< PreviousAnalisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 335angkan secara tegak lurus ke permukaan larutan 4. Biarkan selama 10 menit, kocok lalu tempatkan da-lam penangas air selama 15 menit 5. Ukur absorbansinya pada 490 nm untuk hektosa dan 480 nm untuk pen-tosa dan asam uronat 6. Buat kurva standar b. Penetapan sampel 1. Untuk menetapkan total karbohidrat, sampel harus dibuat cairan terlebih da-hulu (saring jika terbentuk endapan) atau lakukan tahap ekstraksi seperti penetapan total karbohi-drat metod eCleg-Anthro-ne untuk sampel selain cairan jernih. Untuk me-nentukan total gula dan bahan padat, sampel ha-rus dipersiapkan dahulu 2. Lakukan penetapan sam-pel seperti pada pem-buatan kurva standar kemudian tentukan total karbohidrat atau total gula sampel (dinyatakan seba-gai persen glukosa) 16.1.1.3.4 Metode DNS Pada prinsipnya metode DNS menciptakan suasana alkali agar gula pereduksi dapat mereduksi asam 3,5-dinitrosolisilat (DNS) membentuk senyawa yang dapat diukur absorbansinya pada pan-jang gelombang 550nm. Pereaksi yang digunakan dalam metode DNS adalah : 1. Pereaksi DNS Larutkan 10.6 g asam 3,5-dinitrosalisilat dan 19.8 g NaOH ke dalam 1416 ml air. Kemudian tambahkan ke da-lam larutan tersebut 306 g NaAAK-Tartrat, 7.6 ml fenol (cairkan pada suhu 50 oC) dan 8.3 g Na-metabisulfit. Campuran merata. Titrasi 3 ml pereaksi DNS dengan HCl 0.1 N dan indikator fenolftalein. Seha-rusnya dibutuhkan 5-6 ml HCl 0.1 N, jika kurang dari itu tambahkan 2 g NaOH untuk setiap kekurangan 0.1 ml HCl 0.1 N. 2. Larutan glukosa standar 0.2 – 0.5 mg/ml. Peralatan yang digunakan 1. Penangas air 2. Spektrofotometer 3. Tabung reaksi Cara Kerja : 1. Sampel disaring agar diper-oleh cairan jernih 2. Masukan 1 ml sampel ke da-lam tabung reaksi, tambahkan 3 ml pereaksi DNS 3. Tempatkan dalam air men-didih selama 5 menit. Biarkan dingin sampai suhu ruang 4. Encerkan sampel bila diper-lukan sampai dapat terukur pada kisaran 20 – 80% T pada Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 336panjang gelombang 55º nm. Gunakan air sebagai blanko. 5. Buat kurva standar dengan menggunakan larutan glukosa standar dengan kisaran 0.2 – 5 mg/ml. 6. Untuk sampel yang sedikit mengandung glukosa, tam-bahkan 0.1 mg glukosa ke dalam masing-masing sampel 7. Tiga mililiter pereaksi DNS akan bereaksi dengan kurang lebih 10 mg glukosa. Oleh karena itu sampel harus diencerkan dahulu sampai kira-kira mengandung < 5 mg glukosa. Catatan : 1. Reaksi pembentukan warna terjadi pada suasana basa, oleh karena itu sampel yang bersifat asam harus dinetral-kan dahulu 2. Metode ini tidak spesifik dan akan mengukur seluruh se-nyawa pereduksi. Jika glu-kosa digunakan sebagai stan-dar, maka untuk menentukan selobiosa, nilai yang diperoleh 15 % lebih rendah dari yang sebenarnya, sedangkan untuk silosa 15% lebih tinggi. 16.1.1.3.5 Metode Nelson-Somogyi Pereaksi yang digunakan pada metode Nelson-Somogyi adalah : 1. Pereaksi tembaga sulfat Larutkan 28 g Na2HPO4 anhydrous dan 4 g sodium potasium dalam 700 ml air. Tambahkan 100 ml NaOH 1 N sambil diaduk, kemudian tambahkan 80 ml kuprisulfat 10% (w/v). Tambahkan 180 g Na2SO4 anhydrous, kemudian tepatkan larutan hingga 1000 ml. Biarkan selama semalam, kemudian dekantasi superna-tan jernih atau saring dahulu. 