< Previous60Dok. IstimewaCASE STUDYpelanggannya, bahkan perlahan keluar dari keterpurukan ekonomi. Melalui interaksi real time My Starbucks Idea, perusahaan bisa mengetahui kebutuhan konsumen secara langsung, bahkan memberikan umpan balik atau komentar atas ide dan gagasan produk. Ide pertama yang dijalankan misalnya saran tentang mekanisme pembayaran melalui telepon genggam di Starbucks drive-thru. Setelah saran tersebut diposting, pelanggan lain dan komunitas memberikan komentar. Pada saat yang sama Starbucks mendapatkan pasokan ide kreatif tentang sistem pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Mengadaptasi ide konsumen merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan keunggulan produk di tengah ketatnya persaingan bisnis. Wajar jika Starbucks waktu itu diganjar penghargaan, Groundswell Award, oleh Forrester Research lantaran berhasil meningkatkan harga saham. eGift card, sebuah program berupa kartu digital yang dipergunakan pelanggan sebagai alat pembelian produk-produk starbucks. Pelanggan dapat mendesain sendiri kartu digital sesuai fitur yang telah disediakan. Selain itu pelanggan juga bisa mengirimkannya sebagai kartu ucapan kepada orang terdekat, keluarga dan sahabat melalui email dengan pengaturan waktu sesuai keinginan. Sebaliknya, penerima dapat mencetak kartu tersebut sebagai alat pembelian produk-produk Starbucks menggunakan eGift card. Starbucks bekerjasama dengan Apple, berkolaborasi dalam penjualan lagu. Apple menambahkan fitur Starbucks Entertainment ke iTunes Store, menjual lagu-lagu yang diputar di kedai-kedai Starbucks. Para pelanggan bisa menelusuri iTunes Store di Starbucks menggunakan wifi, selain pengguna iPhone, iPod touch, iPad, dan MacBook. Selain itu, Starbucks membangun kerjasama dengan Microsoft Outlook, memungkinkan pengguna Outlook merencanakan rapat atau pertemuan bisnis di gerai kopi Starbucks. Fitur Meet at Starbucks atau bertemu di Starbucks memungkinkan pengguna Outlook mengirim pesan elektronik undangan rapat atau pertemuan. Pengguna dapat memilih langsung lokasi, Outlook langsung memuat peta lokasi gerai Starbucks terdekat, My Starbucks Idea merupakan portal konsumen yang menjadi kanal penting yang memangkas proses bisnis Starbucks menjadi lebih efektif dan efisien. 61 Melalui My Starbucks Idea, perusahaan menjadi terkenal di media sosial lantaran berhasil menerapkan prinsip kolaborasi dengan pelanggan, membawa ide-ide pelanggan sebagai basis pengembangan produk yang berdaya saing. www.shiftindonesia.com ISSUE 01 2017memasukkan lokasi dalam pesan elektronik yang dikirimkan kepada klien, kerabat atau rekan bisnis. Untuk memudahkan pemesanan kopi lebih awal, fitur bertemu di Starbucks menghubungkan Outlook ke aplikasi telepon pintar. Melalui My Starbucks Idea, perusahaan menjadi terkenal di media sosial lantaran berhasil menerapkan prinsip kolaborasi dengan pelanggan, membawa ide-ide pelanggan sebagai basis pengembangan produk yang berdaya saing. Sejumlah prinsip manajemen operasional nampaknya telah melatarbelakangi implementasi perbaikan proses bisnis Starbucks antara lain:Make it Your Own. Proses terciptanya pengalaman yang menyenangkan nampaknya berawal dari kesuksesannya memberikan layanan prima kepada pelanggan internal. Atasan yang mau mendengarkan bawahan, pengakuan dan pujian serta sistem reward yang baik berhasil menciptakan iklim kerja kondusif. Perusahaan berhasil menciptakan keunggulan produk melalui pelayanan internal customer. Everything Matters. Merupakan penerapan kendali mutu di setiap aspek. Konsistensi