< Previous 424 jumlah lubang sisir setiap panjang 2 inch. b.) Nomor Kawat Sisir (Reed Wire Count : W) Nomor kawat sisir menyatakan jumlah kawat sisir yang mungkin disusun berderet dalam jarak 0,5 inch. Bila tebal kawat sisir dinyatakan t inch, maka nomor kawat sisir adalah : W = t21 Ketebalan kawat sisir (Reed wire Thickness) adalah penting, karena mempunyai pengaruh dalam proses tenun dengan kemungkinan putus benang. c.) Hubungan Nomor Sisir (R) dengan Nomor kawat sisir (W) Telah kita ketahui bahwa benang-benang lusi dalam proses tenunnya bergeser naik dan turun dalam celah sisir. Kalau celah sisir ini cukup besar, benang lusi longgar dan bebas bergeser didalamnya sehingga kemungkinan putus kurang. Tetapi untuk memperoleh celah yang besar harus dipergunakan kawat yang tipis. Kawat sisir yang terlalu tipis berarti kekuatannya kurang atau mudah rusak akibat tegangan lusi untuk menggosok pada kawat sisir. Untuk mengetahui hubungan nomor sisir dan nomor kawat sisir yang paling baik dalam penggunaannya agar tidak terjadi hal-hal seperti dijelaskan diatas, disarankan menggunakan rumus hubungan sebagai berikut : W = 22R, untuk cucukan 2 helai tiap celah W = 22R(15 – 20) untuk cucukan 4 helai setiap celah sisir d.) Macam-macam sisir tenun Gambar 7.100 425 Sisir Mesin Tenun Konvensional H E1E2F1 – F2W 111.5 - 122mm 12 - 16mm 18 mm 8 mm 4.0mm Gambar 7.101 Sisir Mesin Tenun Airjet Loom H E1E2F1 – F2W 125 - 128mm 12 - 20mm 20 mm 5.5 -8 mm 2.8 4.0 mm Gambar 7.102 Sisir Mesin Tenun Rapier, Water Jet, Projectile 4. Gun (Wire Heald) Gun terbuat dari kawat dari bahan carbon Hard Steel 60 dan cara penomoran gun diperkenalkan oleh Imperial Standard Wire Gauge. Nomor gun berkisar No. 18 s.d. No. 36. Pemakaian nomor gun disesuaikan dengan kehalusan (nomor) benang dan kerapatan (tetal benang) lusi yang akan digunakan. 426 - Gun No. 24 (D=0,559 mm) digunakan untuk benang Ne18S - Ne112S - Gun No. 27 (D=0,4166 mm) digunakan untuk benang Ne120S - Ne140S - Gun No. 30 (D=0,3150 mm) digunakan untuk benang Ne140S - Ne160S Gambar 7.103 Gun (Wire Heald) 5. Droper Pemakain Droper disesuaikan dengan kehalusan benang lusi dan kerapan (tetal) benang lusi yang digunakan. Droper diklasifikasikan - Droper tebal digunakan untuk benang lusi kasar dengan tetal benang lusi rendah. - Droper tipis digunakan untuk benang lusi halus dengan tetal benang lusi tinggi. Gambar 7.104 Droper 427 7.6.2.3 Persiapan sebelum proses pencucukan I. Persiapan sebelum pemasangan benang lusi. 1. Pindahkan T. Bar (13) pada klem atas (12). 2. Buka klem bawah A, B (8,9) 3. Pisahkan poros penggantung (18) ke bagian pingir mesin 4. Setel klem bawah A, B (8,9) pada posisi vertical 5. pindahkan pipa penyilang A, B (20,21) 6. Tempatkan kereta (carriage) disebelah kiri rel (5). II. Persiapan sebelum pemasangan benang lusi. 1. Rekatkan pita perekat yang lebarnya 2 – 3 cm pada benang-benang lusi di seluruh lebar kain. 2. rekatkan pita perekat kedua dengan jarak 9,5 cm dari pita pertama. Gambar 7.105 Gulungan Benang Lusi Bum Tenun Pemasangan benang lusi 1. Letakkan Bum pada pemegang bum (4) 2. Jepitkan ujung lusi pada bagian pita perekat dengan penjepit