perbaikan hasil kerja berdasarkan kritik dan saran yang diberikan. Peserta didik menuliskan kesimpulan dan saran tentang susunan atau komposisi alat penyaring air yang efektif, setelah membandingkan hasil percobaan seluruh kelompok.59Ilmu Pengetahuan AlamPenilaian Pembelajaran IPA, Pembelajaran Remedial, dan PengayaanBAB3A. Penilaian Pembelajaran IPAPenilaian menjadi aspek penting dalam pembelajaran. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Aspek penilaian menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan belajar peserta didik.Berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Penilaian ini dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Secara rinci, penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi; 2. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi; 3. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi; dan 4. memperbaiki proses pembelajaran.Penilaian dalam Kurikulum 2013 mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian dilakukan terhadap penguasaan tingkat kompetensi sebagai capaian pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, penilaian hasil belajar menggunakan berbagai instrumen penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, serta bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan sebagai sumber informasi utama dan dalam pelaporannya menjadi tanggung jawab wali kelas. Hasil penilaian pencapaian sikap oleh pendidik disampaikan dalam bentuk deskripsi atau predikat. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktikum, produk, proyek, portofolio dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan oleh pendidik disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.60Buku Guru Kelas IX SMP/MTsPetunjuk UmumBerdasarkan panduan penilaian untuk SMP (Kemdikbud, 2015), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penilaian. 1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Dasar (KD).2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu penilaian yang dilakukan dengan membandingkan capaian peserta didik dengan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Hasil penilaian, baik yang formatif maupun sumatif, seorang peserta didik tidak dibandingkan dengan skor peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan. 3. Penilaian dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Artinya semua indikator diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar (KD) yang telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa program peningkatan kualitas pembelajaran, program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi KKM. Hasil penilaian juga digunakan sebagai umpan balik bagi orang tua/wali peserta didik dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik Uraian berikut tentang pengertian dan teknik-teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diintisarikan dari Panduan Penilaian untuk SMP yang diterbitkan Kemdikbud (2015).1. Penilaian SikapPenilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui kecenderungan perilaku spiritual dan sosial peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian/perkembangan sikap peserta didik dan memfasilitasi tumbuhnya perilaku peserta didik sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD dari KI-1 dan KI-2.Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama peserta didik di luar jam pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal). Jurnal berisi catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu (incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak hanya didasarkan pada apa yang dilihat langsung oleh guru, wali kelas, dan guru BK, tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid yang diterima dari berbagai sumber. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta Next >