dan persiapan meliputi kebersihan kedai yang selalu terjaga sehingga menciptakan kenyamanan suasana. Penyajian kopi oleh para barista handal hingga menyentuh hal-hal terkecil semisal penggunaan tisu daur ulang. Suprise and Delight. Meletakkan pelanggan sebagai basis manajerial melalui analisis kepuasan atas layanan dan produk perusahaan. Perusahaan perlu menciptakan kesenangan dalam keseharian pelanggan secara rutin ataupun berupa kejutan yang bersifat spontan. Pelanggan pun tak merasa bosan dan terus tertarik untuk mengikuti pengembangan produk perusahaan. Embrace Resistance.Organisasi bisnis terbiasa menerima masukan dan saran dari berbagai pihak. Kritik dalam hal ini merupakan sesuatu yang membangun, lantaran mengandung elemen perbaikan dan sebaiknya tak perlu dihindari. Organisasi yang mampu mengelola kritik dengan baik dan benar akan mampu beradaptasi dengan pasar dan perubahan perilaku konsumen. Leave Your Mark. Perusahaan membuktikan pengembangan organisasi bisnis tak hanya berfokus pada ekspansi pasar, namun turut memperhatikan kepentingan publik melalui pemberdayaan komunitas masyarakat. My Starbucks Idea merupakan media efektif mempelajari perilaku konsumen di komunitas online. Terkadang ide tentang produk yang masuk tak melulu soal kopi dan espresso, namun juga produk lain seperti makanan, merchandise serta penggunaan teknogi baru. Hal ini membuat Starbucks semakin terbuka dan memungkinkan menciptakan produk unggulan selain kopi dan espresso. Meski identik dengan kopi, pelanggan juga membutuhkan makanan sebagai teman minuman. Menurut Howard, selama ini sejumlah orang beranggapan makanan Starbucks kurang spesial, akhirnya perusahaan mengakuisisi La Boulange untuk memperbaiki sajian makanan. La Boulange Bakery di kawasan San Fransisco dikenal memiliki reputasi yang cukup baik.Starbucks tergolong sukses melakukan online branding lantaran tak hanya melihat media online semata-mata sebagai sarana iklan untuk meningkatkan penjualan, namun sebagai medium interaksi pelanggan. Hasilnya, pelanggan menerima dengan baik brand perusahaan, lebih terkenal dan diketahui banyak orang. Pelajaran yang bisa didapatkan dari ide kecil kopi Starbucks, bahwa produk utama tak selalu membawa inovasi, namun produk yang mampu mempengaruhi kenyamanan pelanggan penting untuk terus dikembangkan. ***Dok. IstimewaINSIGHT66PROSES BISNIS INKLUSIF MELALUI FINTECHMemindahkan transaksi tunai menjadi elektronik bukan semata menggantikan uang secara fisik, namun untuk menciptakan efisiensi dengan keamanan yang terjamin. Fintech melengkapi rantai transaksi keuangan, memperkuat ekosistem keuangan tanpa menggantikan peran institusi keuangan tradisional. Keberadaannya mendukung peran bank atau lembaga keuangan, membantu nasabah membuat keputusan, mengurangi biaya operasional dan risiko kerugian. Layanan keuangan berbasis teknologi informasi atau finance technology (zz) saat ini sedang berkembang pesat di Indonesia. Menurut data Bank Indonesia (BI) telah terdapat 142 perusahaan fintech yang terdaftar. Dari keseluruhan jumlah perusahaan fintech mayoritas bergerak di sistem payment, clearing, and settlement total persentasenya mencapai 56%. Hasil riset asosiasi fintech Indonesia melaporkan perusahaan yang bergerak di bisnis pembayaran berbasis teknologi antara lain adalah perusahaan pembayaran sebanyak 44%, agregator 15%, perusahaan pembiayaan 15%, perencana keuangan 10% serta crowfunding 8%.Fintech dapat dibedakan menjadi fintech 2.0 dan 3.0. Fintech 2.0 merupakan fintech yang dikembangkan industri jasa keuangan meliputi