< PreviousAnalisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 37516.3.2.7.5 Metode Wijs Pereaksi yang digunakan 1. Kloroform atau karbon tetra-klorida 2. Larutan sodium tiosulfat 0.1 N standar 3. Larutan KI 15%. 4. Larutan indikator pati. Larutan ini dibuat dengan me-nambahkan 1 g soluble starch ke dalam 10 ml air, aduk, kemudian masukkan suspensi ke dalam 100 ml air mendidih, panaskan selama 2-3 menit. Biarkan dingin. 5. Pereaksi Wijs. - Larutkan 13 g iod yang sudah disublimasi ke dalam 1 liter asam asetat glasial. Gunakan pemanas untuk mempercepat kelarutan iod, dinginkan. - Ambil 20 ml larutan ini, titrasi dengan Na2S2O3 0.1 N. - Larutan iod dibagi dua : bagian besar (800-900 ml) dan bagian kecil (sisanya). - Lewatkan gas klor kering kedalam bagian besar larut-an iod sampai hasil titrasi dengan Na2S2O3 0.1N se-paruh dari hasil titrasi larut-an iod sebelum diklorinasi (untuk ini ambil 20 ml la-rutan iod yang sudah diklorinasi kemudian titrasi dengan Na2S2O3 0.1 N). - Tuangkan bagian kecil larut-an iod ke dalam larutan iod yang sudah diklorinasi, se-hingga kadar klor dalam larutan kurang dari separuh kadar iod. Cara kerja 1. Timbang 0.1 – 0.5 g sampel minyak (tergantung derajat ketidakjenuhan sampel), jika lemak sudah ditimbang kemu-dian dicairkan dengan pema-nasan sedikit di atas titik cair-nya (sampel langsung ditem-patkan dalam Erlenmeyer bertutup pada waktu penim-bangan). 2. Tambahkan 15 ml kloroform atau karbon tetraklorinasi un-tuk melarutkan sampel mi-nyak / lemak. 3. Tambahkan 25 ml pereaksi Wijs, tempatkan dalam ruang gelap selama 30 menit sambil sekali-kali dikocok. 4. Sesudah 30 menit, tambah-kan 20 ml larutan KI 15%, ko-cok merata. Cuci Erlenmeyer dan tutupnya dengan 100 ml akuades yang baru dan di-ngin, masukan cucian ke da-lam larutan. 5. Titrasi segera dengan Na2S2O3 0.1 N dengan pengocokan yang konstan. Gunakan larutan pati 1% se-bagai indikator. 6. Buat blanko seperti pada penetapan sampel (untuk blanko, sampel minyak diganti dengan kloroform / CCI). Perhitungan : Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 376 (Tb–Ts)(N Na2S2O3)(12.69) BI = -------------------------------------- Barat sampel dalam gram Dimana : Tb = Titer blanko Ts = Titer sampel 16.3.2.7.6 Bilangan penyabunan Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan un-tuk menyabunkan sejumlah ter-tentu sampel minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menya-bunkan 1 gram minyak atau lemak. Pereaksi yang digunakan 1. HCl 0.5N yang sudah distan-darisasi. 2. Indikator fenolftalein 1% da-lam alkohol 95%. 3. Kalium hidroksida beralkohol : Tempatkan 5 – 10 g KOH dalam labu 2 L dan tambahkan 1 – 1.5 L etil alkohol 95% Refluks dengan menggu-nakan kondenser dan pe-nangas air selama 30-60 menit. Larutkan 40 g KOH (kandungan kerbonat ren-dah) dalam 1 L alkohol yang sudah didistilasi. Larutan ini seharusnya jernih. Tempatkan dalam botol berwarna gelap. Peralatan yang digunakan : 1. Erlenmeyer 300 ml 2. Kondenser, panjang minimum 650 mm (pendingin tegak). 3. Penangas air 4. Hot plate. Cara kerja 1. Timbang 5 g minyak / lemak dalam Erlenmeyer 300 ml 2. Tambahkan 50 ml KOH beralkohol. 3. Hubungkan Erlenmeyer yang telah berisi sampel dan KOH beralkohol dengan pendingin tegak. Refluks dengan meng-gunakan hot plate sampai se-mua sampel tersabunkan sempurna, yaitu sampai larut-an bebas dari butiran lemak. Biasanya membutuhkan wak-tu 1 jam. 4. Larutan didinginkan dan ba-gian dalam pendingin tegak dibilas dengan akuades 5. Tambahkan 1 ml indikator fenolftalein 6. Titrasi dengan HCl 0.5N sampai warna merah jambu hilang. 