< Previous 384 c. Knop untuk membelitkan/mengikat benang yang tidak diperlukan d. Rol pengantar e. Rol pengatur tegangan/pengerem f. Baut pengatur rem pada rol g. Rol penjatuh (pemberat) h. Kelosan cadangan i. Rol pengantar j. Bum lusi k. Balok beralur tempat droper l. Tuil pengungkit rem m. Rem tromel n. Pedal o. Tromer p. Stang Penekan a. Proses Penghanian Proses penghanian pada mesin hani lebar dapat diterangkan sebagai berikut : Benang-benang ditarik dari creel yang terletak dibelakang mesin hani dengan jarak + 1 meter, dilakukan pada : - Sisir hani belakang - Rol pengantar (d) - Rol pengerem/penyuap (e), dengan mengatur putaran dari rol (e) ini, maka jalannya benang dapat diatur/direm, rol ini juga berfungsi untuk mengatur tegangan benang. - Rol pengukur panjang, rol ini dilapisi dengan kain vilt atau kain flanel dan dihubungkan counter yang terletak di antara rol (e) dan rol (g). Pada proses penghanian counter ini distel pada angka yang sesuai dengan panjang penghanian yang dikehendaki umpama 15.000 meter. Mesin hani akan berhenti secara otomatis apabila telah mencapai panjang hanian yang dikehendaki. - Rol penjatuh (g), rol ini mengapung pada rentangan benang dan dapat bergerak naik turun sesuai dengan keadaan penyuapan benang. Pada rol ini kadang-kadang diberi pemberat dan fungsi rol ini adalah untuk menjaga agar benang selalu dalam keadaan tegang. - Rol pengantar (i), warp stop motion, sisir ekspansi, rol pengantar (l) dan kemudian benang digulung pada bum hani. Kecepatan penghanian pada mesin hani type lama dapat mencapai 140 – 400 meter per menit, sedangkan pada mesin-mesin hani yang baru kecepatan penghanian dapat mencapai + 900 meter/menit. Selama proses penghanian kecepatan penghanian selalu tetap meskipun diameter gulungan benang pada bum hani bertambah besar, hal ini disebabkan karena perputaran dari bum hani dilakukan dengan sistem friksi pada permukaan benang yang digulung pada bum hani. 385 Gambar 7.68 Sisir Ekspansi Model Zig-Zag b. Bagian-bagian pada mesin hani lebar Bagian-bagian pokok dari pada mesin hani lebar adalah terdiri dari : - Mesin Hani - Creel 1) Mesin Hani Bagian-bagian yang penting pada mesin hani yaitu : a) Sisir hani Pada mesin hani type yang sama mempunyai 2 macam sisir, yaitu sisir hani biasa/belakang dan sisir hani ekspansi. - Sisir hani biasa/belakang Sisir hani biasa/belakang berfungsi untuk mengatur ketetalan/kerapatan benang lusi pada bum, pengaturan benang agar sejajar/tidak bersilangan. Bentuk sisir hani seperti bentuk sisir hani pada umumnya. - Sisir ekspansi Sisir ekspansi berfunsi untuk menyetel lebar hanian agar benang-benang dapat tergulung dengan baik pada bum hani. Sisir hani berbentuk zig-zag dengan bagian atas terbuka, dapat distel lebih lebar atau lebih sempit dan juga dapat digeser atau lebih sempit dan juga dapat digeser ke kanan atau ke kiri dengan lebar yang sama. Sisir ekspansi ini terletak di depan droper, yaitu alat penghenti mesin bila terjadi benang putus. Pada mesin hani type yang baru sisir hani yang digunakan hanya satu yaitu sisir ekspansi. b) Peralatan otomatis benang putus Peralatan otomatis benang putus ini berfungsi untuk menghentikan mesin bila terjadi benang putus. Peralatan otomatis benang putus ini ada dua macam, yaitu : 386 - Peralatan otomatis benang putus sistem mekanik Peralatan otomatis sistem ini pada umumnya digunakan pada mesin hani type yang lama menggunakan peraba dengan proper yang terpasang di belakang sisir hani ekspansi. - Peralatan otomatis benang putus sistem elektrik Gambar 7.69 Alat Penjaga Benang Putus Sistem Eletrik Keterangan : Gambar atas menunjukkan saat benang tidak putus. Gambar bawah menunjukkan saat benang putus. 