perbankan, pasar modal maupun industri keuangan non bank sehingga tunduk pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentangnya. Sementara fintech 3.0 merupakan fintech yang dikembangkan oleh perusahaan start-up atau rintisan. Berbagai pihak, terutama Pemerintah terus melakukan kajian terhadap fintech 3.0 terkait risiko terhadap industri dan jasa keuangan. Fintech 2.0 telah memiliki payung hukum, sementara fintech 3.0 memerlukan ketentuan pengaturan yang dibuat oleh Pemerintah, terutama BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pembuat kebijkan mesti berhati-hati saat membuat norma hukum di sektor industri keuangan atas keberadaan fintech 3.0 terkait manfaat dan dampaknya terhadap konsumen.Regulasi Efisiensi FintechBI dan OJK sebagai institusi yang memiliki otoritas pengaturan sistem pembayaran tentunya menetapkan regulasi secara tepat dan memadai tentang fintech. Inisiatif BI merespon keberadaan fintech misalnya membentuk Fintech Office serta regulatory sandbox, sembari mempelajari sejumlah negara yang telah memiliki Fintech. Misalnya, Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Kanada, Amerika Serikat, dan Abu Dhabi.Pelajaran yang bisa dipetik salah satunya bahwa pembuat kebijakan atau regulator tak boleh mendahului inovasi. Pembuat kebijakan mengawasi dan mengatur terkait inovasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan fintech. Salah satu regulasi yang penting untuk diawasi oleh BI dan OJK misalnya kebijakan tentang peer to peer lending (P2P lending).P2P lending adalah praktik pinjam meminjam uang antarindividu yang tidak berhubungan, tanpa melalui perantara keuangan tradisional seperti bank atau lembaga keuangan tradisional lain. Sejumlah hal yang telah disepakati antara OJK dengan asosiasi fintech misalnya kualifikasi direksi, platform, standar pelaporan, dan kewajiban bekerjasama dengan bank. P2P lending mesti diawasi karena pada praktiknya P2P tak boleh melakukan penghimpunan dana, kecuali sekadar menyalurkan. Besaran modal yang menjadi pembahasan bersama antara OJK dan asosiasi fintech ada tiga opsi yaitu Rp 2,5 miliar, Rp 5 miliar, dan Rp 10 miliar. Asosiasi fintech menekankan bahwa orang yang telah menjadi nasabah bank kemudian menggunakan layanan P2P lending, mestinya tak memerlukan proses know your customer (KYC). Karena bank tentunya telah melakukan proses identifikasi dan verifikasi dalam platform KYC, sehingga mendukung efisiensi P2P lending. Solusi transaksi pembelian atau pembayaran (payment gateway) menjadi salah satu bisnis fintech yang menjadi tren saat ini. Kegiatan pembayaran tersebut disebut Internet Payment Gateway (IPG) yang dibedakan dalam tiga kategori: arus uang, sumber dana dan channel pembayaran. Kategori arus uang misalnya rekening pembeli langsung ke rekening penjual atau disimpan sementara di rekening penampungan IPG agregator.64Kategori sumber dana antara lain uang tunai, kartu kredit, kartu debet, uang elektronik, rekening tabungan personal, rekening tabungan perusahaan, rekening pinjaman mikro dan rekening pinjaman komersial. Kategori channel pembayaran melalui agen, sistem point-of- sales dan pembayaran tanpa melalui agen.Perusahaan fintech yang bergerak dalam bidang payment gateway orientasinya membangun solusi pembayaran yang terintegrasi, melayani transaksi jual-beli, pembayaran tagihan dan distribusi dana. Memfasilitasi transaksi lintas bank atau multi-merchants melalui berbagai delivery channels. Bentuk operasionalnya berupa produk dan program transaksi menarik yang menjamin kepraktisan konsumen, misalnya