2. Pereaksi arsenomolibdat Larutkan 25 g amonium molibdat dalam 450 ml air, tambahkan 21 ml H2SO4 pekat, campurkan merata. Tambahkan 3 g Na2H2SO4 7H2O yang sudah dilarutkan dalam 25 ml air. Aduk dan inkubasi pada 37oC selama 24 – 48 jam. Simpan di dalam botol berwarna coklat dan di dalam lemari. 3. Larutan glukosa standar Larutan stok glukosa standar 1 % (w/v) dalam asam benzoat jenuh diencerkan se-hingga diperoleh larutan glu-kosa standar dengan kon-sentrasi masing-masing 50, 150 dan 300 µg/ml. Peralatan 1. Spektrofotometer 2. Tabung reaksi 16 x 150 mm + tutup gelas atau kelereng 3. Rak tabung reaksi 4. Penangas air Cara Kerja 1. Pipet 2 ml larutan sampel jernih yang bebas impuritas, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml pe-Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 337reaksi tembaga sulfat. Tutup tabung reaksi 2. Tempatkan tabung reaksi da-lam penangas air 100 oC selama 10 menit, kemudian dinginkan selama 5 menit dalam air mengalir 3. Tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, campur hingga rata 4. Encerkan isi tabung reaksi sampai volume antara 10 – 25 ml, tergantung kepekatan warna larutan 5. Ukur absorbansinya pada 500 atau 520 nm (absorbansi maksimum pada 660 nm). Blanko dibuat sama seperti di atas kecuali sampel diganti dengan air 6. Buat kurva standar dari larutan glukosa standar 50, 150 dan 300 µg/ml dengan cara yang sama seperti penetapan sampel. Catatan : 1. Warna yang terbentuk stabil 2. Pemanasan dan pendinginan untuk seluruh sampel atau standar dilakukan secara bersamaan dan seragam. 16.1.1.3.6 Metode Ferisianida Basa Prinsip dasar dari metode fer-isianida basa adalah bahwa di atas pH 10.5, gula akan mereduksi ferisianida menjadi ferosianida yang akan bereaksi dengan ion feri membentuk se-nyawa biru prussian yang dapat diukur intensitasnya dengan menggunakan spektrofotometer. Pereaksi yang digunakan dalam metode ferisianida basa adalah : 1. Larutan sianida basa Larutan ini dibuat dengan melarutkan 0.65 g potassium sianida kedalam 1000 ml la-rutan sodium karbonat 0.53% (w/v) 2. larutan potassium ferisianida 0.05% (w/v) dalam air 3. Larutan feriamonium sulfat Larutan feriamonium sulfat dibuat dengan melarutkan 1.5 g feriamonium sulfat ke dalam 1000 ml H2SO4 0.05N Peralatan Utama : 1. Penangas air 2. Spektrofotometer Cara Kerja : 1. Campurkan 2 ml larutan sampel jernih yang bebas impuritas dengan 1 ml larutan sianida dan 1 ml larutan feriamonium sulfat (sampel diperkirakan mengandung 1 – 9 µg glukosa/2 ml) 2. Panaskan dalam penangas sir 100oC selama 15 menit 3. Warna biru yang terbentuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang 700 nm 4. Buat kurva standar dari larutan glukosa standar 1-10 µg/2 ml yang diperlukan se-perti tahap 1 sampai dengan tahap 3. Blanko dibuat de-ngan cara yang sama seperti tahap 1 Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 338sampai dengan tahap 3, dimana larutan sampel diganti dengan air. Catatan : 1. Warna biru yang terbentuk stabil 2. Proses pemanasan harus di-lakukan secara serentak dan sama untuk seluruh sampel dan standar. 16.1.1.4 Sukrosa Kandungan sukrosa dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan mengukur total gula sesudah inversi dan total gula pereduksi. Metode pengukuran yang dapat digunakan adalah metode Lane-Eynon dan Sahffer-Somogyi. Ni-lai total sukrosa sama dengan total gula setelah inversi di-kurangi dengan total gula pereduksi dikalikan dengan 0.95. Sukrosa = (total gula-total gula pereduksi) x 0.95 Penentuan sukrosa di dalam ba-han pangan dengan meng-gunakan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa gula non pereduksi yang ada di dalam ba-han pangan tersebut seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari sukrosa. 