7. Buat penetapan blanko (tanpa sampel) seperti penetapan sampel. Perhitungan : (Tb – Ts)(N HCl)(56.1) BP = ------------------------------------- Bobot contoh Dimana : BP = Bilangan Penyabunan Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 377Tb = Titer blanko Ts = Titer sampel 16.3.2.7.7 Bilangan asam Bilangan asam adalah jumlah asam lemak bebas yang ter-kandung dalam minyak / lemak. Bilangan asam asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetral-kan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g minyak atau lemak. Bilangan asam biasanya dihubungkan dengan proses hi-drolisis minyak / lemak yang ber-kaitan dengan mutu minyak/ lemak. Pereaksi yang digunakan : 1. KOH 0.1 N 2. Indikator fenolftalein 1%. 3. Alkohol 95% netral. Peralatan 1. Penangas air 2. Buret Cara kerja 1. Timbang 20 g minyak/ lemak dalam Erlenmeyer 250 ml. 2. Tambahkan 50 ml alkohol 95% netral, panaskan sampai mendidih (± 10 menit) dalam penangas air sambil diaduk. 3. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0.1N, menggu-nakan indikator fenolftalein sampai terbentuk warna me-rah jambu yang persisten selama 10 detik. Perhitungan : (ml KOH)(N KOH)(56.1) BA = ------------------------------------- Bobot sampel (ml KOH)(N KOH)(M) KA = ------------------------------------- (10)(Bobot sampel) Dimana : BA = Bilangan Asam KA = Kadar Asam M = Berat molekul asam lem-ak yang dominan dalam lemak / minyak (rata-rata dari campuran asam le-mak); untuk minyak ke-lapa = 205, minyak kelapa sawit = 263 dan asam oleat = 282 16.3.2.7.8 Penetapan Asam volatil dalam lemak (bilangan Reichert, Polenske dan Kirschner) Bilangan Reichert adalah jumlah ml larutan alkali 0.1N yang diper-lukan untuk menetralkan asam-asam lemak volatil yang larut dalam air yang didistilasi dari 5 g lemak pada kondisi tertentu. Bilangan Polenske adalah jumlah ml larutan alkali 0.1 N yang diperlukan untuk menetralkan sama-asam lemak yang tidak larut Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 378dalam air yang didistilasi dari 5 g lemak pada kondisi tertentu. Bilangan Kirschner adalah jumlah ml larutan alkali 0.1 N yang diperlukan untuk menetralkan asam-asam lemak volatil larut air yang membentuk garam perak larut air, yang didistilasi dari 5 g lemak pada kondisi tertentu. Pereaksi yang digunakan : 1. Gliserol. 2. Sodium hidroksida 50% (w/w). Larutan NaOH dalam sejum-lah air yang beratnya sama dengan NaOH yang dilarut-kan. Simpan dalam botol se-hingga terhindar dari konta-minasi CO2. Ambil bagian yang jernih bebas residu. 3. Asam sulfat encer. Encerkan 25 ml H2SO4 pekat menjadi 1L dan sesuaikan konsentrasinya sehingga 40 ml larutan ini dapat menetral-kan 2 ml larutan NaOH 50% (w/w). 4. Tepung batu kambang. Lolos ayakan 50 mesh dan tidak lolos ayakan 90 mesh. 5. Indikator fenolftalein 0.5% dalam etanol 95%. 6. Etanol 95% (v/v). Dinetralkan segera sebelum digunakan. 7. Larutan NaOH 0.1 N standar. 8. Larutan Barium hidroksida 0.1N standar (0.5M). 9. Perak sulfat. Peralatan yang digunakan : 1. Gelas ukur 100 ml 2. Pipet 50 ml 3. Peralatan distilasi Cara Kerja a. Persiapan sampel i. Panaskan sejumlah sampel mentega dalam gelas piala sampai mencapai suhu 50-60oC sehingga lemak terpi-sah dari air dan ’curd’. ii. Saring lapisan lemak melalui kertas saring kering, masuk-kan ke dalam wadah kering. Penyaringan dilakukan se-waktu lemak masih dalam ke-adaan panas (lemak dalam keadaan cair). Jika perlu sa-ring kembali sampai didapat filtrat jernih dan bebas air. iii. Sebelum digunakan untuk analisa, cairkan dulu lalu homogenkan. B. Penetapan sampel 1. Ambil 5 ± 0.01 g lemak dari hasil persiapan sampel, ma-sukkan ke dalam labu polens-ke (labu didih berdasar rata). 