gift card, benefit card, prepaid card, loyalty programs, member cards, coupon dan voucher. Di sisi lain, fintech di sektor layanan publik fungsinya memfasilitasi pemrosesan pembayaran oleh institusi keuangan berupa pengiriman uang, pembayaran tagihan, pendistribusian dana serta pembayaran mikro. Salah satu manfaat IPG serta pembayaran berbasis teknologi misalnya membantu memberikan alternatif pembayaran, memungkinkan proses check-out konsumen yang lebih cepat. IPG akan meningkatkan berbagai kesempatan promosi sembari menumbuhkan loyalitas pelanggan, menjadikan pelaporan rekonsiliasi secara otomatis, real time dan lebih akurat. Benefit lainnya adalah validasi bisa dilakukan secara online, membuat seluruh manajemen pembayaran lebih efektif, efisien serta memperkecil risiko penipuan. Mampu menggabungkan jaringan distribusi barang dan jasa antara beberapa bank sekaligus serta menyediakan satu koneksi yang mempercepat time time to market. Pembayaran berbasis teknologi akan meningkatkan kinerja bisnis lebih baik. Sejumlah media massa melansir potensi pertumbuhan pembayaran berbasis teknologi yang berbanding lurus dengan perkembangan jutaan peritel grosir di Indonesia. Bahkan transaksi pembayaran online yang ditargetkan BI telah menembus angka 130 miliar dollar AS pada 2020. Pertumbuhan fintech di Indonesia tentunya tak lepas dari perkembangan digital, pengguna sosial media aktif serta akses internet melalui telepon pintar. Fintech membantu memperlancar proses bisnis. Namun keberadaannya tak bisa lepas dari otoritas negara, dalam hal ini Pemerintah untuk membantu mengatur kegiatan fintech IPG melalui penyempurnaan kebijakan keamanan data, penggunaan tanda tangan elektronik dan validasinya, penggunaan sidik jari, serta elektronifikasi pembayaran. Membantu transisi lembaga perbankan melakukan transaksi manual ke elektronik. Memindahkan transaksi tunai menjadi elektronik bukan semata menggantikan uang secara fisik, namun untuk menciptakan efisiensi dengan keamanan yang terjamin. Fintech juga tak berarti menggantikan peran bank, tapi sebaliknya menjadi pendukung atau pelengkap, perpanjangan tangan dari berbagai transaksi. Kolaborasi Proses PerbankanWorld Bank memprediksi hingga 2020 PDB Indonesia terus mengalami pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi global. Hasil survei Bank Dunia 2014, sekitar 250 juta populasi di Indonesia, hanya 36% penduduk Dok. IstimewaINSIGHTFintech muncul dari perkembangan pasar saat aktivitas pembayaran, jual beli, pembiayaan dan transfer membutuhkan proses yang praktis aman dan modern. 65yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal. Data Global Findex database 2014 menunjukkan sekitar 50% melakukan pengiriman uang melalui bank, 27% menyimpan uang di bank, 7% menggunakan rekening untuk menerima gaji, 44% meminjam yang dari keluarga, 9% melakukan pembayaran dengan kartu debit. Namun, usaha kecil menengah tulang punggung perekonomian nasional justru belum tersentuh layanan keuangan atau belum bankable. Padahal jumlahnya diprediksi mencapai 49 juta. UKM memiliki potensi yang besar mendorong pertumbuhan ekonomi lebih merata dan berkeadilan. Banyak faktor yang membuat masyarakat Indonesia belum mengakses layanan keuangan, misalnya penyebaran jaringan lembaga jasa keuangan formal yang tak merata, faktor geografis, populasi yang tersebar dan rendahnya tingkat literasi keuangan. Fintech muncul dari perkembangan pasar saat aktivitas pembayaran, jual beli, pembiayaan dan transfer membutuhkan proses yang praktis aman dan moderen. Fintech identik