16.1.1.5 Pati Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu : 16.1.1.5.1 Metode Hidrolisis Asam Metode hidrolisis asam dapat digunakan untuk menentukan kadar pati dalam bahan pangan yang diketahui hanya mengan-dung pati (dan dekstrin). Metode ini memiliki tingkat ketepatan yang rendah. Prinsip dari metode hidrolisis asam adalah menghidrolisis pati dengan menggunakan asam sehingga terbentuk gula-gula. Gula yang terbentuk selanjutnya ditetapkan jumlahnya, sehingga kadar pati kadap diketahui. Pereaksi yang digunakan pada metode hidrolisis asam adalah : 1. Eter 2. Alkohol 10 % dan 80 % 3. HCl ± 25 % (berat jenis 1.125) 4. NaOH 45 % Peralatan utama yang digunakan adalah : 1. Timbangan analitik 2. Erlenmeyer 3. Gelas piala 4. Kertas saring 5. Pendingin balik 6. Penangas air Cara Kerja 1. Timbang 2 – 5 g sampel (berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair) dalam gelas piala 250 ml 2. Tambahkan 50 ml alkohol 80 % dan aduk selama 1 jam 3. Saring suspensi tersebut dengan kertas saring dan cuci Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 339dengan air sampai volume filtrat 250 ml. Filtrat ini mengandung karbohidrat yang terlarut dan dibuang 4. Untuk bahan yang mengan-dung lemak, pati yang ter-dapat sebagai residu pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 ml eter. Biarkan eter menguap dari residu, kemudian cuci kembali de-ngan 150 ml alkohol 10 % untuk membebaskan lebih lanjut karbohidrat yang ter-larut 5. Pindahkan rsidu secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer dengan cara pencucian menggunakan 200 ml air dan tambahkan 20 ml HCl 25%. Tutup dengan pendingin balik dan pasakan di atas penangan air sampai mendidih selama 2.5 jam 6. Biarkan dingin dan netralkan dengan NaOH 45% dan encerkan sampai volume 500 ml 7. Saring kembali dengan meng-gunakan kertas saring 8. Tentukan kadar gula yang dinyatakan sebagai glukosa dari filtrat yang diperoleh. Penentuan glukosa dilakukan seperti pada penentuan gula pereduksi 9. Kadar pati dalam bahan pangan tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan bobot glukosa dengan faktor 0.9 16.1.1.5.2 Metode Polarimetri Metode polarimetri merupakan metode baku yang banyak digunakan untuk menentukan kadar pati pada biji-bijian, khu-susnya tepung. Pereaksi yang digunakan dalam metode polarimetri adalah : 1. Larutan kalsium Klorida Asam Larutan kalsium klorida asam dibuat dengan melarutkan 620 g CaCl2.6H2O) dalam 180 ml air, saring sampai jernih. Tambahkan 50 ml larutan sodium asetat trihidrat 36% (w/v) kedalam filtrat jernih. Sesuaikan pH larutan menjadi 2.3 dengan menambahkan asam asetat. Sesuaikan be-rat jenis larutan menjadi 1.3 pada 20oC. 2. Larutan carrez I Larutan Carrez I dibuat dengan melarutkan 21.9 g Zn-asetat dihidrat dan 30 ml asam asetat ke dalam 100 ml air 3. Larutan Carrez II Larutan Carrez II dibuat dengan melarutkan 10.6 g potassium ferosianida dalam 100 ml air Peralatan utama yang digunakan adalah : 1. Otoklaf 2. Kertas Whatman no. 541 3. Polarimeter Cara Kerja 1. Campurkan 2.5 g sampel dengan 10 ml air dalam gelas piala tinggi 400 ml sampai terbentuk pasta lembut Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 