1. Kawat peraba benang 2. Benang Peralatan otomatis sistem ini biasanya digunakan pada mesin hani type yang baru dan menggunakan peraba dengan listrik yang terpasang pada pengantar benang yang paling depan pada creel. c) Peralatan penggulung Pada mesin hani lebar, penggulungan pada bum hani dilakukan dengan sistem friksi (gesekan) antara gulungan benang dengan tromel sehingga kecepatan penghanian selama proses akan selalu tetap. Bum hani selalu berhubungan dengan tromel (t) karena beratnya sendiri, sedangkan stang (v) membantu menekan bum hani pada tromel dan akan terangkat ke atas sesuai dengan bertambah besarnya diameter gulungan benang pada bum hani, sehingga kecepatan 387 penghanian tidak terpengaruh oleh diameter dari gulungan benang. 2) Creel Pada proses penghanian dengan mesin hani lebar, bentuk gulungan yang digunakan biasanya adalah bentuk kerucut dengan penarikan benang sejajar dengan sumbu bobin. Kapasitas creel yang digunakan pada umumnya 200, 400, 600, kadang-kadang sampa 1000 bobin dengan jarak antar spindel + 200 – 260. Jenis creel yang digunakan pada mesin hani lebar yang tepat adalah creel yang mempunyai spindel cadangan, karena mesin hani ini biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi kain secara besar-besaran. Pada creel diperlengkapi dengan peralatan : - Peraba benang putus sistem elektrik - Pengatur tegangan dan pembersih benang - Kipas angin c. Perhitungan dan perencanaan penghanian benang lusi bercorak warna Cara penyusunan warna pada creel dan bum hani : Dkiketahui : - Raport corak hanian : Merah (M) 20 hl Putih (P) 10 hl Biru (B) 4 hl Kuning (K) 10 hl Hijau (H) 4 hl Biru (B) 4 hl Hijau (H) 4 hl Kuning (K) 10 hl Biru (B) 4 hl Putih (P) 10 hl Merah (M) 20 hl 100 hl - Jumlah benang lusi seluruhnya 4000 hl - Kapasitas creel 600 bobin Perhitungan : Raport hanian tersebut di atas dapat dihani dengan 4,5 atau sepuluh bum hani, karena angka-angka tersebut dapat sebagai pembagi angka 100 tanpa sisa. Jumlah bum hani mana yang dipilih, tergantung pada jumlah lusi dan jumlah bobin yang dipasang pada creel (kapasitas creel). Bila bum hani yang digunakan 5 bum, maka masing-masing bum hani menggulung benang sejumlah 4000 : 5 = 800 helai, sedang kapasitas creel yang digunakan hanya 600 bobin, jadi terpaksa harus dihani dengan 10 bum hani masing-masing 400 helai. Urutan warna pada tiap bum hani adalah sebagai berikut : Bum No. 1 : M M P B K B K P M M 40x 388 Bum No. 2 : M M P B K B K P M M Bum No. 3 : M M P B K H K P M M 40x Bum No. 4 : M M P B K H K P M M Bum No. 5 : M M P K H H K P M M 40x Bum No. 6 : M M P K H H K P M M Bum No. 7 : M M P K H K B P M M 40x Bum No. 8 : M M P K H K B P M M Bum No. 9 : M M P K B K B P M M 40x Bum No. 10 : M M P K B K B P M M Untuk tiap bum hani dapat dibaca raport haniannya yaitu : Tabel 7.9 Raport Hanian Bum Hani 1 & 2 Bum Hani 3 & 4 Bum Hani 5 & 6 Bum Hani 7 & 8 Bum Hani 9 & 10 2 M 1 P 1 B 1 K 1 B 1 K 1 P 2 M 2 M 1 P 1 B 1 K 1 H 1 K 1 P 2 M 2 M 1 P 1 K 2 H 1 K 1 P 2 M - 2 M 1 P 1 K 1 H 1 K 1 B 1 P 2 M 2 M 1 P 1 K 1 B 1 B 1 K 1 P 2 M 10 X 40 = 400 10 X 40 = 400 10 X 40 = 400 10 X 40 = 400 10 X 40 = 400 7.4.6.3 Pemeliharaan Mesin Hani Pemeliharaan pada mesin Hani meliputi : 1. Pembersihan sisir hani setiap 5 jam (setiap doffing). 