dengan transaksi elektronik menggunakan telepon pintar, tablet dan gawai. Fintech melengkapi rantai transaksi keuangan, memperkuat ekosistem keuangan tanpa menggantikan peran institusi keuangan tradisional.Fintech menjadi sarana meningkatkan pemasaran produk dalam industri keuangan lantaran publik menyukai pemasaran produk melalui online. Keberadaan bisnis fintech mendukung peran bank atau lembaga keuangan, membantu nasabah membuat keputusan, mengurangi biaya operasional dan risiko kerugian. Fintech mendorong masyarakat Indonesia dan perkembangan pasar lebih inklusif.Menuju pertumbuhan perekonomian dan proses bisnis yang lebih transparan dan terbuka memerlukan sejumlah syarat obyektif. Misalnya membangun infrastruktur, menciptakan regulasi yang jelas dan terarah, serta membentuk ekosistem pembayaran berbasis teknologi yang lebih kuat. Perlu upaya kolaborasi untuk mengawal industri keuangan, kerjasama antara asosiasi fintech dengan pembuat kebijakan berupa pembenahan kepastian hukum untuk memperkuat ekosistem fintech di Indonesia. Setidaknya ada lima isu yang perlu mendapatkan dukungan kolaboratif antara Pemerintah dengan asosiasi fintech serta ekosistem bisnis berbasis teknologi antara lain, peraturan mengenai pemanfaatan tanda tangan elektronik, penyelenggaraan KYC digital, keamanan data, pemrosesan transaksi pembayaran dan dompet atau uang elektronik, serta kapasitas hukum pinjaman berbasis online.Hadirnya BI Fintech Office 14 November 2016 bertujuan memperkuat proses kolaboratif para pemangku kepentingan. Mampu menjadi wadah kajian, mitigasi risiko, evaluasi model bisnis dan produk atau layanan fintech, serta menginisiasi riset layanan keuangan berbasis teknologi. Kolaborasi sangat penting untuk memupus kesenjangan anggapan bahwa kehadiran fintech akan menggantikan peran sektor perbankan. Aviliani, pakar ekonomi, menilai investasi fintech sangat mahal jika perbankan tak mengarah pada kolaborasi. “Misalnya Telkomsel, XL, saat investasi 3G kemudian keluar 4G, belum break event point sudah investasi lagi, ini yang menyebabkan perbankan mesti lebih kolaboratif,” tuturnya. Jika perbankan tak berkolaborasi niscaya biaya operasional dalam industri keuangan cenderung mahal. Perbankan ke depan dituntut lebih kolaboratif dengan sektor teknologi informasi dan komunikasi yang sedang berkembang pesat. Sebaliknya, fintech juga mesti berbasis pada sektor perbankan, misalnya mempertemukan peminjam dengan calon yang dipinjamkan, mutlak merupakan peran perbankan. Keberadaan fintech dan kolaborasi perbankan akan mendorong perkembangan bisnis, penghematan biaya operasional yang menguntungkan konsumen.***Setidaknya ada lima isu yang perlu mendapatkan dukungan kolaboratif antara Pemerintah dengan asosiasi fintech serta ekosistem bisnis berbasis teknologi antara lain, peraturan mengenai pemanfaatan tanda tangan elektronik, penyelenggaraan KYC digital, keamanan data, pemrosesan transaksi pembayaran dan dompet atau uang elektronik, serta kapasitas hukum pinjaman berbasis online.www.shiftindonesia.com ISSUE 01 201766Dok. IstimewaINSIGHT62Tren Kerjasama Tim dalam Budaya Kolaborasi Karakter yang kerap membuat sebuah tim bekerja dengan baik dan mencapai sukses antara lain bebas berbagi pengalaman dan pengetahuan, mau belajar satu sama lain, bekerja fleksibel bergantian untuk memecahkan permasalahan tak terduga, serta saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan dan mau berbagi sumber atau berkolaborasi. Teknologi baru telah membantu perusahaan-perusahaan menambah partisipasi pada sebuah proyek