< PreviousAnalisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 345dapat ditentukan kadar Acid Detergent Fiber (ADF) dan Neu-tral Detergent Fiber (NDF). ADF terdiri dari selulosa dan lignin dan NDF terdiri selulosa, hemiselu-losa dan lignin. Hampir semua komponen dietary fiber dapat dihitung. Kadar hemi-selulosa diperoleh dengan meng-hitung selisih kadar NDF dengan kadar ADF. Kadar selulosa di-peroleh dengan menghitung selisih kadar ADF dan kadar lignin. Total dietary fiber dihitung dengan menjumlahkan kadar NDF dengan kadar subs-tansi pekat. 16.1.1.8.1 Penentuan kadar ADF Sampel yang akan diuji diekstrak dengan larutan setiltrimetil amo-nium bromida (ADF) dalam H2SO4 1N sehingga seluruh komponen selain komponen ADF larut. Komponen yang tidak larut kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang, dan dikoreksi dengan kandungan mineral yang ada dalam komponen tersebut de-ngan cara menyabunkannya se-hingga yang tinggal hanya mine-ralnya saja. Pereaksi yang digunakan dalam penetapan ADF adalah : 1. Larutan ADF Larutan ADF dibuat dengan me-larutkan 20 g setil trimetil amo-nium bromida dalam 1 liter H2SO4 1N. 2. Aseton Peralatan yang digunakan dalam penetapan ADF adalah : 1. Pendingin tegak 2. Pemanas listrik 3. Filter gelas 2-G-3 4. Oven pengering 5. Tanur 450-500oC 6. Timbangan analitik 7. Desikator Cara Kerja : 1. Timbang sampel bentuk te-pung lolos ayakan 30 mesh sebanyak 1 g dan masukan ke dalam Erlenmeyer. 2. Tambahkan 100 ml larutan ADF; didihkan pada pendingin tegak selama 60 menit. 3. Saring dengan filter gelas 2-G-3, endapan yang diperoleh dicuci dengan akuades panas beberapa kali. 4. Endapan dicuci beberapa kali dengan aseton 5. Keringkan filter gelas dan en-dapan dalam oven 100oC sampai diperoleh berat yang tetap (sekitar 8 jam), timbang. 6. Abukan endapan pada tanur bersuhu 450 – 500 oC hingga diperoleh berat yang konstan (sekitar 3 jam) timbang. Perhitungan : (a – b) % kadar ADF = --------------- x 100 ( W ) Dimana : a = berat filter dan endapan setelah dikeringkan (g) b = Berat filter dan endapan setelah diabukan c = berat awal sampel (g) Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 34616.1.1.8.2 Penentuan kadar NDF Penetapan NDF diawali dengan mengekstrak sampel dengan la-rutan NDF sehingga seluruh kom-ponen selain NDF larut. Kompo-nen yang tidak larut kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang dan dikoreksi dengan kandungan mineralnya yang ada dalam komponen tersebut. Untuk sampel yang mengandung pati, patinya harus dihidrolisis da-hulu dengan menggunakan α-amilase sehingga tidak menye-babkan kesulitan selama penya-ringan. Pereaksi yang digunakan dalam penentuan NDF adalah : 1. Larutan NDF Larutkan 18.61 g EDTA-2Na, 6.81 g Na2B4O7.10H2O, 30 g Sodium lauril sulfat, 4.56 g Na2HPO4 dan 10 ml 2-etoksil-etanol dalam 1 liter. Atur se-demikian rupa sehingga pH berkisar 6.9-7.1. 2. Larutan α-amilase Masukkan 1 g α-amilase ke dalam 1 liter buffer fosfat, yaitu 0.067 M buffer fosfat (KH2PO4-Na2HPO4), pH 7.0 ± 0.05. 3. Aseton Peralatan yang digunakan : 1. Erlenmeyer 2. Timbangan analitik 3. Desikator 4. Inkubator 40 oC 5. Pendingin tegak 6. Filter gelas 2-G-3 7. Oven pengering 100 oC 8. Tanur 450-500 oC Cara kerja : 1. Timbang 0.5 g sampel bentuk tepung lolos ayakan 30 mesh dan masukkan ke dalam Erlenmeyer. 