3402. Tambahkan 50 ml larutan kalsium klorida, aduk hingga rata 3. Masukkan ke dalam otoklaf, panaskan pada tekanan 103.42 kN/m2 selama 10 menit 4. Dinginkan campuran dengan cara merendamnya dalam air dingin. Pindahkan campuran ke dalam labu ukur 100 ml. Cuci gelas piala dengan larutan kalsium klorida dan masukkan bilasan ke dalam labu ukur. Tambahkan laru-tan kalsium klorida ke dalam labu ukur sampai volume campuran kira-kira 90 ml 5. Tambahkan 2 ml larutan Carrez I dan campur hingga merata. Tambahkan 2 ml larutan Carrez II dan campur hingga merata. Tambahkan larutan kalsium klorida hingga volume campuran mencapai 100 ml. 6. Saring dengan kertas What-man no. 541 hingga diperoleh filtrat yang jernih 7. Buang 15-20 ml filtrat bagian atas 8. Ukur filtrat pada polarimeter Perhitungan : Kadar pati (g) dalam 100 g bahan pangan dapat dihitung dengan persamaan : n x 104 = ----------------- 203 x 5 n = hasil pembacaan polarimeter pada 20oC dalam tabung 2 dm (α)20D = 203 16.1.1.5.3 Metode Ekstraksi Asam Perklorat Metode ekstraksi asam perklorat cukup baik untuk menentukan kadar pati pada serealia. Prinsip-nya menentukan kadar gula dengan metode Anthrone sehing-ga kadar pati dalam sampel dapat diketahui. Gula bebas dalam sampel harus dihilangkan dahulu dengan cara ekstraksi dengan etanol 80 %, residu pati yang diperoleh ditam-bahkan asam perklorat sehingga dihasilkan gula yang akan diten-tukan kadarnya. Pereaksi yang digunakan dalam metode ekstraksi asam perklorat adalah : 1. Etanol 80 % (v/v) 2. Asam perklorat 52% (v/v) Larutan asam perklorat ini dibuat dengan menambahkan 270 ml asam perklorat 72 % ke dalam 100 ml air secara perlahan-lahan 3. Pereaksi Anthrone Pereaksi Anthrone diperoleh dengan melarutkan 1 g Anthrone ke dalam 1000 ml larutan yang mengandung 760 ml H2SO4 pekat (larutan H2SO4 76%). Buat setiap hari akan digunakan. 4. Larutan gula standar Larutan gula standar dibuat dengan melarutkan glukosa Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 341standar sebanyak 25, 50, dan 100 µg ke dalam 1 ml air Peralatan utama yang digunakan dalam metode ekstraksi asam perklorat adalah : 1. Sentrifus 2. Spektrofotometer 3. Magnetic stirrer Cara Kerja 1. Timbang 0.2 g sampel dalam bentuk tepung, masukan ke dalam tabung sentrifus 50 ml. Tambahkan 2 tetes etanol 80 % (v/v) untuk membasahkan sampel. Kemudian tambah-kan 5 ml air. Campur hingga rata. 2. Tambahkan 25 ml etanol 80 % (v/v) panas, campur hingga rata, biarkan selama 5 menit, sentrifus 3. Dekantasi supernatan, kemu-dian ulangi ekstraksi dengan 30 ml etanol 80% 4. Tambahkan 5 ml air kedalam residu, kemudian tambahkan 6.5 ml asam perklorat 52% sambil diaduk di atas magne-tik stirrer. Lakukan pengadu-kan selama 5 menit sesudah penambahan asam perklorat. Diamkan sebentar. Aduk lagi selama 15 menit. 5. Tambahkan 20 ml air, sen-trifus kembali 6. Dekantasi supernatan, ma-sukan ke dalam labu ukur 100 ml. Ekstraksi kembali residu seperti sebelumnya (tahap 4 s/d 6). Masukan supernatan ke dalam labu ukur yang berisi hasil dekantasi I. Tam-bahkan air sehingga volume-nya menjadi 100 ml 7. Buang 5 ml filtrat bagian atas, selebihnya saring 8. Encerkan sejumlah filtrat sehingga mengandung 100 µg glukosa/ml 9. Ambil 1 ml filtrat yang telah diencerkan, masukan ke dalam tabung reaksi bertutup karet/kelereng, tambahkan 1 ml air dan 10 ml pereaksi Anthrone, campur hingga me-rata 10. Panaskan tabung reaksi da-lam penangas air 100oC selama 12 menit, dinginkan 11. Buat kurva standar. 