dengan penambahan jumlah sumberdaya manusia dengan kemampuan dan keahlian yang lebih baik. Lebih dari satu dekade, sebuah tim di perusahaan umumnya hanya berjumlah 20 orang. Menurut riset terkini berbagai pekerjaan kompleks setidaknya telah melibatkan lebih dari 100 orang dalam satu tim. Dari riset muncul temuan yang menarik bahwa peningkatan jumlah anggota dalam tim terjadi seiring menurunnya tendensi untuk berkolaborasi. Di bawah situasi yang tepat, tim yang besar mampu bekerjasama mencapai hasil maksimal. Namun untuk menciptakan situasi yang tepat membutuhkan pemikiran, investasi dalam kapasitas untuk melakukan kolaborasi lintas organisasi. Bekerjasama secara virtual memiliki dampak pada sebuah tim. Semakin sebuah tim dibangun dengan relasi serba virtual, semakin terlihat rendahnya keinginan untuk bekerjasama, meski perusahaan telah berupaya membudayakan sikap kolaboratif. Tantangan keberagaman bisnis saat ini hampir selalu membutuhkan masukan dan keahlian dari beragam perspektif, latar belakang untuk menciptakan inovasi. Namun keberagaman tersebut memunculkan persoalan. Riset perilaku Perusahaan media massa mungkin bisa menjadi contoh yang baik bagaimana sebuah tim didesain untuk bekerja secara efektif, berkolaborasi demi menyelesaikan berbagai pekerjaan yang kompleks. Misalnya, saat BBC meliput kejuaraan Olimpiade, mereka membuat sebuah tim besar yang terdiri dari para peneliti, penulis, produser, kameramen serta para teknisi yang belum pernah bekerja sama dalam satu proyek. Para spesialis tersebut bekerja dalam lingkungan bertekanan tinggi lantaran tak ada adegan ulang dari obyek berita yang mereka buru.Hal yang sama juga dilakukan oleh pusat teknologi informasi Hotel Marriott, membangun sebuah sistem canggih untuk memberikan pengalaman berbeda bagi para tamu. Kerja kolaborasi turut melibatkan pemilik hotel, pakar customer experience, para manajer merek dunia serta regional heads yang masing-masing memiliki agenda dan kebutuhan yang berbeda. Riset tentang perilaku tim yang dilakukan pada 15 perusahaan multinasional menunjukkan sebuah paradoks yang menarik. Meski sebuah tim umumnya besar, beragam, beranggotakan para spesialis berpendidikan tinggi yang mengerjakan proyek-proyek menantang, memiliki empat karakter tim kuat yang mampu menyelesaikan berbagai pekerjaan. Karakter yang kerap membuat sebuah tim bekerja dengan baik dan mencapai sukses antara lain bebas berbagi pengalaman dan pengetahuan, mau belajar satu sama lain, bekerja fleksibel bergantian untuk memecahkan permasalahan tak terduga, serta saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan dan mau berbagi sumber atau berkolaborasi. Perusahaan besar memiliki kecenderungan membagi tim berdasarkan tingginya tingkat pendidikan sebagai spesialis untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Umumnya kerja tim itu dilakukan secara kolaboratif, memanfaatkan keunggulan teknologi, bertemu secara virtual, online dan tak jarang dalam rentang jarak yang jauh. www.shiftindonesia.com ISSUE 01 201768tim menunjukkan bahwa anggota tim akan lebih mudah berkolaborasi jika mereka melihat dirinya sama seperti yang lain. Perbedaan yang menghalangi kolaborasi antara lain suku bangsa, umur, tingkat pendidikan bahkan jabatan. Perbedaaan atau kesenjangan kerap dimaknai bahwa anggota tim hanya bekerja dengan orang yang mereka kenal atau belum pernah mereka temui sebelumnya. Hasil riset menunjukkan proporsi “orang asing” cukup tinggi dalam tim dan perbedaan yang tinggi adalah latar belakang serta pengalaman. Pada saat yang sama, tingkat