2. Tambahkan 30 ml larutan α-amilase dan inkubasi pada suhu 40 oC selama 16 jam (semalam). 3. Tambahkan 200 ml larutan NDF dan 0.5 g Na2SO3. 4. Refluks campuran pada pan-dingin tegak selama 60 menit 5. Saring campuran melalui filter 2-G-3 dan cuci dengan akua-des panas beberapa kali. 6. Bilas endapan dengan aseton beberapa kali. 7. Keringkan filter dan endapan pada oven yang bersuhu 100 oC sampai diperoleh bobot yang konstan (sekitar 8 jam), timbang. 8. Abukan filter dan nedapan pa-da tanur yang bersuhu 450-500 oC sampai diperoleh bobot yang konstan (sekitar 3 jam), timbang. Perhitungan : a – b % kadar NDF = ------------ x 100 W Dimana : a = berat filter dan endapan setelah dikeringkan (g) b = Berat filter dan endapan setelah diabukan Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 347c = berat awal sampel (g) 16.1.1.8.3 Penentuan lignin Kandungan lignin dapat ditentu-kan dengan mengekstrak sampel dengan larutan ADF sehingga semua komponen selain selulo-sa dan lignin larut. Selulosa yang ada dalam residu kemudian dihi-drolisa menggunakan H2SO4 72% sehingga yang tersisa dalam residu hanya lignin. Pereaksi yang digunakan dalam penentuan lignin adalah : 1. Larutan ADF (lihat penetapan ADF) 2. Larutan H2SO4 72% (w/v) 3. Aseton Peralatan yang digunakan dalam penentuan lignin adalah : 1. Timbangan analitik 2. Pendingin tegak 3. Filter gelas 2-G-4 4. Oven 5. Tanur Cara kerja : 1. Timbang 0.5 g sampel bentuk tepung lolos aya-kan 30 mesh, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer atau labu didih 2. Tambahkan 100 ml larut-an ADF 3. Refluks pada pendingin tegak selama 60 menit 4. Saring melalui filter gelas 2-G-4 5. Tempatkan filter gelas yang berisi residu pada gelas piala 100 ml. 6. Tambahkan 25 ml H2SO4 72% dingin (15 oC) ke dalam filter gelas, aduk dengan gelas pengaduk sampai ter-bentuk pasta halus. Biarkan gelas pengaduk berada da-lam filter gelas. 7. Biarkan selama 3 jam pada suhu 20 – 23 oC sambil diaduk-aduk setiap 1 jam sekali. 8. Dengan bantuan vakum laku-kan penyaringan. Cu-ci resi-du dengan air panas sampai filtrat bebas asam (cek de-ngan kertas lakmus). Jangan lupa cuci bagian pinggir filter dan gelas pengaduk dengan air panas. 9. Bilas residu dengan ase-ton 2-3 kali. 10. Keringkan filter gelas dalam oven 100oC sampai diperoleh berat konstan, masukkan ke desikator kemudian timbang. 11. Masukan filter ke dalam tanur 450 – 500 oC sampai diperoleh berat tetap, biarkan agak dingin, masukkan desi-kator, timbang. Perhitungan : a – b % kadar lignin = ------------ x 100 W Dimana : a = berat filter dan endapan setelah dikeringkan (g) b = Berat filter dan endapan setelah diabukan c = berat awal sampel (g) Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 348 16.1.1.9 Penentuan substansi pektat 16.1.1.9.1 Metode Kolorimetrik Prinsip penentuan substansi pek-tat dengan metode kolorimetrik didasarkan atas reaksi antara O-hidroksi difenil dengan anhidro-galakturonat sehingga mengha-silkan warna yang dapat diukur pada panjang gelombang 520 nm. Pereaksi yang digunakan dalam penentuan substansi pektat ada-lah : 1. Larutan versene 0.5% Larutan ini dibuat dengan me-larutkan 5 g EDTA-4 Na dalam akuades hingga volu-me 1 liter. 