2. Tambahkan 20 g gliserol dan 2 ml larutan NaOH 50 % (pipet yang digunakan untuk mengambil larutan NaOH ha-rus dibersihkan dahulu ujung-nya dari deposit karbonat). 3. Tutup labu dengan gelas ar-loji, kemudian panaskan sam-bil dikocok secara kontinu sampai seluruh lemak tersa-bunkan, yaitu jika larutan menjadi jernih sempurna. Hindari pemanasan berle-bihan. Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 3794. Buat blanko, yaitu tanpa le-mak tetapi menggunakan jumlah pereaksi yang sama. Hindari pemanasan berlebih, jika pemanasan berlebihan maka larutan menjadi lebih gelap. Selanjutnya blanko di-perlakukan sama seperti sampel. 5. Dengan menggunakan gelas ukur, ambil 93 ml air mendidih yang sudah dididihkan sela-ma 15 menit. Tambahkan ke dalam lemak yang sudah ter-sabunkan, pada saat sabun sudah cukup dingin tetapi belum memadat. Campur secara merata sampai selu-ruh sabun larut. 6. Jika larutan tidak jernih (me-nandakan penyabunan tidak sempurna) atau lebih gelap dari kuning muda (menan-dakan pemanasan berlebi-han), ulangi penyabunan de-ngan menggunakan sampel lemak yang baru. 7. Tambahkan 0.1 g tepung batu kambang dan 50 ml asam sulfat encer. 8. Hubungkan labu dengan alat distilasi. Panaskan labu tan-pa mendidihkan isinya sampai seluruh asam yang tidak larut seluruhnya mencair, kemudi-an naikkan pemanasan, la-kukan distilasi sampai ter-kumpul destilat sebanyak 110 ml selama 19-21 menit. Jaga kecepatan air yang mengalir dalam kondenser sehingga cukup untuk mempertahan-kan suhu destilat yang keluar dari kondenser berkisar anta-ra 18-21oC. 9. Jika sudah terkumpul 110 ml destilat, matikan api bunsen dan gantikan labu 110 ml dengan gelas ukur 25 untuk menangkap destilat sisa. 10. Tutup labu 110 ml dengan penutup. Dengan tanpa mengocok isi labu, tempatkan labu dalam air 15oC selama 10 menit, rendam sampai batas 110 ml. 11. Angkat labu dari air, kering-kan bagian luar labu. Dengan hati-hati balikan labu, hindari pembasahan penutup dengan asam tak larut. Kocok isi labu dengan cara pembalikan isi sebanyak 4-5 kali pembalik-an, hindari pengocokan yang berlebihan. 12. Saring dengan kertas saring kering Whatman No. 4 atau 41. Buang 10 ml filtrat per-tama. Kumpulkan 100 ml filtrat dalam labu. Tutup labu. 13. Filtrat ini akan digunakan untuk fitrasi pada tahap R. Filtrat seharusnya tidak me-ngandung asam lemak tak larut, jika asam lemak tak larut lolos dari saringan, tampung filtrat dalam labu pemisah, sesudah pemisahan keluarkan lapisan bawah (aqueous), masukkan ke da-lam labu 100 ml. Tambahkan filtrat ini kedalam kumpulan filtrat asam tak larut. 14. Lepaskan steal head, cuci bagian dalam kondensor tiga kali berturut-turut dengan 15 Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 380ml air dingin, masing-masing cucian ini dilewatkan dalam kondenser, labu 110 ml, labu pemisah jika digunakan, dan penyaring (corong yang berisi kertas saring yang digunakan pada tahap 12). Setiap kali pencucian, pada tahap akhir biarkan air cucian memenuhi penyaring dulu, lalu lakukan draining (dibiarkan sehingga air mengalir dengan sendiri-nya) sebelum melakukan pe-nyaringan berikutnya. Buang air cucian. 