< Previous 1806 Macam Sistem Besaran Sudut b. Mengencangkan klem atas dan mengendorkan klem bawah. Membidik A dengan memutar pelat bawah untuk membaca 0D. c. Mengencangkan pelat bawah dan mengendorkan klem atas membidik B dengan memutar pelat atas untuk membaca 1D(1D adalah untuk mengontrol). d. Mengendorkan pelat bawah dan memutar pelat atas yang sudah kencang untuk membidik A lagi. e. Dengan pelat bawah dikencangkan, membidik B dengan memutar pelat atas. f. Mengulangi pekerjaan d) dan e) n kali untuk membaca nD. g. Melakukan observasi yang sama dengan teleskop dalam posisi kebalikan. 3. Metode arah: metode ini digunakan apabila observasi dilakukan untuk arah yang banyak seperti tampak pada Gbr. 162 dan prosedurnya adalah sebagai berikut: a. Membidik A dengan tepat dengan teleskop dalam posisi normal dan tempatkan lingkaran graduasi mendekati angka 00, dan membaca graduasinya. b. Membidik ke arah B dan membaca graduasinya. c. Membidik berturut-turut C, D dan E dengan cara yang sama dan membaca graduasi masing-masing sasaran tersebut. d. Kemudian membidik E, D, C, B dan A dengan teleskop dalam posisi kebalikan dan membaca graduasinya. Rangkaian observasi di atas dinamakan satu seri observasi. Di mana perlu, jumlah seri observasi dapat ditambah. Dan Tabel 15 menunjukkan contoh pencatatan metode arah tersebut. 4. Metode sudut: observasi untuk arah yang banyak, tetapi dengan pengukuran sudut tunggal disebut metode sudut. (periksa-Gbr. 163), Metode sudut umumnya digunakan untuk observasi yang teliti tetapi metode ini dianggap tidak efisien. 5. Limitasi penggunaan angka-angka hasil observasi, sudut ganda dan perbedaan: dianjurkan agar mengambil jumlah dari rangkaian angka-angka observasi yang logis serta sistematis dan tidak menggunakan angka-angka lainnya dengan kesalahan tak disengaja yang terlalu besar. Dalam pengukuran sudut horizontal, perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi ditentukan dan dihitung seperti yang tertera pada Tabel 16. 1816 Macam Sistem Besaran Sudut Yang dimaksud dengan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi adalah sebagai berikut: apabila kesalahan kwadrat rata-rata dari pada pembidikan untuk satu titik-a dan kesalahan kwadrat rata-rata pembacaan skala-b, maka kesalahan kwadrat rata-rata M untuk observasi satu arah adalah:22baMr . Karena observasi diadakan dalam dua arah untuk pengukuran satu sudut, kesalahan kwadrat rata-rata untuk observasi satu sudut adalah 2222baMr . Karena itu kesalahan kwadrat rata-rata yang termasuk dalam sudut ganda dan perbedaan bidikan/pembacaan adalah 222bar. Mengenai kesalahan sistimatis telah diuraikan pada point 6.4.3. Hal-hal tersebut di atas dapat disusun seperti yang tertera pada Tabel 6.6. Karena perbedaan sudut ganda hanya meliputi kesalahan graduasi, maka limitasinya lebih sedikit dari pada perbedaan observasi. 6. Metode observasi sudut vertikal dan konstanta-konstanta ketinggian - Metode obervasi sudut vertikal: pada umumnya sulit untuk mengukur sudut vertikal dengan sasaran yang jauh, karena kondisi udara yang tidak stabil, terutama pada pagi dan malam hari, sehingga observasi pada saat-saat tersebut haruslah tidak dilaksanakan. Prosedur observasi sudut vertikal adalah sebagai berikut: a. Menyipat-datarkan theodolit. b. Mengendorkan sekrup horizontal dan sekrup vertikal dan mengarahkan sasaran ke dalam bidang pandangan dengan teleskop dalam posisi normal. c. Mengencangkan sekrup horizontal dan sekrup vertikal. d. Menempatkan gelembung niveau observasi sudut vertikal di tengah-tengah. e. Mengatur sekrup tangens vertikal untuk menempatkan sasaran pada garis horizontal benang silang. f. Membaca graduasi dengan vernir vertikal. g. Membalikkan teleskop dan kemudian mengulangi lagi urutan langkah tersebut di atas. Adapun urutan langkah-langkah b) sampai dengan g) adalah merupakan satu seri observasi. Dewasa ini, telah mulai dipasarkan alat koreksi otomatis untuk posisi pembuat tanda indeks seperti yang tertera pada Gbr. 163 dan cara pengerjaannya sedikit agak berbeda. Tabel 17 menunjukkan contoh pencatatan data-data hasil pengukuran. 