2. Larutan tetraborat / sulfat Larutan Na2B4O7 0.0125 M dalam H2SO4 pekat 3. Larutan O-hidroksidifenil Larutan O-hidroksidifenil dipe-roleh dengan melarutkan 1.5 g O-hidroksidifenil dalam 1000 ml NAOH 0.5 persen. 4. NaOH 0.05 N Peralatan yang digunakan : 1. Vortex mixer 2. Spektrofotometer 3. Penangas air 4. Penangas es (ice bath) Cara kerja : a. Penetapan sampel 1. Timbang sampel dalam ben-tuk tepung lolos ayakan 30 mesh sebanyak 0.5 g. 2. Ekstraksi dengan 25 ml etanol 70 % untuk menghilangkan gula-gula. 3. Saring, endapannya diambil lalu tambahkan 200 ml larutan versen 0.5 persen. 4. Inkubasi pada suhu 25 oC selama 30 menit untuk melarutkan substansi pektat di dalam sampel. 5. Asamkan campuran sampai pH 5 – 5.5 dengan meng-gunakan asam asetat, kemu-dian tambahkan 0.1 g pekti-nase, inkubasi pada 25 oC selama satu jam. 6. Tambahkan akuades sehing-ga volume campuran menjadi 250 ml, kemudian saring. 7. Dari filtrat yang diperoleh, ambil 0.8 ml lalu tambahkan kedalamnya 4.8 ml larutan tetraborat / sulfat. 8. Dinginkan dengan penangas es sampai suhu campuran mencapai 4 oC, kemudian kocok dengan vortex mixer. 9. Panaskan dengan penangas air bersuhu 100 oC selama 5 menit, dinginkan kembali de-ngan penangas es sampai suhu 20 oC. 10. Tambahkan 0.08 ml larutan O-hidroksidifenil, kocok kem-bali dengan vortex mixer. 11. Setelah dibiarkan kurang le-bih 5 menit dan warna telah terbentuk sempurna, ukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm. Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 34912. Pembuatan blanko sama se-perti prosedur di atas, kecuali tidak ditambahkan larutan O-hidroksidifenil. b. Pembuatan kurva standar 1. Pembuatan kurva standar dilakukan dengan menam-bahkan 10 ml NaOH 0.05N kedalam 120.5 mg asam galakturonat monohidrit, encerkan sampai volume 500 ml dengan akuades. Biarkan selama semalam pada suhu kamar. Tiap ml larutan stan-dar ini mengandung 20 µg asam anhidrogalakturonat. 2. Masukkan 10, 20, 40, 50, 60, dan 80 ml larutan standar masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml, tepatkan sampai tanda tera dengan akuades. 3. Setiap 0.8 ml larutan standar ini diperlakukan sama seperti pada penetapan sampel, kemudian ukur absorbansinya pada 520 nm. 4. Blanko larutan standar dibuat sama seperti larutan standar, tetapi tidak ditambahkan O-hidroksidifenil. c. Perhitungan (a) (b) Anhidrouronat = ----------- x 100% 0.8 (W) 106 = kadar substansi pektat didalam sampel Dimana : a = konsentrasi sampel yang diperoleh b = volume akhir setelah penambahan pektinase 0.8 = volume filtrat yang diambil untuk pengukuran absorbansi (ml) W = bobot sampel c = berat awal sampel (g) 106 = faktor konversi satuan 16.1.1.9.2 Metode Gravimetrik Penetapan substansi pektat dila-kukan dengan mengekstrak pek-tin dari sampel kemudian disa-ponifikasi dengan alkali dan dien-dapkan sebagai kalsium pektat dengan penambahan kalsium khlorida dan suasana asam. En-dapan kalsium pektat dicuci sam-pai bebas khlorida, dikeringkan dan ditimbang. Adapun pereaksi yang diperguna-kan untuk penetapan substansi pektat dengan metode gravimetri adalah : 1. Asam asetat 1 N Asam asetat 1N diperoleh dengan mengencerkan 30 ml asam asetat glasial dengan air hingga menjadi 500 ml. 2. Kalsium khlorida 1N Kalsium khlorida 1N dibuat dengan melarutkan 27.5 g CaCl2 anhidrous dalam air. Encerkan hingga volumenya mencapai 500 ml. 