15. Larutkan asam tak larut de-ngan cara pencucian yang sa-ma seperti yang dilakukan pa-da tahap 14. Pencucian dila-kukan sebanyak tiga kali ma-sing-masing dengan 10 ml etanol netral. Masing-masing cucian dilewatkan dalam kon-denser dan penyaring, lalu kumpulkan dalam labu 110 ml. Buang etanol cucian pada setiap kali pencucian. Tutup labu, biarkan etanol dalam labu sampai siap untuk titrasi pada tahap P. 16. Tahap R, penetapan bilangan Reichert atau asam volatil yang larut air. Tuangkan 100 ml filtrat yang berisi asam volatil yang larut air ke dalam labu titrasi, tambahkan 0.1 indikator fenolftalein lalu titrasi dengan larutan Barium hi-droksida sampai berwarna merah muda (lihat catatan). Jika ingin menetapkan bi-langan Kirschner, labu titrasi yang akan digunakan harus kering, catat volume larutan barium hidroksida yang digu-nakan, tuang sejumlah larutan yang sudah dititrasi pada tahap R ke dalam labu titrasi kering, tutup labu dan lanjut-kan pengujian ke tahap K. 17. Tahap P, penetapan bilangan Polenkse atau asam volatil tak larut air. Titrasi larutan alkohol yang berisi asam volatil tak larut yang diperoleh pada tahap 15 dengan larutan barium hidroksida 0.05 M atau NaOH 0.1M. Tambah-kan 0.25 ml indikator fenolf-talein sebelum titrasi. 18. Tahap K, penetapan bilangan Kirschner. Tambahkan 0.5 g tepung halus perak sulfat ke dalam larutan netral ang diperoleh dari tahap R. Biar-kan labu dalam ruang gelap selama 1 jam dengan sekali-sekali diokocok. 19. Saring dengan kertas saring kering, masukkan 100 ml filtrat ke dalam labu Polenske. Tambahkan 35 ml akuades dingin yang baru dididihkan selama 15 menit sebelumnya, 10 ml asam sulfat encer dan 0.1 g tepung batu kambang. 20. Hubungkan labu Polenske dengan alat distilasi, lakukan distilasi sampai terkumpul 110 ml destilat selama 19-21 menit. Campur secara mera-ta distilat yang diperoleh (tan-pa tahap pendinginan selama 10 menit), saring lalu titrasi 100 ml filtrat dengan larutan barium hidroksida. Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 381 C. Perhitungan Bilangan Reichert = 1.1(T1 – T2) Bilangan Polenske = T3 – T4 121(100+T1)(T5-T6) BK = ---------------------------------- 10 000 Dimana : BK = Bilangan Kirschner T1 = ml larutan barium hidroksida 0.05 M yang digunakan untuk titrasi sampel pada tahap R. T2 = ml larutan barium hidroksida yang digunakan untuk titrasi blanko pada tahap R. T3 = ml larutan barium hidroksida 0.05 M atau NaOH 0.1M yang digunakan untuk titrasi sampel pada tahap P. T4 = ml larutan barium hidroksida 0.05 M atau NaOH 0.1M yang digunakan untuk titrasi blanko pada tahap P. T5 = ml larutan barium hidroksida 0.05 M atau NaOH 0.1M yang digunakan untuk titrasi sampel pada tahap K. T6 = ml larutan barium hidroksida 0.05 M atau NaOH 0.1M yang digunakan untuk titrasi blanko pada tahap K. Catatan : Jika tidak perlu menetapkan bi-langan Kirschner maka pada ta-hap R larutan barium hidroksida dapat diganti dengan larutan na-trium hidroksida 0.1M. 16.4 Analisis Kadar Air 16.4.1 Cara Pemanasan a. Haluskan bahan pangan yang akan diukur kadar airnya. Am-bil dan masukkan ke dalam botol timbang yang telah diketahui bobotnya. Timbang bahan pangan sebanyak 1-2 g. b. Keringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 3-5 jam, tergantung bahan pa-ngannya. Dinginkan dalam eksikator dan timbang. Panaskan lagi dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator dan timbang. Tahap ini diulang beberapa kali hingga tercapai berat konstan (selisih antara dua penimbangan kurang dari 0.2 mg) c. Selisih