benang 3. lewatkan benang lusi diatas klem atas (2) 4. dan turunkan diantara klem bawah A, B (8,9) dan tarik kebawah ± 83,5 cm 5. Letakkan Bar T (13) diatas klem atas (12) dan jepit dengan kunci pas. 6. Tempatkan kembali tali silangan dengan pipa silangan A,B (20,21) 7. Sikat setiap seksi benang secara merata dengan sikat khusus untuk memisahkan benang-benang dan tempatkan benang-benang secara merata pada kain (14) 8. Lepaskan bar pemisah kedalam dudukan pada bagian bawah pipa pemisah B. 9. Tutup klem bawah A,B (8,9) dan mantapkan pada posisinya. 428 10. atur tegangan lusi dengan mengontrol handel peregang (2) 11. Kemudian potong ujung benang pada lembaran lusi pada bagian atas kain garuk (14). Apabila menggunakan benang spun, filament, potong ujung benang pada bagian bawah kain garuk (14) untuk mencegah lusi kendor. Waktu memotong lusi sebaiknya memotong secara terpisah sesudah pekerjaan mencucuk dilaksanakan agar dapat menyetel tegangan lusi. Gambar 7.106 pemasangan benang lusi 429 Gambar 7.107 Bagian-bagian Peralatan Kerangka Mesin Cucuk 7.6.2.4 Proses pencucukan 1. Pencucukan pada benang Gun Urutan pencucukan pada gun disesuaikan dengan anyaman kain yang dibuat dan system pembukaan mulut lusi pada mesin tenun yang digunakan. Urutan pencucukan pada gun dibedakan : a. cucukan lurus misalnya 1-2-3-4, 1-2-3-4, dan seterusya berulang-ulang. b. cucukan loncat misalnya 1-3-2-4, 1-3-2-4, dan seterusya. c. cucukan runcing misalnya 1-2-3-4-5-6-7-6-5-4-3-2-1 dan seterusya. 2. Pencucukan benang lusi pada sisir tenun Jumlah benang lusi yang dicucukkan setiap celah lubang sisir secara umum adalah 2 helai benang. Sebelum mencucuk benang pada sisir terlebih dahulu menentukan lebar cucukan pada sisir tenun yaitu dengan perhitungan : Lebar cucukan = inchangtiaplusijmlxsisirnopinggirlusijmllusijmllub2. Contoh : - jumlah lusi 3648 helai - jumlah lusi pinggir 48 helai - no. sisir = 60 - jumlah benang tiap lubang = 2 helai - lebar cucukan = 3648 – 48 = 60 inch 60 x 2 2 430 Gambar 7.108 Lebar Cucuk pada Sisir Tenun Keterangan A. sisa lebar sisir tidak tercucuk B. lebar cucukan 431 BAB VIII PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN 8.1 Perkembangan Alat Tenun 8.1.1 Alat Tenun Tangan Suatu kain tenun dibentuk dengan cara menyilangkan dua kelompok benang dengan sudut 900. Alat tenun yang pertama diketahui 4000 tahun sebelum masehi. Benang pakan yang searah dengan lebar kain disilangkan dengan kelompok benang lusi yang membentuk panjang kain. Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut “shuttle” atau “teropong” untuk membentuk “mulut lusi” benang lusi dipisahkan menjadi dua kelompok sehingga teropong bisa dilewatkan melalui mulut tersebut. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan tongkat atau tangki pemisah. Di Asia Timur alat tenun kuno dirancang dengan posisi benang lusi horisontal, namun kapan alat itu mulai digunakan masih belum diketahui kurang lebih abad ke 3 Masehi, suatu mekanisme “shedding” atau “pembukaan mulut lusi” telah diperkenalkan di Cina dan disebarluaskan ke benua Eropa. Benang lusi secara individu dimasukkan ke lubang mata gun yang tersusun pada suatu bingkai atau rangka gun. Kemudian rangka gun ini diikat dengan tali yang dililitkan pada rol. Naik turun “rangka gun” atau “kamran” dikendalikan oleh injakan yang ada dibawah rangka gun dan dioperasikan oleh operator tenun dengan kakinya. semacam sisir berayun atau “sisir tenun” digunakan untuk merapatkan benang pakan ke ujung kain (anyaman awal) Pembentukan mulut lusi dan pengetekan benang pakan ke arah lebar kain sangat menentukan kualitas kain tenun. Penyisipan benang pakan, yang merupakan bagian penting proses pembuatan kain tenun. Membutuhkan tenaga dan keterampilan yang tinggi, masih dilakukan secara manual. Lebar kain yang dapat dihasilkan sangat terbatas tergantung pada rentang tangan penenun sehingga untuk menghasilkan kain yang lebih lebar diperlukan untuk menyisihkan benang pakan (teropong) dari satu sisi ke sisi yang lain. Teropong Melayang Pengembangan alat tenun tangan selanjutnya baru di mulai pada abad ke 18. Pada tahun 432 1733 orang Inggris, J.Kay, memperkenalkan suatu alat peluncur pakan atau shuttle yang disebut “flying shuttle” atau “teropong terbang” yang dirancang dengan mekanisme sederhana untuk mengurangi gesekan dengan lade, teropong dilengkapi dengan roda. Dengan cara ini peluncuran pakan dapat dilakukan dengan sebuah tangan. Perlengkapan utama peralatan ini antara lain : tropong, gun dan sisir dioperasikan secara mekanis, tetapi tenaga penggerak seperti pengatur saat peluncuran dan pengerakan alat masih dilakukan secara manual. 8.1.2 Mesin Tenun Mesin tenun merupakan pengembangan lebih lanjut dari alat tenun tangan (handloom). Perubahan yang berarti adalah pada jenis “sumbu tenaga”. Pada handloom menggunakan tenaga manusia sedangkan pada mesin tenun atau “powerloom” menggunakan sumber tenaga non manusia, seperti : - Tenaga angin melalui kincir angin - Tenaga uap melalui mesin uap - Bahan bakar melalui motor bakar - Tenaga listrik melalui motor listrik Alat-alat penggerak tersebut menghasilkan gerakan berputar yang kemudian diubah menjadi gerak lurus seperti gerak naik turun, gerak maju mundur atau gerak putar yang lain. Tiga gerakan pokok pada alat tenun seperti gerakan pembukaan mulut lusi, gerakan penyisipan pakan dan gerakan pengetekan masih tetap ada pada mesin tenun. Sekitar tahun 1500 Leonardo da Vinci merancang tenaga air untuk menggerakkan mesin tenun. Pada tahun 1678 gennes seorang perwira angkatan laut Perancis dan pada tahun 1745 Vancanson seorang insinyur Prancis memajukan rancangan yang lebih rinci dari rancangan Leonardo Da Vinci namun tidak ada satupun dari ketiganya yang benar-benar terwujud. Mesin tenun yang pertama kali diproduksi secara komersial dirancang oleh R. Miller, seorang Inggris pada tahun 1796. mesin tenun secara otomatis akan berhenti bila ada teropong berhenti di tengah celah mulut lusi. Peralatan ini disebut “Shuttle Stop Motion” atau “Pengaman teropong”. Kemudian ditemukan peralatan penjaga pakan putus (Weft Stop Motion) apabila ada pakan putus atau teropong meloncat. Berlatar belakang pengetahuan mekanisme-mekanisme diatas, R. Robets, seorang insinyur inggris yang terkemuka pada tahun 1822 berhasil Next >