pendidikan yang tinggi dari anggota tim muncul sebagai tantangan tersendiri. Sebuah tim yang dikepalai oleh seorang ahli nampaknya cenderung mengalami situasi kontraproduktif, mengarah ke perpecahan atau kerap menemui jalan buntu. Jadi bagaimana seorang eksekutif mampu memperkuat kemampuan berorganisasi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kolaboratif yang kompleks, memaksimalkan efektivitas, keberagaman tim, dan pada saat yang sama meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh struktur dan komposisi tim? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya dibutuhkan pengamatan intensif terhadap lebih dari 50 tim besar yang menunjukkan kolaborasi tingkat tinggi. Dukungan eksekutif, SDM, penguatan pemimpin tim dan strukturnya merupakan empat kategori umum untuk membudayakan kerja kolaboratif di sebuah organisasi bisnis. Dukungan Eksekutif Kesuksesan atau kegagalan sebuah tim saat berkolaborasi sebenarnya merefleksikan kerangka filosofis top eksekutif organisasi. Tim bekerja dengan baik saat eksekutif mendukung relasi sosial, menunjukkan perilaku kolaboratif dan menciptakan gift culture. Sebuah pengalaman interaksi antara pemimpin dan koleganya, memberikan sesuatu yang berharga sebagai hadiah. Kolaborasi tim yang kompleks menunjukkan produktivitas dan kebiasaan inovatif. Mentoring dan coaching menjadi sebuah kebiasaan rutin dalam perusahaan. Melalui proses mentoring, aktivitas keseharian akan mudah terintegrasikan. Sementara pemberian coaching secara berkala akan membantu meningkatkan kerjasama gift culture. Sebagai contoh, Nokia memiliki informal mentoring kepada karyawan baru. Selama beberapa hari manajer kepegawaian akan duduk dan mencatat semua orang dalam organisasi. Sang manajer akan duduk bersama karyawan baru, melakukan review atas sejumlah hal yang perlu didiskusikan oleh setiap karyawan baru dengan orang lain, yang telah tertera dalam listnya. Aktivitas tersebut merupakan standar bagi setiap orang baru untuk membuat jadwal rapat dengan sejumlah orang dalam list. Interaksi demikian nampaknya sangat krusial bagi perusahan seperti Nokia yang menginginkan adanya budaya kolaboratif. Fokus Kepada Sumber Daya Manusia Dalam studi perilaku tim ditemukan beragam praktik pengelolaan sumberdaya manusia termasuk seleksi, performance management, promosi, reward dan pelatihan sebaik pengelolaan program coaching dan mentoring. Tipe sistem pemberian reward baik yang berdasarkan pencapaian individu atau kelompok, tak terlihat memiliki dampak pada produktivitas dan inovasi tim. Umumnya program HR memiliki dampak terbatas, setidaknya terdapat dua praktik perbaikan performa tim yaitu pelatihan yang skill berelasi kepada perilaku kolaboratif dan mendukung pengembangan informal kelompok. Saat kolaborasi menguat, tim HR secara tipikal merepresentasikan kultur dan strategi bisnis perusahaan. Beberapa tim telah memiliki budaya kolaboratif namun tak memiliki skill yang memadai saat berkolaborasi. Mereka tertantang dan mau untuk bekerjasama, tapi mereka belum mengerti bagaimana bekerja bersama sebagai tim. Studi perilaku tim menunjukkan sejumlah kecakapan yang penting dalam sebuah kerja kolaboratif, diantaranya saling menghargai, aktif dalam perbincangan tematik, produktif dan kreatif menangani konflik serta manajemen program. Penelitian PricewaterhouseCoopers menunjukkan kemampuan yang kuat dari kolaborasi produktif. PWC memberikan pelatihan kepada 140 ribu pekerja di 150 negara, meliputi aspek kerja tim, kecerdasan emosional, jaringan kerja, menangani komunikasi yang