antara bobot awal dan akhir merupakan bobot kadar air. 16.4.2 Cara Distilasi Toluen a. Timbang bahan pangan yang telah dipotong kecil secukup-nya (kira-kira mengandung 2-5 ml air). b. Masukan ke dalam labu disti-lasi dan tambahkan 75-100 ml toluen atau silen. Pasang labu pada alat distilasi. c. Atur besarnya pemanasan distilasi hingga kira-kira 4 te-tes toluen jatuh dari konden-sor setiap detiknya. d. Lanjutkan proses distilasi sampai semua air menguap dan air di dalam penam-pungan tidak bertambah lagi (kira-kira 1 jam). Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 382e. Baca volume air yang tertam-pung dan hitung % air dari berat contoh. 16.4.3 Oven Vakum a. Timbang contoh bahan yang telah dihaluskan sebanyak 2 g dalam botol timbang yang telah diketahui bobotnya. b. Keringkan dalam oven vakum selama 3-5 jam dengan suhu 95o-100oC. Penamansan ju-ga dapat dilakukan 20o-25oC di atas titik didih air pada tekanan 25mm. c. Dinginkan dalam eksikator dan timbang. d. Perlakuan ini diulangi hingga selisih dua penimbangan ti-dak lebih dari 0.05 persen. 16.5. Analisis Vitamin 16.5.1 Vitamin C Vitamin C dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan metode titrasi yodium dan menggunakan larutan 2,6 D. 16.5.1.1 Analisis Vitamin C dengan titrasi Yodium a) Timbang 200-300 g bahan dan hancurkan dalam Waring Blender sampai halus (slurry). Masukan 10-30 g slurry ke dalam Krus Gooch atau de-ngan sentrifug untuk memi-sahkan filtratnya. b) Dengan menggunakan pipet, ambil 5-24 ml filtrat dan masukkan ke dalam Erlen-meyer 125 ml. Tambahkan 2 ml larutan amilum 1% (soluble starch) dan tambahkan 20 ml akuades kalau perlu. c) Larutan amilum diperoleh de-ngan melarutkan 10 g pati dan 10 mg Hgl dalam 30 ml akuades. Masukan ke dalam 1 L akuades yang sedang mendidih. d) Titrasi dengan 0.01 N standar yodium. e) Perhitungan 1 ml 0.01 N yodium = 0.88 mg asam askorbat 16.5.1.2 Vitamin C dengan cara 2,6 D a. Peras air buah atau saring se-cara langsung atau hancur-kan seperti 16.5.1. Saring dengan kertas saring yang kasar. Ukur volume cairan yang diperoleh atau berat bahan pangan yang diguna-kan. b. Ambil 100 ml filtrat dan tambahkan 100 ml reagen HPO3-asam asetat. Kocok sampai aliquot merata dan saring dengan menggunakan kertas saring. Reagen HPO3-asam asetat dapat dibuat dengan melarut-kan 15 g asam metafosfat (HPO3 glasial) kedalam 40 ml asam asetat dan 200 ml akuades dan dikocok kuat. Encerkan dengan menambah akuades hingga volumenya menjadi 500 ml dan saring dengan menggunakan kertas saring. Reagen ini dapat dimasukkan dalam botol gelap bertutup dan tetap baik Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 383disimpan dalam refrigerator hingga 7-10 hari. c. Ambil 10 ml aliquot dan titrasi dengan larutan 2,6 D yang telah distandarisasi dan buat-lah titrasi blanko. Buat tiga kali ulangan. Larutan standar 2,6 D dapat dibuat dengan melarutkan 50 ml 2,6,dichloro indophenol dalam 50 ml akuades yang telah ditambah 42 mg NaHCO3. Setelah la-rut, encerkan dengan akua-des hingga menjadi 200 ml. Saring dengan kertas saring dan masukkan ke dalam botol gelap bertutup, simpan di dalam refrigerator. d. Standarisasi larutan 2,6 D dapat dilakukan dengan cara : Timbang 100 mg asam askorbat (vitamin C). Masukan ke dalam labu takar 50 ml dan encerkan dengan reagen HPO3-asam asetat sampai tan-da. Pindahkan 2 ml aliquot asam askorbat tersebut ke dalam Erlenmeyer 50 ml yang telah diisi 5 ml reagen HPO3-asam ase-tat. Titrasi dengan laeutan 2,6 D dari