< Previous 239g. Menghitung biaya kertas kulit. Contoh: - Oplah cetak 10.000 eksemplar - Prosentase inschiet =10% - Harga kertas plano per rim = Rp.920.000,- - Jumlah kulit buku dalam satu lembar plano kertas = 5 lembar - Biaya kertas kulit = 10.000 eks x 920.000 x 110% 5 x 500 h. Menghitung biaya cetak isi. Contoh: - Warna isi 1 warna - Inschiet = 5% - Jumlah pelat cetak isi = 20 - Ongkos cetak isi per lintasan Rp. 12,- - Oplah cetak = 10.000 eksemplar - Biaya cetak isi = 20 x Rp. 12,- x 10.000 x 105% = Rp. 2.520.000,- i. Menghitung biaya cetak kulit. Contoh: - Warna kulit = 4 (C, M, Y, K) - Inschiet = 10% - Jumlah pelat cetak kulit 4 - Ongkos cetak kulit per lintasan = Rp. 20,- - Oplah cetak 10.000 eksemplar - Biaya cetak kulit = 4 x Rp. 20,- x 10.000 x 110% = Rp. 880.000,- j. Menghitung biaya melipat katem. Contoh: = Rp. 4048000 240- Jumlah halaman buku = 80 halaman - Jumlah katern = 80 : 8 = 10 katern - Ongkos melipat per katern (8 halaman) = Rp. 10,- - Oplah cetak 10.000 eksemplar - Biaya melipat 10.000 x (10 x Rp. 10,- x 105%) = Rp. 1.050.000,- k. Menghitung biaya mengomplit. Contoh: - Oplah cetak 10.000 eksemplar - Ongkos mengomplit per buku = Rp. 55,- - Biaya mengomplit 10.000 x Rp. 55,- x 105% = Rp. 577.500,- l. Menghitung biaya menjahit. Contoh: - Oplah cetak = 10.000 eksemplar - Ongkos menjahit per buku Rp. 40,00 - Biaya menjahit = 10.000 x Rp. 40,- x 105% = Rp. 420.000,- m. Menghitung biaya potong ( biaya potong kertas sebelum dicetak tidak dihitung) Contoh: - Oplah cetak = 10.000 eksemplar - Ongkos potong per buku Rp. 15,- Biaya memotong buku = 10.000 x Rp. 15,- = Rp. 150.000,- n. Menghitung biaya pengepakan. Contoh: - Oplah cetak 10.000 eksemplar - Jumlah buku dalam satu box = 300 buku - Harga box = Rp. 6.500,- 241Biaya pengepakan o. Total biaya (point a. sampai dengan point n.) = Rp. 36.314.646,66,- p. Keuntungan (20%) = 20% x Rp. 36.314.646,66,- = Rp 7.262.929,332,- q. Jumlah total biaya + keuntungan Rp. 43.577.575,992,- r. Pajak (Ppn/Pph) 11,5% = 11,5%x Rp. 43.577.575,992,- = Rp. 5.011.421,24,- s. Total biaya + keuntungan + pajak = Rp. 48.588.997,232,- t. Biaya produksi perbuku Rp. 48.588.997,232,- : 10.000 eks = Rp. 4859,- Catatan: Biaya/ tarif/ harga per komponen cetak, misalnya harga kertas, biaya setting, dan lain-lainnya yang digunakan dalam contoh perhitungan biaya cetak buku adalah berdasarkan biaya/ tarif/ harga pasar pada saat perhitungan ini dibuat. Oleh karena itu perhitungan yang sebenarnya harus berdasarkan harga aktual. 3. Toeslag/ Biaya Gudang Bahan baku dan penolong biasanya tidak langsung dipakai setelah dibeli, bahan itu untuk beberapa lamanya disimpan di gudang. Oleh karena gudang itu mengeluarkan biaya, maka biaya gudang ini ditambahkan (sebagai toeslag) di atas harga bahan baku dan penolong yang dipergunakan dalam satu tahun. Jadi sebenarnya nilai bahan baku ada saat dipakainya terdiri dari: a. harga belinya b. biaya angkutnya sampai ke gudang perusahaan 242c. biaya selama di dalam gudang. Yang termasuk biaya gudang adalah : gaji karyawan dibagian gudang, pemeliharaan dan perbaikan gudang, biaya tempat dan biaya umum yang dibebankan kepada bagian gudang (berdasarkan prosentase). Besarnya persentasi toeslag/biaya gudang diperoleh dengan cara memperbandingkan biaya gudang dengan nilai barang yang keluar dalam satu tahun, dengan memakai rumus sebagai berikut: setahun dalamkeluar yang barang NilaiGudang Biaya x 100% toeslag/ biaya gudang Contoh: Gudang perusahaan Percetakan Ali, diperkirakan dalam tahun 2008 akan diisi bahan baku/penolong bernilai Rp. 20.000.000,-. Bahan-bahan itu seluruhnya dipergunakan untuk melayani order-order cetak pada tahun tersebut. Jumlah biaya gudang dalam tahun tersebut sebesar Rp. 