3. Perak nitrat 1 % Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 350Perak nitrat diperoleh dengan melarutkan 1 g AgNO3 dalam 100 ml air. 4. HCl 0.05 N Peralatan yang digunakan 1. Waring blender 2. Oven Cara kerja a. Ekstraksi 1. Timbang 50 g sampel yang sudah diblender dalam wadah gelas piala 1000 ml. 2. Ekstrak dengan 400 ml HCl 0.005 N selama 2 jam pada suhu 80-90 oC. Gantikan air yang hilang karena pengua-pan. 3. Dinginkan, pindahkan seluruh isinya ke labu ukur 500 ml, tepatkan sampai tanda tera dengan air. 4. Kocok merata, kemudian sa-ring dengan kertas saring Whatman No. 4, masukkan filtrat ke dalam Erlenmeyer 500 ml. 5. Ulangi ekstraksi terhadap pulp sayuran atau buah-buahan dengan air dingin lalu panaskan ekstrak campuran sebelum penyaringan atau didihkan pulp dan air tanpa penambahan asam. Untuk melarutkan pektin yang tidak larut lakukan ekstraksi asam sebagai berikut : - Tambahkan HCl 0.01 N, didihkan selama 30 mnt. - Saring, cuci endapan de-ngan air panas. - Tambahankan HCl 0.05 N pada residu, didihkan se-lama 20 menit dan saring seperti sebelumnya. - Tambahkan HCl 0.3 N pada residu, didihkan selama 10 menit dan saring. - Kumpulkan seluruh filtrat yang diperoleh, dinginkan, dan tepatkan sampai volu-me tertentu. b. Jam, Jelly dan Marmalade 1. Timbang 50 g sampel dalam wadah gelas piala 1000 ml. Sementara itu siapkan 400 ml air, panas-kan pada penangas air. 2. masukan sampel ke da-lam air yang sudah disi-apkan sambil dipanaskan, hancurkan sampel de-ngan gelas pengaduk. 3. Dinginkan. Lalu pindah-kan sampel ke dalam labu ukur 500 ml. Tetapkan sampai tanda tera dengan air, kemudian saring de-ngan kertas Whatman no.4. c. Penetapan sampel 1. Pipet 100-200 ml masing-masing alikuot, masukan ke dalam gelas piala 1000 ml. Tambahkan 250 ml air. Netralkan dengan pe-nambahan NaOH 1N de-ngan menggunakan fe-nolftalein sebagai indika-tor. Tambahkan lagi 10 ml NaOH 1 N, sambil Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 351melakukan pengadukan. Biarkan selama semalam. 2. Tambahkan 50 ml asam asetat 1N, kemudian se-telah 5 menit tambahkan 25 ml kalsium khlorida 1 N, aduk merata. 3. Saring dengan kertas sa-ring yang telah disiapkan sebelumnya (sebelumnya, kertas saring dibasahkan dengan air panas, kering-kan dalam oven 102 oC selama 2 jam, dinginkan dalam desikator kemudian timbang dalam wadah tim-bang tertutup) 4. Cuci endapan dengan air panas yang hampir men-didih sampai bebas dari khlorida (uji dengan perak nitrat). Keringkan pada 100 oC selama semalam, dinginkan dengan desika-tor lalu timbang. d. Perhitungan a x 500 x 100 % kalsium pektat = ------------------- b x c a = Berat kalsium pektat b = ml filtrat yang digunakan untuk penetapan c = Berat sampel 16.1.2 Pencatatan hasil Hasil dicatat pada buku hasil. Bila dari hasil perhitungan diper-oleh : a. Angka desimal kurang dari 5 (lima) maka dilakukan pembulat-an turun, sedangkan bila lebih dari 5 (lima) dilakukan pembulat-an naik. Contoh : 14.545 Dibulatkan menjadi 14.45 14.466 Dibulatkan menjadi 14.47 b. Angka desimal 5 (lima) yang akan dibulatkan dari angka genap yang ada di depannya, maka angka lima tersebut menjadi hilang. Tetapi jika angka dide-pannya ganjil maka dilakukan pembulatan naik. Contoh : 14.765 Dibulatkan menjadi 14.76 14.475 Dibulatkan menjadi 14.48 