1826 Macam Sistem Besaran Sudut - Konstanta ketinggian: metode perhitungan sudut elevasi dan konstanta ketinggian W tergantung dari pembagian skala lingkaran graduasi vertikal serta cara pemasangan-pemasangan teleskop dan lingkaran graduasi vertikalnya. Berikut ini adalah contoh pembacaan r dan l dengan teleskop dalam posisi normal dan posisi kebalikan. a. Gbr. 164 : Graduasi 0°o90° o180° o 270° o360°, posisi teleskop normal, horizontal, 0°. r = 360° - D+S l = 180°+D+S 2)(902)(180lrlr ? W = 2S = (r + l) - 540°. b. Gbr. 165 : Graduasi 180° m 90° m 0° o 90° o180°, posisi teleskop horizontal, 90°. r = D+ S, l = 180° - SD 2900lr W = 2 + 180° = r - l. c. Gbr. 166 : Graduasi 0° o 90°o 180°o 270° o 360', posisi teleskop normal, horizontal, 90°. r = 90° - D+ S, l = 270° + D+ S 0902)( lrD W = 2S = r+ l = 360°. W = 2S disebut konstanta ketinggian atau perbedaan titik nol dan senantiasa tetap konstan walaupun sasaran berubah kecuali apabila instrumen diatur kembali. Karenanya perbedaan harga-harga W yang diperoleh dari pembacaan r dan l menunjukkan variasi kesalahan yang tak disengaja terutama dengan kesalahan pembidikan, kesalahan pembacaan dan kesalahan sentris dari pada niveau sudut elevasi dan perbedaan harga-harga W tersebut digunakan sebagai dasar dalam penentuan angka-angka ukur. Gambar 162. Metode arah 1836 Macam Sistem Besaran Sudut Gambar 163. Metode sudut. Gambar 164. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi Tabel 14. Buku lapangan untuk pengukuran sudut dengan repitisi. Tabel 15. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi. 1846 Macam Sistem Besaran Sudut Tabel 16. Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi. Tabel 17. Buku lapangan sudut vertikal. Gambar 164. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi 1856 Macam Sistem Besaran Sudut Gambar 165. Metode pengukuran sudut vertikal (1). Gambar 166. Metode observasi sudut vertikal (2) Gambar 167. Metode observasi sudut vertika (3)l 1866 Macam Sistem Besaran Sudut Model Diagram Alir Ilmu Ukur Tanah Pertemuan ke-09Macam Sistem Besaran SudutDosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MTPengukuran SudutPengukuran & Pemetaan HorisontalPoligon, TachymetriPengukuran & Pemetaan VertikalTrigonometrisPengukuran & Pemetaan KerangkaPengikatan Ke Muka, Pengikatan keBelakang, PoligonPengukuran & Pemetaan Titik-TitikDetailTachymetriSistem Besaran SudutSeksagesimal(Degree)Sentisimal(Grid)RadianDesimalo, ', "(Derajat, Menit, Second)g, c, cc(Grid, Centigrid,Centicentigrid)phi radian0,0000001 putaran = 360 derajat1 derajat = 60 menit1 menit = 60 second1 putaran = 400 grid1 grid = 100 centigrid1 centigrid = 100centicentigrid1 putaran =2.phi.radian =2 . 22/7 . radian1 putaran = 360Konversi Sudutx derajat/y grid = 360 / 400x derajat = 360 / 400 . y gridy grid = 400 / 360 . x derajatSin, Cos, Tgn (dihitung dalamsistem degree)Konversi Sudutx radian/y desimal = 2.phi / 360x radian = 2.phi / 360 . y desimaly desimal = 360 / 2.phi. x radianSin, Cos, Tgn (dihitung dalamsistem degree) Gambar 168. Diagram alir macam sistem besaran sudut Model Diagram AlirMacam Sistem Besaran Sudut 1876 Macam Sistem Besaran Sudut Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 2 mengenai teori kesalahan, maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari: a. Sistem besaran sudut seksagesimal Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran derajat, menit dan sekon. b. Sistem besaran sudut sentisimal Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran grid, centigrid dan centi-centigrid. c. Sistem besaran sudut radian Sistem besaran sudut ini disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar satu radian d. Sistem waktu (desimal) Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Nilai sudut desimal maksimal adalah 360. 2. Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian, yang dinamakan kuadran. a. Cara seksagesimal membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat, sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu menit dibagi lagi dalam 60 sekon. 1o = 60’ 1’ = 60” 1o = 3600” b. Cara sentisimal membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam 100 centigrid dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid. 1g = 100c 1c = 100cc 1g = 10000cc c. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar satu radian. 2 S r = 2S rad. d. Hubungan antara satuan cara seksagesimal dan satuan cara sentisimal dapat dicari dengan dibaginya lingkaran dalam 360 bagian cara seksagesimal dan dalam 400 bagian cara sentisimal, jadi : 3600 = 400g 1886 Macam Sistem Besaran Sudut Soal Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini ! 1. Diketahui sudut-sudut : S1 = 78049’40” S2 = 3150 51’16” S3 = 177002’08” Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga sentisimal dan radian! 2. Diketahui sudut-sudut : S4 = 46g, 2846 S5 = 117g, 0491 S6 = 297g, 2563 Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga seksagesimal dan radian! 3. Sebutkan tahapan-tahapan yang harus ditempuh ketika akan menggunakan alat ukur theodolite Boussole? 4. Sebutkan fungsi bagian-bagian utama dari theodolite? 5. Sebutkan kesalahan-kesalahan pada instrumen dan cara-cara meniadakannya? 1897 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka 7.1 Jarak pada survei dan pemetaan 7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua buah titik tertentu. Penggal garis ini merupakan sambungan penggal-penggal garis lurus yang lebih kecil. Pengukuran jarak adalah penentuan jarak antara, dua titik di permukaan bumi, biasanya yang digunakan adalah jarak horizontalnya atau pekerjaan pengukuran antara dua buah titik baik secara langsung maupun tidak langsung yang dilaksanakan secara, serentak atau dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu jarak horizontal dan jarak miring. Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan tingginya adalah 0. Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya melibatkan kemiringan. Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat digambarkan secara langsung pada peta adalah jarah horizontal, bukan jarak miring. Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang akan digambarkan pada peta. . Gambar 169. Pengukuran Jarak Cara pengukuran jarak horizontal yang sederhana pada daerah miring adalah sebagai berikut. Untuk jarak pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan waterpass sehingga mendekati horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A - D adalah d1 + d2 + d3. Untuk daerah datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun ada kalanya pada daerah yang datar terdapat hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang panjang, yaitu adanya obyek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC. Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian menarik garis dari B ke D hingga di bawah titik C. Kemudian membuat garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E). Jarak antara dua buah titik di bidang datar (2 dimensi) dapat diketahui dengan cara akar dari pertambahan selisih kuadran absis dengan selisih kuadrat ordinat kedua titik tersebut. Tahap-tahap Pengukuran Jarak dan Arah Berikut ini, adalah tahap-tahap yang harus Anda lakukan dalam memetakan suatu wilayah dengan alat bantu meteran dan kompas. AJarak kemiringanJarak HorizontalBB’Next >