buret 50 ml sampai dihasilkan warna merah jambu yang tidak hilang selama 5 detik. Ulangi pekerjaan ini sebanyak tiga kali. Buatlah tiga larutan blan-ko dengan menggantikan 2 ml aliquot asam as-korbat dengan 2 ml akuades. Titrasi dengan larutan 2,6 D. Selanjutnya hitunglah equivalen titrasi terkoreksi yang menunjukkan 1 ml larutan 2,6 D dengan jumlah mg asam sorbat. e. Hitunglah titrasi terkoreksi, yaitu titrasi sesungguhnya – titrasi blanko. Nyatakan jumlah vtamin C sebagai mg/100 ml cairan bahan pa-ngan mula-mula atau setiap 100 g berat bahan pangan mula-mula. 16.5.2 Vitamin B2 (Ribovlafin) Kandungan vitamin B2 dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut : a) Ambil 10 ml larutan bahan yang akan dianalisis kandu-ngan vitamin B2nya. Masu-kan ke dalam Erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 25 ml 0.1 N HCl. Kocok dan panaskan dalam autoklaf 120oC selama 30 menit b) Dinginkan. Tambahkan 1 N NaOH hingga pHnya menjadi 6.0. Jaga jangan sampai le-bih, karena vitamin B2 tidak stabil pada pH diatas 6.0 c) Tambahkan 1N HCl hingga pHnya menjadi 4.5. Pin-dahkan larutan ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan menambahkan akua-des sampai tanda. Saring dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 42. d) Ambil filtrat yang jernih. Masukkan ke dalam kuvet dan Analisis Nutrisi Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 384baca transmittancenya pada spectroflouremeter de-ngan kisaran panjang gelombang 400-400 nm (vitamin B2 berflouresensi pada panjang gelombang ini). e) Penentuan berat absolut vitamin B2 yang terkandung dalam filtrat perlu dibuat kurva standar yang menggambarkan hubungan kadar vitamin B2 dengan transmittance. Caranya adalah sebagai berikut : f) Buat larutan standar dengan vitamin B2 murni sehingga didapat filtrat terakhir dengan kadar vitamin B2 antara 0.1-0.2 sampai 0.5 mikrogram per ml. g) Lakukan seperti prosedur di atas. h) Bacalah transmittancenya dari larutan tersebut (yang diketahui kadar vitamin B2nya) i) Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kadar vitamin B2 dengan transmittancenya. 16.5.3 Vitamin B1 (thiamin) Vitamin B1 dalam bahan pangan berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan protein, fosfo-protein, atau sebagai ester dengan asam pirofosfat. Dalam keadaan netral atau alkalis, vitamin ini mudah mengalami kerusakan. Pada pH 3.5, vitamin ini tahan panas sampai 120oC. Penentuan kadar vitamin B1 didasarkan atas oksidasi thiamin menjadi thiochrome (senyawa turunan thiamin) yang dapat bercahaya (flouresensi) dengan memancarkan sinar ultraviolet. Apabila bebas daripengaruh senyawa bercahaya lainnya, maka kandungan vitamin B1 identik dengan flouresensi thiamin. 16.5.3.1 Ekstraksi Bahan a. Ekstraksi bahan kering atau setengah kering dengan kandungan thiamin yang belum diketahui dapat dilakukan sebagai berikut : a) Haluskan 9 g bahan pangan dan giling halus (ukuran 32 mesh) atau buat menjadi bubur yang lembut. b) Tambahkan 0.1 N larutan HCl hingga volumenya menjadi 100 ml atau lebih (untuk mencegah pembentukan gel). c) Panaskan selama 30 menit pada suhu 95o-100oC di atas penangas air sambil selalu diaduk. Bila selama pemanasan terbentuk gel, larutan dikocok dengan kuat atau tambahkan HCl sedikit demi sedikit. Pemanasan dapat juga dilakukan pada autoklaf 121o-125oC selama 30 menit. d) Dinginkan. Bila terjadi partikel padat, usahakan kontak dengan cairannya. e) Encerkan dengan HCl 0.1 N hingga volumenya menjadi 100 ml. Next >