16.2. Analisis protein 16.2.1 Penetapan protein kasar 16.2.1.1 Metode Kjeldahl Analisis protein metode Kjeldhal didasarkan pada oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Kemu-dian amonia bereaksi dengan ke-lebihan asam membentuk amo-nium sulfat. Larutan dibuat men-jadi basa dan amonia diuapkan untuk kemudian diserap dalam larutan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan jumlahnya de-ngan titrasi menggunakan HCl 0.02 N. Pereaksi yang digunakan dalam metode Kjeldhal adalah : 1. Asam sulfat pekat 2. Air raksa oksida Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 3523. Kalium sulfat 4. Larutan natrium hidroksida-natrium tiosulfat (larutkan 60 g NaOH dan 5 g NaS2O3. 5H2O dalam air dan encerkan sampai 100 ml) 5. Larutan asam borat jenuh 6. Larutan asam khlorida 0.02N. Peralatan yang digunakan : 1. Pemanas Kjeldahl lengkap yang dihubungkan dengan pe ngisap uap melalui aspirator. 2. Labu Kjeldahl berukuran 30 ml atau 50 ml. 3. Alat distilasi lengkap dengan Erlenmeyer berpenumpang 125 ml 4. Buret 25 ml / 50 ml Cara Kerja 1. Timbang sejumlah kecil sam-pel (kira-kira akan membu-tuhkan 3-10 ml HCl 0.01 N atau 0.02 N), pindahkan kedalam labu Kjeldahl 30 ml 2. Tambahkan 1.9 ± 0.1 g K2SO4, 40 ± 10 mg HgO, dan 2 ± 0.1 ml H2SO4. Jika sampel lebih dari 15 mg ± 0.1 g. Bila sampel lebih dari 15 mg, tambahkan 0.1 ml H2SO4 untuk setiap 10 mg bahan organik di atas 15 mg. 3. Tambahkan beberapa butir batu didih. Didihkan sampel selama 1 – 1.5 jam sampai cairan menjadi jernih. 4. Dinginkan, tambahkan sejum-lah kecil air secara perlahan-lahan (hati-hati tabung men-jadi panas), kemudian dingin-kan. 5. Pindahkan isi labu kedalam alat destilasi. Cuci dan bilas labu 5-6 kali dengan 1-2 ml air, pindahkan air cucian ter-sebut ke dalam alat distilasi. 6. Letakkan Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H2BO3 dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian metil merah 0.2% dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue 0.2% dalam alkohol) di abwah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H3BO3. 7. Tambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na2S2O3, kemudian la-kukan destilasi sampai ter-tampung kira-kira 15 ml destilat dalam Erlenmeyer. 8. Bilas tabung kondensor de-ngan air, dan tampung bilas-annya dalam Erlenmeyer yang sama. 9. Encerkan isi Erlenmeyer sampai kira-kira 50 ml kemu-dian titrasi dengan HCl 0.02N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. La-kukan juga penetapan Blan-ko. Perhitungan (a)(b)(c) % N = ------------------------------- d dimana : a = ml HCl b = ml blanko c = normalitas Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 353d = mg sampel % protein = %N x faktor konsversi Faktor konversi kadar protein ber-macam bahan pangan Bahan Faktor Koreksi Bir, sirop, biji-bijian, ragi, pakan ternak, buahan teh manisan anggur, tepung jagung 6.25 Beras 5.95 Roti, gandum, makaroni, bakmi 5.70 Kacang tanah 5.46 Kedele 5.71 Kenari 5.18 Susu dan produk susu 6.38 16.2.1.2 Metode Biuret Penentuan kadar protein dengan metode Biuret merupakan salah satu cara terbaik. Dalam larutan, basa Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida (-CO-NH-) sehingga menghasilkan warna ungu dengan absorbans maksi-mum pada 540 nm. Absorban berbanding lurus dengan