rumit, coaching, tanggung jawab sosial perusahaan, serta strategi komunikasi organisasi bisnis. Selain itu PwC juga mengajarkan para pekerja mampu secara efektif memberikan pengaruh yang sehat kepada mitra kerja. Perbedaan yang menghalangi kolaborasi antara lain suku bangsa, umur, tingkat pendidikan bahkan jabatan. INSIGHT69Sedikit berbeda dengan program Lehman Brother’s yang ditujukan kepada klien, berupa pelatihan pemasaran dan relationship management. Program tersebut bukan tentang teknik pemasaran namun memiliki fokus pada value perusahaan yang menjadi klien Lehman serta memastikan setiap klien memiliki akses terhadap seluruh sumberdaya yang dimiliki. Lebih mirip strategi pengembangan kemitraan kolaboratif dengan para pelanggan. Orientasi Pekerjaan dan KepemimpinanKepala tim mencapai level kolaboratif secara signifikan melalui pola manajerial yang fleksibel. Ada banyak perdebatan diantara akademisi dan manajer senior tentang pendekatan kepemimpinan tim yang paling ideal. Ada beberapa pendapat tentang orientasi relasi kepemimpinan dalam tim yang kompleks sebagai pendekatan yang sesuai. Sementara pendapat lain mengatakan orientasi pekerjaan yang paling penting. Orientasi kerja meliputi kemampuan mencapai tujuan, berbagi pemahaman tentang dimensi pekerjaan dan melakukan pengawasan serta umpan balik. Penelitian terhadap perilaku tim dalam organisasi menunjukkan pendekatan yang sesuai untuk menciptakan budaya kolaboratif berada diantara orientasi kepemimpinan dengan orientasi pekerjaan. Biasanya seorang pemimpin tim akah mengubah gaya kempemimpinannya selama pelaksanaan proyek atau kerjasama kolaboratif. Khususnya pada tahap awal mereka akan menunjukkan kerja sekaligus orientasi kepemimpinan. Menjelaskan tujuan, menunjukkan komitmen serta mengklarifikasi tanggungjawab individu sebagai anggota tim. Bagaimanapun, poin utama dari pengembangan sebuah proyek adalah peralihan orientasi kerja menjadi orientasi hubungan kerjasama. Peralihan tersebut di satu sisi mengambil alih tujuan yang telah dicapai oleh anggota tim sekaligus akuntabilitasnya, seiring keinginan berbagi pengetahuan yang mulai terbangun. Saat semangat komunal secara spontan terbangun, Riset menunjukkan HR memiliki peran penting untuk merawat dan mengelola semangat komunal yang terbangun secara spontan. Misalnya dengan mensponsori event dan aktivitas seperti kegiatan memasak di akhir pekan, pelatihan tenis, atau membuat kebijakan lain yang bersifat membangun. Studi tentang change management tim yang efektif terkait fungsi layanan perusahaan menunjukkan bahwa untuk mencapai sukses sebuah tim memerlukan keterlibatan para ahli atau pakar dari bagian atau departemen lain di perusahaan. Misalnya praktik dukungan positif HR terhadap tim secara informal, perusahaan membuat teknologi untuk tujuan kolaborasi. Tetap bekerja dalam grup meski masing-masing berada di tempat yang berbeda, berjauhan. Bahkan perusahaan mendorong para pekerjanya bepergian ke tempat baru untuk menjadwalkan pertemuan. Meski proyek telah usai, dan kerja tim telah berakhir, namun para pekerja tetap terkoneksi dalam jaringan kerja sama kolaboratif. Dukungan perusahaan terhadap komunalitas tim akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek di masa yang akan datang.***Sumber: hbr.orgStudi perilaku tim menunjukkan sejumlah kecakapan yang penting dalam sebuah kerja kolaboratif, diantaranya saling menghargai, aktif dalam perbincangan tematik, produktif dan kreatif menangani konflik serta manajemen program. www.shiftindonesia.com ISSUE 01 2017Dok. IstimewaNext >