12. Baca asorbansinya pada 607 nm. 16.1.1.5.4 Metode Enzimatis Metode enzimatis diawali dengan mengekstrak sampel mengguna-kan dimetilsulfoksida dan asam sehingga pati terdegradasi. Pati yang sudah terdegradasi kemu-dian dihidrolisa oleh enzim amil-oglukosidase sehingga terbentuk gula. Gula yang terbentuk dapat ditentukan jumlahnya dengan sa-lah satu metode penetapan total gula. Pereaksi yang digunakan dalam metode enzimatis adalah : 1. Dimetilsulfoksida 2. HCl 8 N 3. Buffer asetat 0.1 M, pH 4.6 4. Larutan amiloglukosidase 10 mg/ml Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 342 Peralatan yang digunakan 1. Penangas air 2. Spektrofotometer Cara Kerja 1. Sampel sebanyak 100 mg diekstrak dalam bentuk te-pung bebas gula dengan cara menambahkan 20 ml dimetil-sulfoksida dan 5 ml HCl 8N dalam penangas air 60 oC selama 30 menit 2. Dinginkan, saring jika keruh 3. Encerkan supernatan jernih sehingga mengandung 0.2 – 0.4 pati/liter 4. Campurkan 0.2 ml supernatan dengan 0.2 ml buffer asetat 0.1 M, pH 4.6. Tambahkan 0.02 ml larutan amiloglukosidase (10 mg/ml) 5. Inkubasi campuran tersebut pada suhu 20 – 25oC selama 15 menit 6. Sesudah inkubasi, tentukan kadar gula campuran dengan menggunakan salah satu metode penetapan gula. Catatan : 1. Ekstrasi awal dengan asam dan dimetilsulfoksida akan mengakibatkan beberapa dari polisakarida mengalami de-gradasi selain pati. 2. Amiloglucosidase akan mela-kukan hidrolisis pada ikatan glukosidik α-1,2. 16.1.1.6 Amilosa Reaksi antara amilosa dengan senyawa Iod akan menghasilkan warna biru. Intensitas warna biru akan berbeda tergantung dari kadar amilosa dalam bahan. Pereaksi yang digunakan dalam penentuan amilosa adalah : 1. Amilosa standar 2. Etanol 95 % 3. NaOH 1 N 4. Larutan Iod 5. Larutan 0.2 g Iod dan 2 g KI dalam 100 ml air. 6. Asam asteta 1N Peralatan 1. Penangas air 2. spektrofotometer 3. Tabung reaksi 4. Labu ukur 100 ml 5. Pipet 1 ml, 2 ml, dan 9 ml. Cara Kerja meliputi 2 arah : 1. Pembuatan kurva standar 1. Timbang 40 mg amilosa mur-ni, masukan kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml eta-nol dan 9 ml NaOH 1N. 2. Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit sampai se-mua bahan membentuk gel. Setelah itu dinginkan. 3. Pindahkan seluruh campuran kedalam labu ukur 100 ml. Tambahkan air hingga men-capai tanda tera 4. Pipet masing-masing 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan diatas dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. 5. Tambahkan asam asetat 1N berturut-turut 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 343dan 1 ml, tambahkan masing-masing 2 ml larutan Iod. 6. Tambahkan air sehingga ting-gi campuran dalam labu ukur mencapai tanda tera. Biarkan selama 20 menit. 7. Intersitas warna biru yang ter-bentuk diukur dengan spek-trofotometer pada panjang gelombang 625 nm. 8. Buat kurva standar antara konsentrasi amilosa dengan absorbans. 2. Penetapan sampel 1. Timbang 100 mg sampel dalam bentuk tepung (sampel sebagian besar terdiri dari pati, jika ba-nyak mengandung kom-ponen lainnya, ekstrak dulu patinya baru diana-lisis kadar amilosanya), masukan kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. 