950.000,- Berapa prosen toeslag/biaya gudang yang akan diperhitungkan dalam tahun 2008, dengan menggunakan rumus tersebut maka toeslag/biaya gudang yang akan diperhitungkan adalah: 4. Biaya Ekspedisi Ekspedisi adalah pengiriman barang jadi dan percetakan kepada pemesan. Biaya ekspedisi adalah tambahan biaya untuk setiap barang cetakan untuk menutup biaya yang dikeluarkan oleh bagian ekspedisi. Biaya ekspedisi meliputi: biaya pengepakan, biaya pengiriman, biaya karyawan bagian ekspedisi, biaya tidak langsung (seperti bensin, pelumas, kertas dan lain-lain). Juga dimasukkan biaya ekspedisi; biaya %75.4%100000.000.20000.950 x 243pemeliharaan dan perbaikan di bagian ekspedisi, biaya tempat, penyusutan dan bunga investasi pada bagian ekspedisi. Besarnya prosentase biaya ekspedisi dihitung dengan cara memperbandingkan antara biaya ekspedisi dengan jumlah biaya produksi dalam satu tahun. Toeslag/biaya produksi ini kita tambahkan pada biaya produksi barang cetakan yang akan dikirnim. Kita anggap barang produksi kita itu dikirim di dalam satu daerah tertentu yang merupakan daerah operasional perusahaan. Apabila barang produksi itu kita kirimkan ke daerah yang jauh, maka biaya pengiriman dapat kita hitung tersendiri. Dengan demikian Rumus menghitung prosentase biaya ekspedisi adalah sebagai berikut ekspedisi) biaya dikurangi produksi biaya(Jumlah ekspedisi Biaya x 100% = biaya ekspedisi Contoh: Dalam tahun 2008 jumlah biaya produksi percetakan Ali diperkirakan mencapai Rp. 1.000.000.000,- dan jumlah biaya ekspedisi pada tahun tersebut sebesar Rp. 40.000.000,- berapa prosen biaya ekspedisi?, maka biaya ekspedisi Percetakan Ali dalam tahun 2008 adalah sebesar 4,17 % dengan perhitungan sebagai berikut: %17.4%100)000.000.40000.000.000.1(000.000.40 x 5. Matriks Kertas Cetak Industri kertas di Indonesia, menggunakan standar yang dikenal dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk ukuran dan berat kertas. Norma SNI mengacu pada ISO (International Standard Organization) yang berkedudukan di Amerika. ISO ditetapkan sejak tahun 1947. Di Jerman, metrikasi untuk bahan baku kertas dan produk Iainnya 244ditetapkan oleh DIN (Dutch Standard Norma), yang ditetapkan sejak tahun 1922. Ukuran kertas pada sistem ISO menggunakan perbandingan lebar dan panjang yang tetap ialah 1: V2. Contoh: Lebar suatu ukuran kertas adalah 1189 mm maka panjangnya = 1189 x V2 = 1682 Sehingga ukuran kertas tersebut adalah 1189 x 1682 mm. Dengan sistem ISO ini telah dibuat suatu variasi ukuran yang disebut seri. Seri yang telah ditentukan adalah seri A, seri B, seri C dan seri D. Berikut ini dijabarkan beberapa variasi ukuran dan kegunaannya; 5.1. Seri A. Awalnya ditetapkan untuk ukuran kop surat a dan kertas persediaan (triming size) A0 = 841 x 1189 mm A1 = 594 x 841 mm A2 = 420 x 594 mm A3 = 297 x 420 mm A4 = 210 x 297mm, dst. Dari ukuran-ukuran tersebut dapat dibuat ukuran kasar, yaitu ukuran untuk memperoleh potongan yang tepat terhadap potongan kertas di atas. Ukuran kasar yang dikembangkan dan ukuran di atas adalah RA0 = 860 x 1220 mm SRA0 = 900 x 1280 mm RA1 = 610 x 860 mm SRA1 = 640 x 900 mm RA2 = 430 x 610 mm SRA2 = 450 x 640 mm 5.2. Seri B . Ditetapkan untuk cetakan jenis poster dan produk cetakan yang besar lainnya : B0 = 1000 x 1414 mm B1 = 707 x 1000 mm B2 = 500 x 707 mm B3 = 353 x 500 mm 245B4 = 250x 353 mm, dst. 5.3. Seri C. Standar ukuran yang dibuat untuk keperluan amplop, karat pos, dan barang cetakan lain. Seri C dikembangkan sehubungan dengan sisipan seri A terhadap seri C, misalnya seri A4 dapat dimasukkan ke amplop seri C4. C0 = 917 x 1297 mm Cl = 648 x 917 mm C2 = 458 x 648 mm C3 = 324 x 458 mm C4 = 229 x 324 mm, dst. 5.4. Seri D. Ditetapkan untuk barang cetakan. Dl = 771 x 1090 mm D2 = 545 x 771 mm D3 = 385 x 545 mm D4 = 272 x 385 mm, dst. Penentuan ukuran dari atas ke ukuran di bawahnya adalah dengan cara membagi panjang dan ukuran di atasnya sedangkan lebarnya tetap: Contoh dari ukuran A2 (420 x 594 mm) ke A3. 