konsen-trasi protein dan tidak tergantung dari jenis protein karena seluruh protein memiliki jumlah ikatan peptida yang sama per satuan berat. Hanya sedikit senyawa lain yang mengganggu reaksi misalnya urea (mengandung gugus –CO-NH-) dan gula pereduksi yang akan bereaksi dengan ion Cu2+. Pereaksi yang digunakan dalam metode Biuret adalah : 1. Pereaksi Biuret Pereaksi Biuret dibuat dengan melarutkan 3 g CuCO4.5H2O dan 9 g Na-K-Tartrat dalam 500 ml NaOH 0.2 N Tambahkan 5 g KI, kemudian encerkan sampai 1000 ml dengan menggunakan NaOH 0.2N 2. Larutan protein standar Buat larutan bovine serum al-bumin dalam air dengan konsentrasi 5 mg/ml. Ukur kadar air serum albumin, nyatakan konsentrasi dengan dasar berat kering (agar lebih tepat). Peralatan yang digunakan 1. Spektrofotometer 2. Sentrifus 3. Waring Blender Cara kerja 1. Pembuatan Kurva Standar 1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 0 (blanko), 0.1, 0.2,, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1 ml protein standar. Tambahkan air sam-pai volume total masing-masing 4 ml. 2. Tambahkan 6 ml pereaksi Biuret ke dalam masing-masing tabung reaksi, campur hingga rata. 3. Simpan tabung reaksi pada suhu 37 oC selama 10 menit atau pada suhu kamar sela-ma Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 35430 menit sampai pemben-tukan warna ungu sempurna. 4. Ukur absorbansinya pada 520 nm. 2. Persiapan sampel 1. Sampel harus berupa cairan. Jika berbentuk padatan maka harus dihancurkan dahulu de-ngan menggunakan waring blender dan penambahan air. Hancuran yang diperoleh di-saring lalu disentrifus. Super-natan di dekantasi untuk di-pergunakan selanjutnya (a). Protein yang terukur pada supernatan adalah soluble protein. Perhatikan faktor pe-ngenceran. 2. Jika cairan berupa larutan protein seperti protein kon-sentrat, isolat yang tidak keruh, maka persiapan sam-pel cukup dengan pengen-ceran secukupnya saja. Jika cirannya keruh atau me-ngandung bahan-bahan yang mengganggu seperti glukosa, maka harus dilakukan per-lakuan berikut : - Aliquot (ekstrak) didistri-busikan ke dalam tabung reaksi seperti pada pene-tapan standar, kemudian tambahkan air sampai vo-lume total masing-masing 1 ml. - Kedalam masing-masing tabung reaksi tambahkan 1 ml trichloroacetic acid (TCA) 10 % sehingga protein akan terdenaturasi - Setrifus pada 300 rpm selama 10 menit sampai protein yang terdenaturasi mengendap. Supernatan dibuang dengan cara de-kantasi. - Kedalam endapan tambah-kan 2 ml etil eter, campur merata lalu sentrifus kem-bali untuk menghilangkan residu TCA. Biarkan me-ngering pada suhu kamar. - Kedalam endapan kering ditambahkan 4 ml air. Campur hingga merata (jangan harapkan seluruh-nya akan larut). - Tambahkan 6 ml pereaksi Biuret, alkali dalam pere-aksi ini akan melarutkan nedapan yang tersisa. 3. Penetapan sampel 0.1 – 1 ml sampel (dipipet tepat) dimasukkan kedalam tabung re-aksi, kemudian diperlakukan seperti menetapkan standar. 16.2.1.3 Metode Lowry Metode Lowry menghasilkan penghitungan protein lebih sensitif dibandingkan metode Biuret. Prinsip dari penetapan protein dengan metode lowry dilakukan berdasarkan terbentuk-nya warna biru yang dihasilkan dari reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfo-tungstat oleh tirosin dan triptofan (merupakan residu protein). Next >