2. Pembersihan drop wire setiap 5 jam. 3. Pembersihan rantai rail dan creelnya setiap 5 jam. 4. Pembersihan rantai down up setiap 5 jam. 5. Pembersihan drum/tambur setiap 5 jam. 6. Pembersihan disk break setiap 5 jam. 7. Pelumasan rantai pada head section setiap 1 minggu. 8. Pelumasan silinder bearing setiap 1 bulan. 9. Pelumasan rol dan drive bearing setiap 3 bulan 10. Pelumasan hydraulic setiap 1 bulan. 7.5 Proses Penganjian Benang Lusi 389 Penganjian benang adalah proses memberikan lapisan larutan kanji pada permukaan sampai pada massa benang sehingga memenuhi syarat sebagai benang lusi yang akan diproses pada mesin tenun. 7.5.1 Faktor-faktor Teknis yang mempengaruhi Benang Lusi pada Poses Pertenunan x Gesekan Pada proses pertenunan akan terjadi gesekan benang lusi dengan bagian-bagian mesin tenun diantara lain peralatan back rest, droper, gun, breast beam secara terus menerus sepanjang benang, selain itu juga terjadi gesekan antar benang lusi itu sendiri, kemudian juga terjadi gesekan dengan teropong. Dengan adanya gesekan tersebut diatas bulu-bulu benang akan keluar sehingga menyebabkan hubungan serat benang satu sama yang lain akan lepas, yang mengakibatkan benang menjadi lemah dan benang akan putus pada titik lemahnya karena adanya tegangan dan tarikan benang. x Tegangan Selama proses pertenunan terjadi pembentukan mulut lusi karena adanya tarikan gun keatas dan kebawah sehingga benang mengalami tegangan. Jika benang tidak cukup kuat maka benang akan putus. Selain kekuatan, benang juga memerlukan sifat mulur benang yang cukup untuk mengatasi tegangan tersebut. x Hentakan Selama proses pertenunan akan terjadi gerakan pengetekan benang pakan sehingga benang lusi akan mengalami hentakan oleh lade (Slay Sword). x Tekukan Selama proses pertenunan benang lusi akan sering mengalami tekukan yaitu pada saat terjadi pembentukan mulut lusi oleh gun sehingga benang lusi tahan terhadap tekukan dan mempunyai kelemasan yang cukup. 7.5.2 Tujuan Proses Penganjian Benang x Menambah kekuatan benang Karena adanya bahan-bahan perekat dari kanji serat-serat pada benang akan saling merekat sehingga benang akan lebih kuat. Benang setelah mengalami proses penganjian akan meningkat antara 10% - 25 %. Untuk mengetahui 390 peningkatan kekuatan dapat dilakukan pemeriksaan kekuatan benang sebelum dan sesudah proses penganjian dengan menggunakan Single Yarn Tester atau Lea Trength Tester. x Menambah tahan gesek benang Bahan kanji selain meresap kedalam benang dan sebagian melapisi permukaan benang dan bulu-bulu benang akan tertutup oleh lapisan larutan kanji sehingga dapat melindungi benang terhadap gesekan. x Memberikan sifat-sifat khusus pada benang antara lain, anti elektrostatik, anti bakteri (anti jamur), rabaan yang lembut dan untuk keperluan pasar diberikan bahan pemberat. Untuk keperluan tersebut di atas pada larutan kanji diberikan bahan-bahan pembantu. Benang setelah dikanji mulur benang akan turun, karena adanya bahan perekat. Mulur benang sangat diperlukan pada saat proses pertenunan oleh karena itu pada proses penganjian mulur benang harus dipertahankan minimal 4 %. Untuk mempertahankan mulur benang pada proses penganjian diberikan bahan pelemas pada larutan kanji. 