594 : 2 = 297, jadi ukuran A3 297 x 420. Bila dalam pembagian terdapat angka dibelakang koma maka angka tcrsebut dihilangkan. Contoh dan A0 (841 x 1189 mm ) ke Al harusnya 841 x 594,5 mm menjadi 841 x 594 mm. 246Gambar 6.2. Skema Gambar Mesin Fleksografi BAB VI ACUAN CETAK FLEKSOGRAFI DAN PAD PRINTING 1. Acuan Cetak Photopolymer Flexography Salah satu teknik cetak tinggi yang menggunakan acuan dari karet yang dipasang pada silinder penekan dan barang yang akan dicetak berupa gulungan kertas, lembar alumunium, plastik dan lain-lain dikenal dengan nama flexography. Flexography adalah metode cetak tinggi yang menggunakan mesin cetak berputar (rotasi) dengan dilengkapi klise karet lentur (fleksibel) menggunakan tinta cepat menguap dan cepat mengering, yang kebanyakan diramu dengan dasar alkohol. Tinta cetak yang biasa digunakan pada mesin ini adalah tinta anilin, sehingga mesin cetak ini juga disebut mesin cetak anilin. Tinta anilin adalah cairan encer yang mengandung zat warna anilin dalam keadaan larut dan tidak Gambar 6.1. Prinsip kerja acuan cetak konvensional 247membutuhkan distribusi. Mesin cetak anilin kebanyakan terdiri dari penyangga rol sederhana, satu unit cetak atau lebih dan alat pengeluaran. Mesin cetak anilin adalah mesin-mesin bersilinder dan mempergunakan penyalur kertas. Pada kebanyakan jalur kertas yang telah dicetak lalu digulung lagi. Acuan cetak anilin pada umumnya berupa blok-blok karet seperti stempel karet, yang dibungkuskan pada silinder dan silinder cetak ini berputar mengenai silinder penekan dan di antara kedua silinder itu kertas yang akan dicetak dilintaskan. Pada gambar 6.2. diperlihatkan skema gambar mesin fleksografi, dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Bak tinta B. Cairan tinta yang encer C. Rol tinta yang terbuat dari logam atau logam dibungkus karet, rol ini bertugas mengambil tinta dan diteruskan ke rol penghantar(D) D. Rol penghantar E. Silinder Acuan F. Acuan G. Silinder Tekan Gambar 6.3. Unit cetak Gambar 6.4a.. Skema proses pencetakan 248H. Bahan yang akan dicetak Pembuatan acuan cetak ada beberapa macam. Ada yang dengan cara dicungkil, vulkanisir, dan dengan etsa. Mencungkil, cara yang paling mudah dan sederhana dilakukan, dengan mencungkil pada bahan karet. Setelah dibuat gambar pada bahan karet diadakan pencungkilan satu-satu. Pada waktu menggambar harus diperhatikan bahwa gambar harus terbalik. Setelah pengcungkilan dengan pisau dapat dipasang pada pelat logam yang telah disediakan. Untuk pekerjaan ini digunakan karet yang ada bahan perekatnya. Apabila pengcungkilan dilakukan pada bahan yang dilapisi dengan kain kanvas, setelah selesai pengcungkilan, bagian-bagian yang tidak diperlukan dibuang dan sisanya tetap melekat pada kain (kanvas). Kemudian semuanya diangkat dan dilekatkan pada silinder cetak. Vulkanisir, untuk membuat ilustrasi atau teks dengan menggunakan tembaga. Perbedaan klise ini dengan klise cetak tinggi terletak pada bentuk gambarnya. Untuk cetak fleksografi diperlukan klise yang terbaca. Klise yang selesai dibuat ditempatkan pada alat vulkanisir dan dipanaskan dengan suhu 1400 C- 1500 C. Selanjutnya, bahan-bahan karet ditempatkan di atas klise, dan dalam keadaan panas karet tersebut ditekankan pada klise dengan ketinggian tertentu selama 1-1,5 menit, supaya karet menjadi lembek dan membentuk gambar sesuai dengan gambar pada klise, kemudian ditekan sepenuhnya selama Gambar 6.4b. Skema Gambar Mesin Fleksografi Next >