2. Panaskan dalam air mendi-dih selama 10 menit sampai terbentuk gel. 3. Pindahkan seluruh gel ke dalam labu ukur 100 ml, kocok, tambahkan air hingga permukaan larutan mencapai tanda tera. 4. Pipet 5 ml larutan tersebut, masukan keda-lam labu ukur 100 ml. Tambahkan 1 ml asam asetat 1N dan 2 ml larutan Iod. 5. Tambahkan air hingga permukaan larutan men-capai tanda tera, kocok, diamkan selama 20 menit. 6. Ukur intensitas warna de-ngan spektrofotometer pa-da panjang gelombang 625 nm. 7. Hitung kadar amilosa da-lam sampel. 16.1.1.7 Serat kasar Serat kasar merupakan residu dari bahan pangan setelah ditam-bahkan asam dan alkali men-didih. Serat kasar terdiri dari se-lulosa, lignin, dan pentosan. Pereaksi yang digunakan dalam penentuan serat kasar adalah : a. Antifoam agent b. Asbes c. Larutan H2SO4 (1.25 g H2SO4 pekat / 100 ml = 0.225 N H2SO4) d. NaOH (1.25 g NaOH/100 ml = 0.313 N NaOH) e. Larutan K2SO4 10 % f. Alkohol 95 % Peralatan a. Penggiling b. Timbangan analitik c. Soxhlet d. Erlenmeyer 600 ml e. Pendingin balik f. Kertas saring g. Spatula h. Oven 119 oC i. Desikator Cara Kerja 1. Haluskan sampel sehingga dapat melalui saringan ber-diamater 1 ml dan aduk hingga Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 344merata. Bila bahan tidak dapat dihaluskan, cukup dihancurkan sebaik mungkin 2. Timbang 2 g bahan. Eks-traksi lemak sampel dengan metode soxhlet. 3. Pindahkan sampel ke dalam Erlenmeyer 600 ml. Jika ada tambahkan 0.5 g asbes yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti buih (antifoam agent) 4. Tambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendidih. Tutup de-ngan pendingin balik. 5. Didihkan selama 3 menit dengan kadang-kadang digo-yang-goyangkan. 6. Saring suspensi dengan ker-tas saring. Residu yang ter-tinggal dalam Erlenmeyer dicuci dengan air mendidih. Cuci residu dalam kertas saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan kertas lakmus). 7. Pindahkan secara kuantitatif residu dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer kembali dengan spatula. Sisanya cuci lagi dengan 200 ml larutan NaOH mendidih sampai se-mua residu masuk kedalam Erlenmeyer. 8. Didihkan dengan pendingin balik sambil kadang-kadang digoyang-goyangkan selama 30 menit 9. Saring kembali dengan meng-gunakan kertas saring yang diketahui beratnya atau krus-geoch yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sam-bil dicuci dengan K2SO4 10 %. 10. Cuci lagi residu dengan air mendidih, kemudian dilanjut-kan dengan alkohol 95% sekitar 15 ml. 11. Keringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada 110 oC sampai beratnya konstan (1-2 jam), dinginkan dalam desikator dan timbang. Ja-ngan lupa mengurangi berat asbes (sekali digunakan). Berat residu yang diperoleh = berat serat kasar. 16.1.1.8 Dietary fiber Dietary fiber adalah bagian dari komponen bahan pangan nabati yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan manusia, termasuk polisakarida dan lignin. Berdasarkan fungsinya, dietary fiber dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Polisakarida struktural, terda-pat dalam dinding sel dan terdiri dari selulosa dan polisakarida non-selulosa (he-miselulosa dan substansi pekak) 2. Non-polisakarida struktur, se-bagian besar terdiri dari lignin. 3. Polisakarida non struktural, termasuk gum dan mucilage serta polisakarida lainnya (ka-rageenan dan agar dari alga dan rumput laut). Untuk menganalisa dietary fiber telah dikembangkan berbagai metode, diantaranya yang mudah dan relatif cepat adalah Metode Van Soest. Dengan metode ini Next >