7.5.3 Kriteria Proses Penganjian yang baik Untuk hasil proses penganjian yang baik dan memenuhi persyaratan benang lusi untuk ditenun, maka kriteria proses penganjian yang baik adalah : x Viscositas dari larutan kanji harus tepat. Kekuatan larutan kanji yang terlalu encer, penetrasi kanji kedalam benang akan sempurna tetapi tidak dapat melapisi permukaan benang dengan baik. x Larutan kanji harus terpenetrasi kedalam benang agar serat dapat merekat satu sama lain didalam benang sehingga bulu-bulu benang tidak keluar selama proses pertenunan. x Bahan kanji harus mempunyai daya rekat yang cukup. x Pengeringan benang setelah dikanji yang baik. x Pengeringan yang terlalu cepat atau berlebihan. Lapisan film kanji akan getas dan daya rekatnya akan turun, lapisan kanji akan lepas selama proses pertenunan, sebaliknya pengeringan yang terlalu lambat, bulu-bulu benang akan keluar lagi. x Mulur benang harus dipertahankan minimal 4%. Karena adanya bahan perekat, regangan benang pada saat proses penganjian mulur benang 391 akan turun. Sedangkan tegangan dan regangan benang pada saat proses penganjian diperlukan untuk memisahkan benang satu sama yang lain. Oleh karena itu tegangan dan regangan benang harus dikendalikan agar benang masih mempunyai mulur yang cukup. Pada proses penganjian regangan benang yang diberikan tidak boleh lebih dari 1 %. x Benang setelah mengalami proses penganjian mempunyai kelembutan yang cukup. x Benang selama proses pertenunan akan mengalami tekukan-tekukan dan kalau benangnya kaku benang akan patah/putus. Sebaliknya kalau benang terlalu lembut, pada waktu pembentukan mulut lusi bulu benang akan timbul dan benang akan putus. Agar benang mempunyai kelembutan, pada saat pembuatan larutan kanji ditambah oiling agent. x Benang setelah dikanji harus mempunyai kelemasan yang baik, agar benang pada saat melewati peralatan pada mesin tenun antara lain back rest, dropper, gun dan sisir dengan baik. x Kanji yang terambil oleh benang (take up % of sie) harus tepat. x Take up % of size yang kurang menyebabkan hasil penganjian tidak sempurna dan kalau take up % of size terlalu tinggi benang getas dan kanji akan mudah lepas lagi dari benang. 7.5.4 Bahan Kanji x Sifat bahan kanji Bahan-bahan kanji yang akan digunakan pada proses penganjian mempunyai sifat-sifat yang baik antara lain : Sifat adhesive Kestabilan viscositas Daya penetrasi Memiliki daya absorbsi moisture Mudah dihilangkan kembali Ekonomis (harga wajar) x Klasifikasi bahan kanji (a) Bahan Perekat Bahan perekat merupakan bahan yang utama untuk penganjian terdiri dari : Bahan perekat alam antara lain : tepung jagung, gandum, sagu, tapioka, kentang, ubi jalar dan lain sebagainya. Bahan perekat sintetis :Poly vinyl alkohol (PVA), Poli Acrilic Acid Ester (pase) Bahan perekat semi sintesis : Carboxyl Methyl Cellulose (CMC). (b) Bahan lemak x Efek fungsi lemak 392 memberikan efek lemas pada benang. Memberikan sifat licin pada permukaan benang Membantu penetrasi larutan kanji-kanji kedalam benang Memberikan daya tahan static electricity pada benang terkanji. x Untuk mencapai maksud tersebut diatas bahan lemak harus memenuhi beberapa sifat sebagai berikut : - harus memiliki stabilitas emulsi dan dispersi yang tinggi. - Menstabilkan viskositas larutan kanji - Mengurangi buih yang timbul pada larutan kanji - Tidak mengganggu proses pasta dari tepung kanji. - Menyebabkan pegangan pada kain enak. - Tidak merusak alat-alat pemasak kanji, mesin kanji dan mesin tenun. - Harganya wajar x Efek mekanisme dari lemak Penampang melintang benang terkanji secara microskopis dapat dilihat seperti gambar 7.70. Gambar 7.70 Penampang Benang Terkanji Pada gambar terlihat lemak terbagi merata pada permukaan benang maupun didalam film dan kanji. Partikel lemak pada permukaan film berfungsi untuk melicinkan benang, bahan tahan gosok dan mempertahankan regain, sedang yang berada dalam film mengakibatkan komposisi kanji seperti sponse, dimana dibutuhkan untuk membuat benang lemas dan elastis. 393 x Klasifikasi Lemak a) Berdasarkan dispersi lemak dalam larutan kanji, lemak diklasifikasikan beberapa tipe : - Tipe Unsoluble Pada larutan kanji lemak betul-betul terpisah dan tidak terdispersi, seperti parafin, minyak Rape, minyak kelapa dan sebagainya. Kondisi rekatnya pada benang tidak rata, tetapi sifat licinnya tinggi. Sehingga akan menyebabkan berbagai kesulitan diantaranya hasil celup tidak rata, oleh karena itu sekarang tidak digunakan lagi. - TipeTerdispersi Pada saat larutan kanji diaduk lemak ini akan terdispersi, tetapi jika didiamkan bahan ini akan tetap terpisahkan, merekatnya pada benang merata dan sifat menjadi baik. Partikel dan lemak adalah terbesar, dengan demikian sifat larut pada larutan kanjii rendah tetapi sifat-sifat licinnya baik, walaupun memiliki kekuatan tarik yang rendah oleh karena itu, type lemak ini tidak digunakan untuk benang filamen, tetapi untuk benang spun, bahan ini banyak digunakan. - Tipe Emulsi Sebagai terdispersi secara homogen dalam larutan kanji, kondisi rekatnya dalam benang secara komperatif adalah merata, tetapi sifat licinnya lebih rendah daripada tipe unsoluble dan terdispersi. Bahan ini baik bila digunakan untuk benang-benang spun maupun filamen. - Tipe Larut Sempurna Hampir semua tipe ini secara sempurna teremulsi dan terdispersi oleh bahan permukaan aktip. Bahan ini sifat licinnya kurang baik dan biasanya digunakan pada benang-benang filamen. b) Berdasarkan jenis benang, lemak diklasifikasikan beberapa jenis : - Lemak untuk benang kapas dan Rayon. Sejak dulu lemak binatang-binatang dan lemak iakan dan yang sejenisnya digunakan langsung. Sekarang setelah ada lemak unsoluble seperti minyal pengeras, wax kayu, parafin, minyak-minyak binatan dan tumbuh-tumbuhan, ditambahkan dengan beberapa bahan aktip permukaan dan dijual dengan merek dagang. - Lemak untuk benang sintetis Untuk benang-benang spun sintetis, campurannya kapas dan rayon, bahan aktif permukaan perlu ditambahkan pada lemak dan minyak, untuk memberikan daya anti electricity. Untuk benang filamen, bahan sintetis Poly Vinyl Alkohol (PVA) dan Poly Acrilic Acid Ester Next >